Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Surakarta, Jawa Tengah, mendorong santri berwirausaha untuk sumber ekonomi baru sehingga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian secara nasional.
"Pondok pesantren sebagai pilar dari penguat dan juga kalau bisa sebagai sumber ekonomi baru. Selama ini kan usahanya biasa-biasa saja, kalau didorong dan meningkat bisa menjadikan pondok pesantren makin mandiri, makin bagus, dan sekitarnya berkembang," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Jumat.
Ia mengatakan secara nasional jumlah pondok pesantren mencapai puluhan ribu dengan jutaan santri. Jika potensi tersebut diberdayakan akan makin baik bagi perekonomian nasional.
"Makanya Hebitren (Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren) dibentuk di seluruh Nusantara, termasuk Solo Raya. Belum lama ini kami melakukan silaturahmi untuk membahas kedaulatan ekonomi, teritori. Kan tidak mungkin bisa memperbaiki ekonomi kalau situasi tidak aman," katanya.
Baca juga: BI dorong kemandirian ekonomi pesantren melalui ekosistem Hebitren
Ia mengatakan salah satu yang perlu dilakukan adalah hubungan antarpondok pesantren bisa saling menguatkan.
"Yang punya usaha disatukan, untuk diskusi dan saling menopang. Misalnya pondok pesantren di kawasan Klaten dan Pengging (Kabupaten Boyolali) bisa membuat air minum dalam kemasan karena di sana punya umbul. Begitu membuat AMDK kan tidak bisa ujug-ujug (langsung) dijual karena harus ada izin edar, tetapi boleh untuk kalangan sendiri. Maka sambil memperbesar bisnis dan menunggu perizinan, kalangan sendiri bisa memesan," katanya.
Selain itu, dari sisi pengembangan produksi juga perlu diperhatikan. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh pondok pesantren tersebut memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Pondok Pesantren Darussalam Wonosegoro, Boyolali, punya lahan kosong, kami bantu untuk menanam cabai. Pas cabai harga tinggi mereka senang, begitu pas panen raya hanya Rp12.000/kg, rugi dong, sehingga perlu dipikirkan agar tidak hanya jual cabai tapi bagaimana menjual bubuk cabai kering, saos, itu kan ilmu, termasuk mau dikemas seperti apa," katanya.
Dengan program pengembangan kemandirian pesantren tersebut diharapkan dapat mendorong pesantren sebagai penggerak utama dalam ekosistem rantai nilai halal di dalam negeri. Selain itu, sinergi dan linkage dengan UMKM dan korporasi juga perlu terus dilakukan untuk memperkuat peran pesantren dalam pengembangan ekosistem rantai nilai halal.
Baca juga: Kelompok transportasi picu inflasi April di Purwokerto dan Cilacap
Baca juga: Bank Indonesia dorong kemandirian ekonomi pondok pesantren di Boyolali
"Pondok pesantren sebagai pilar dari penguat dan juga kalau bisa sebagai sumber ekonomi baru. Selama ini kan usahanya biasa-biasa saja, kalau didorong dan meningkat bisa menjadikan pondok pesantren makin mandiri, makin bagus, dan sekitarnya berkembang," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Jumat.
Ia mengatakan secara nasional jumlah pondok pesantren mencapai puluhan ribu dengan jutaan santri. Jika potensi tersebut diberdayakan akan makin baik bagi perekonomian nasional.
"Makanya Hebitren (Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren) dibentuk di seluruh Nusantara, termasuk Solo Raya. Belum lama ini kami melakukan silaturahmi untuk membahas kedaulatan ekonomi, teritori. Kan tidak mungkin bisa memperbaiki ekonomi kalau situasi tidak aman," katanya.
Baca juga: BI dorong kemandirian ekonomi pesantren melalui ekosistem Hebitren
Ia mengatakan salah satu yang perlu dilakukan adalah hubungan antarpondok pesantren bisa saling menguatkan.
"Yang punya usaha disatukan, untuk diskusi dan saling menopang. Misalnya pondok pesantren di kawasan Klaten dan Pengging (Kabupaten Boyolali) bisa membuat air minum dalam kemasan karena di sana punya umbul. Begitu membuat AMDK kan tidak bisa ujug-ujug (langsung) dijual karena harus ada izin edar, tetapi boleh untuk kalangan sendiri. Maka sambil memperbesar bisnis dan menunggu perizinan, kalangan sendiri bisa memesan," katanya.
Selain itu, dari sisi pengembangan produksi juga perlu diperhatikan. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh pondok pesantren tersebut memiliki nilai jual lebih tinggi.
"Pondok Pesantren Darussalam Wonosegoro, Boyolali, punya lahan kosong, kami bantu untuk menanam cabai. Pas cabai harga tinggi mereka senang, begitu pas panen raya hanya Rp12.000/kg, rugi dong, sehingga perlu dipikirkan agar tidak hanya jual cabai tapi bagaimana menjual bubuk cabai kering, saos, itu kan ilmu, termasuk mau dikemas seperti apa," katanya.
Dengan program pengembangan kemandirian pesantren tersebut diharapkan dapat mendorong pesantren sebagai penggerak utama dalam ekosistem rantai nilai halal di dalam negeri. Selain itu, sinergi dan linkage dengan UMKM dan korporasi juga perlu terus dilakukan untuk memperkuat peran pesantren dalam pengembangan ekosistem rantai nilai halal.
Baca juga: Kelompok transportasi picu inflasi April di Purwokerto dan Cilacap
Baca juga: Bank Indonesia dorong kemandirian ekonomi pondok pesantren di Boyolali