Purwokerto (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto bersama Satgas Pangan dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di wilayah eks Keresidenan Banyumas, Jawa Tengah, mengantisipasi lonjakan harga komoditas pangan yang rutin terjadi, salah satunya cabai.
"Untuk semua komoditas yang volatile food, kami akan terus berkoordinasi dengan Satgas Pangan dan TPID," kata Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Ia mengatakan dalam koordinasi tersebut ada empat area yang akan dilihat, yakni masalah keterjangkauan harga, distribusi, ketersediaan pasokan, dan komunikasi.
Dari empat area tersebut, kata dia, akan dipersempit menjadi apakah lonjakan harga pangan itu karena masalah stok atau distribusi.
"Hal ini nanti dengan TPID akan terus kami pantau karena kemarin secara umum, inflasi bulan Mei sebetulnya sudah turun. Tapi, tetap akan kami pantau karena sekarang ini sudah dalam kondisi mulai agak normal, apakah harga-harga tersebut terjadi terdampak dari sisi distribusi atau pasokan," katanya.
Lebih lanjut, Rony mengatakan pihaknya juga akan berdiskusi dengan dinas terkait untuk membahas langkah antisipasi lonjakan harga komoditas cabai yang rutin terjadi.
"Sebenarnya, nanti akan kami diskusikan juga dengan dinas, tapi isunya bukan dalam konteks penanamannya melainkan pola tanamnya karena selama ini berulang-ulang terus, selalu isunya dan waktunya sama, akhirnya pas panen raya barangnya keluar bareng," katanya menegaskan.
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya akan mengajak dinas terkait untuk mencoba mengatur pola tanam cabai, sehingga siklusnya lebih merata dan harganya tidak terlalu jomplang antara saat panen raya dan di luar panen raya.
Ia mengharapkan lonjakan harga komoditas bahan pangan khususnya cabai yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir tidak sampai berdampak terhadap inflasi bulan Juni 2022.
"Jadi memang kita harus menyeimbangkan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sekarang pertumbuhan ekonomi sudah mulai menggeliat, tetapi di sisi lain bisa berdampak terhadap inflasi," katanya.
Selain itu, kata dia, isu global banyak menjadi tantangan karena dengan adanya perang dan gejolak geopolitik dunia akan berpotensi mengakibatkan krisis pangan.
"Makanya memang perlu adanya kehati-hatian dalam pengelolaan ketahanan pangan khususnya yang volatile food," kata Rony.
Dari pantauan di Pasar Manis, Purwokerto, Kamis, harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat masih tinggi. Dalam hal ini, harga cabai merah besar mencapai Rp80.000 per kilogram, cabai merah keriting Rp85.000/kg, cabai rawit merah Rp95.000/kg, dan cabai rawit hijau Rp70.000/kg.
Salah seorang pedagang sayur di Pasar Manis, Istinganah mengatakan kenaikan harga cabai terjadi karena minimnya pasokan dari petani.
"Oleh karena itu, saya tidak berani stok banyak, selain karena pasokannya memang minim, saya khawatir tidak laku terjual," katanya.
Selain cabai, harga sejumlah komoditas pangan lainnya juga masih bertahan tinggi, antara lain daging ayam ras segar Rp38.000/kg, daging sapi kualitas 1 Rp150.000/kg, daging sapi kualitas 2 Rp130.000/kg, bawang merah ukuran sedang Rp67.500/kg, dan telur ayam ras segar Rp28.000/kg.
"Untuk semua komoditas yang volatile food, kami akan terus berkoordinasi dengan Satgas Pangan dan TPID," kata Kepala KPw BI Purwokerto Rony Hartawan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.
Ia mengatakan dalam koordinasi tersebut ada empat area yang akan dilihat, yakni masalah keterjangkauan harga, distribusi, ketersediaan pasokan, dan komunikasi.
Dari empat area tersebut, kata dia, akan dipersempit menjadi apakah lonjakan harga pangan itu karena masalah stok atau distribusi.
"Hal ini nanti dengan TPID akan terus kami pantau karena kemarin secara umum, inflasi bulan Mei sebetulnya sudah turun. Tapi, tetap akan kami pantau karena sekarang ini sudah dalam kondisi mulai agak normal, apakah harga-harga tersebut terjadi terdampak dari sisi distribusi atau pasokan," katanya.
Lebih lanjut, Rony mengatakan pihaknya juga akan berdiskusi dengan dinas terkait untuk membahas langkah antisipasi lonjakan harga komoditas cabai yang rutin terjadi.
"Sebenarnya, nanti akan kami diskusikan juga dengan dinas, tapi isunya bukan dalam konteks penanamannya melainkan pola tanamnya karena selama ini berulang-ulang terus, selalu isunya dan waktunya sama, akhirnya pas panen raya barangnya keluar bareng," katanya menegaskan.
Dalam hal ini, kata dia, pihaknya akan mengajak dinas terkait untuk mencoba mengatur pola tanam cabai, sehingga siklusnya lebih merata dan harganya tidak terlalu jomplang antara saat panen raya dan di luar panen raya.
Ia mengharapkan lonjakan harga komoditas bahan pangan khususnya cabai yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir tidak sampai berdampak terhadap inflasi bulan Juni 2022.
"Jadi memang kita harus menyeimbangkan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sekarang pertumbuhan ekonomi sudah mulai menggeliat, tetapi di sisi lain bisa berdampak terhadap inflasi," katanya.
Selain itu, kata dia, isu global banyak menjadi tantangan karena dengan adanya perang dan gejolak geopolitik dunia akan berpotensi mengakibatkan krisis pangan.
"Makanya memang perlu adanya kehati-hatian dalam pengelolaan ketahanan pangan khususnya yang volatile food," kata Rony.
Dari pantauan di Pasar Manis, Purwokerto, Kamis, harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat masih tinggi. Dalam hal ini, harga cabai merah besar mencapai Rp80.000 per kilogram, cabai merah keriting Rp85.000/kg, cabai rawit merah Rp95.000/kg, dan cabai rawit hijau Rp70.000/kg.
Salah seorang pedagang sayur di Pasar Manis, Istinganah mengatakan kenaikan harga cabai terjadi karena minimnya pasokan dari petani.
"Oleh karena itu, saya tidak berani stok banyak, selain karena pasokannya memang minim, saya khawatir tidak laku terjual," katanya.
Selain cabai, harga sejumlah komoditas pangan lainnya juga masih bertahan tinggi, antara lain daging ayam ras segar Rp38.000/kg, daging sapi kualitas 1 Rp150.000/kg, daging sapi kualitas 2 Rp130.000/kg, bawang merah ukuran sedang Rp67.500/kg, dan telur ayam ras segar Rp28.000/kg.