Kudus, Jateng (ANTARA) - Generasi muda Indonesia perlu dilatih berfikir kritis dan kreatif dalam menyaring informasi yang begitu deras di era digital ini, agar secara cepat dapat menjawab setiap permasalahan yang terjadi, kata praktisi komunikasi Roro Ajeng Sekar Arum.
"Dengan kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang ini, memungkinkan semua orang menyampaikan gagasan dan informasi kepada khalayak luas," katanya dalam taklimat media Program Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) yang diterima di Kudus, Jawa Tengah, Kamis.
Berbicara sebagai narasumber pada pelatihan "Leadership Development" Beswan Djarum 2021/2022 secara daring yang dipusatkan di Jakarta dan diikuti lebih 520 mahasiswa penerima program Beswan Djarum angkatan 2021/2022 dari 90 universitas di Indonesia, ia menegaskan bahwa kemampuan berpikir kritis, kreatif serta mampu menghasilkan solusi merupakan bagian dari metode "design thinking", yang dapat diterapkan oleh generasi muda dalam permasalahan di berbagai bidang.
Dalam materi bertajuk "Design Thinking in Written Communication", Roro Ajeng Sekar Arum yang bekerja sebagai "digital strategist" dan "content writer" itu mencontohkan banyaknya berbagai macam bentuk konten yang tidak sehat untuk masyarakat, terlebih kaum muda, yang perlu ditangkal melalui metode "design thinking".
Salah satu yang sedang marak, kata alumni Beswan Djarum angkatan 2011/2012 itu, yakni konten bernuansa "flexing" atau pamer harta dan gaya hidup mewah di media sosial.
"Di era industri 4.0 ini, seseorang dapat dengan mudah bercerita melalui media sosial atau platform lainnya. Namun ini dapat menjadi bumerang, karena informasi tersebut belum tentu benar," katanya.
Menurut dia konten "flexing" yang sedang ramai di kalangan para "content creator" atau influencer, informasi dari mereka belum tentu benar.
"Banyak influencer yang tertangkap berbohong saat melakukan 'flexing'," katanya.
Ia mengajak untuk membayangkan bila seseorang tidak berpikir kritis maka pasti termakan oleh kebohongan tersebut.
"Untuk itu, generasi muda harus lebih berhati-hati dan harus selalu kritis dalam menanggapi informasi yang ada," kata Roro Ajeng Sekar Arum .
Sementara itu, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Lounardus Saptopranolo menambahkan materi "Design Thinking in Written Communication" ini diberikan kepada para Beswan Djarum dengan tujuan agar generasi muda lebih berhati-hati mengolah informasi yang diperoleh.
Ia berharap para peserta mampu melahirkan solusi atas permasalahan yang ada saat ini dan masa mendatang , serta menuangkan gagasan tersebut agar dapat dipahami oleh khalayak.
"Kami berharap 'soft skills' yang diajarkan kepada para Beswan Djarum ini dapat menjadi modal bagi generasi muda dalam membentengi diri terhadap informasi yang tak berdasar dan serta berpikir kritis. Sehingga nantinya dapat berkontribusi terhadap masyarakat dengan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari," demikian Lounardus Saptopranolo.
"Dengan kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang ini, memungkinkan semua orang menyampaikan gagasan dan informasi kepada khalayak luas," katanya dalam taklimat media Program Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) yang diterima di Kudus, Jawa Tengah, Kamis.
Berbicara sebagai narasumber pada pelatihan "Leadership Development" Beswan Djarum 2021/2022 secara daring yang dipusatkan di Jakarta dan diikuti lebih 520 mahasiswa penerima program Beswan Djarum angkatan 2021/2022 dari 90 universitas di Indonesia, ia menegaskan bahwa kemampuan berpikir kritis, kreatif serta mampu menghasilkan solusi merupakan bagian dari metode "design thinking", yang dapat diterapkan oleh generasi muda dalam permasalahan di berbagai bidang.
Dalam materi bertajuk "Design Thinking in Written Communication", Roro Ajeng Sekar Arum yang bekerja sebagai "digital strategist" dan "content writer" itu mencontohkan banyaknya berbagai macam bentuk konten yang tidak sehat untuk masyarakat, terlebih kaum muda, yang perlu ditangkal melalui metode "design thinking".
Salah satu yang sedang marak, kata alumni Beswan Djarum angkatan 2011/2012 itu, yakni konten bernuansa "flexing" atau pamer harta dan gaya hidup mewah di media sosial.
"Di era industri 4.0 ini, seseorang dapat dengan mudah bercerita melalui media sosial atau platform lainnya. Namun ini dapat menjadi bumerang, karena informasi tersebut belum tentu benar," katanya.
Menurut dia konten "flexing" yang sedang ramai di kalangan para "content creator" atau influencer, informasi dari mereka belum tentu benar.
"Banyak influencer yang tertangkap berbohong saat melakukan 'flexing'," katanya.
Ia mengajak untuk membayangkan bila seseorang tidak berpikir kritis maka pasti termakan oleh kebohongan tersebut.
"Untuk itu, generasi muda harus lebih berhati-hati dan harus selalu kritis dalam menanggapi informasi yang ada," kata Roro Ajeng Sekar Arum .
Sementara itu, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Lounardus Saptopranolo menambahkan materi "Design Thinking in Written Communication" ini diberikan kepada para Beswan Djarum dengan tujuan agar generasi muda lebih berhati-hati mengolah informasi yang diperoleh.
Ia berharap para peserta mampu melahirkan solusi atas permasalahan yang ada saat ini dan masa mendatang , serta menuangkan gagasan tersebut agar dapat dipahami oleh khalayak.
"Kami berharap 'soft skills' yang diajarkan kepada para Beswan Djarum ini dapat menjadi modal bagi generasi muda dalam membentengi diri terhadap informasi yang tak berdasar dan serta berpikir kritis. Sehingga nantinya dapat berkontribusi terhadap masyarakat dengan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari," demikian Lounardus Saptopranolo.