Petenis Rusia Rublev: Larangan Wimbledon bentuk diskriminasi

Jumat, 22 April 2022 6:53 WIB

Jakarta (ANTARA) - Petenis peringkat delapan dunia Andrey Rublev menyebut larangan Wimbledon terhadap petenis Rusia dan Belarus "sepenuhnya diskriminasi," sementara federasi tenis Belarus mengatakan keputusan itu hanya akan "menghasut kebencian."

"Alasan yang mereka (Wimbledon) berikan kepada kami tidak masuk akal, itu tidak logis," kata Rublev di sela acara ATP Beograd, dikutip dari AFP, Jumat.

"Apa yang terjadi sekarang adalah sepenuhnya diskriminasi terhadap kami."

Wimbledon, Rabu, melarang semua petenis Rusia dan Belarus untuk ambil bagian dalam turnamen Grand Slam tersebut tahun ini sebagai tanggapan atas invasi Ukraina.

Keputusan itu membuat Rublev serta rekan senegaranya peringkat dua dunia Daniil Medvedev dan peringkat keempat putri Aryna Sabalenka dari Belarus absen dalam turnamen yang akan digelar pada 27 Juni-10 Juli itu.

"Melarang petenis Rusia atau Belarus... tidak akan mengubah apa pun," ujar Rublev, yang mengatakan mengalihkan dana hadiah Wimbledon, yang tahun lalu berjumlah 35 juta poundsterling (Rp655 miliar), akan memiliki efek yang lebih positif.

"Memberikan semua hadiah uang untuk bantuan kemanusiaan, kepada keluarga yang menderita, kepada anak-anak yang menderita, saya pikir itu akan berdampak sesuatu."

"Tenis akan, dalam hal ini, menjadi olahraga pertama dan satu-satunya yang menyumbangkan uang sebanyak itu dan itu adalah Wimbledon sehingga mereka akan mendapat semua pujian."

Federasi Tenis Belarus (BTF) menyebut pejabat pemerintah Inggris "tidak kompeten dan tidak tahu."

"BTF dengan tegas mengutuk keputusan yang diambil oleh penyelenggara Wimbledon untuk menskors pemain tenis Belarus dan Rusia," kata BTF dalam sebuah pernyataan.

"Tindakan destruktif seperti itu sama sekali tidak berkontribusi pada penyelesaian konflik, tetapi hanya menghasut kebencian dan intoleransi secara nasional."

Badan tenis tersebut menambahkan bahwa saat ini kepemimpinan BTF tengah berkonsultasi dengan firma hukum internasional terkait hukum olahraga.

"Strategi sedang dikembangkan yang ditujukan untuk melindungi, pertama-tama, pemain tenis Belarus di seluruh dunia, dan tenis di dunia. Republik Belarus secara keseluruhan."

Pelopor tenis AS Billie Jean King, pendiri WTA pada 1973, mengatakan dia "tidak dapat mendukung" keputusan Wimbledon.

"Salah satu prinsip dasar pendirian WTA adalah bahwa petenis putri di mana pun di dunia, jika dia cukup bagus, akan memiliki tempat untuk berkompetisi," kata juara Wimbledon enam kali itu.

"Saya mendukung itu pada 1973 dan saya mendukung itu hari ini. Saya tidak dapat mendukung larangan atlet individu dari turnamen apa pun, hanya karena kebangsaan mereka," ujarnya menambahkan.

Pewarta : Arindra Meodia
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Peparnas 2024: Petenis meja ganda campuran Jateng Aziz Mubarok-Martin menang

07 October 2024 17:53 Wib

Dua petenis meja USM juara 1 dan 2 Piala Rektor UGM VI

07 October 2024 8:56 Wib

Kejurnas Piala Tugu Muda Semarang, 451 petenis ikut serta

12 June 2023 15:15 Wib, 2023

389 petenis muda ikuti Kejurnas Tenis Yunior di Magelang

09 January 2023 14:50 Wib, 2023

Petenis kursi roda Indonesia Ndaru Patma Putri rebut perak APG

05 August 2022 0:14 Wib, 2022
Terpopuler

Etnik jazz, harmoni musik dan suara alam untuk gerakan lestari

HIBURAN - 12 November 2024 15:09 Wib

Pasar Modal Indonesia selenggarakan CMSE 2024

EKONOMI - 10 November 2024 14:24 Wib

Sebanyak 179 guru di Cimahi belajar jurnalistik bersama ANTARA

PERISTIWA - 12 November 2024 11:41 Wib

Fitur "Face Recognition" BPJS Kesehatan mudahkan pasien di RS

EKONOMI - 13 November 2024 14:42 Wib

DPRD Semarang minta evaluasi pengelolaan Trans Semarang

EKONOMI - 14 November 2024 20:56 Wib