Solo (ANTARA) - Pembatik asal Solo Muhammad Taufan Wicaksono menciptakan batik bermotif Mandalika bersamaan dengan gelaran MotoGP Mandalika 2022.
"Melalui batik motif Mandalika ini kami ingin memeriahkan dan mengenalkan batik lokal ke mancanegara," kata Pemilik Batik Toeli Laweyan tersebut di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan batik tulis tersebut mulai dibuat sejak awal Maret dan hingga saat ini sudah diproduksi sebanyak empat lembar batik. Untuk motif utama yang diangkat adalah yang berkaitan dengan Lombok, selain itu juga motif lintasan balap di Sirkuit Mandalika serta gambar sejumlah pembalap, di antaranya Marc Marquez dan Valentino Rossi.
Untuk satu lembar batik tulis tersebut diproduksi dalam waktu lima hari. Menurut dia, waktu pemrosesan batik tergantung dari tingkat kerumitan motif. Satu lembar kain batik tersebut dijual dengan harga Rp1 juta.
Mengenai pemasaran, ia mengatakan lebih banyak melakukannya melalui media sosial. Dengan demikian, konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri akan lebih mudah mengaksesnya.
"Selain itu kami juga sedang berusaha mencari link untuk mempromosikan batik ini ke Mandalika. Prosedur ke sana kan jalurnya tidak mudah. Sedangkan saat ini sebisa mungkin kami promosikan lewat media sosial dan market place," katanya.
Sementara itu yang menarik adalah dalam proses produksinya Taufan melibatkan penyandang disabilitas khususnya tuna rungu.
Ia mengatakan tujuan dilibatkannya penyandang disabilitas adalah agar mereka bisa lebih berinovasi.
"Yang kami angkat kreativitas disabilitas tuna rungu. Kita tahu disabilitas punya kelebihan tapi kalau kemampuan batik kan tidak semua orang memiliki," katanya.
Untuk perajin tuna rungu yang dilibatkannya saat ini sebanyak empat orang, ke depan tidak menutup kemungkinan jumlah perajin akan ditambah.
"Melalui batik motif Mandalika ini kami ingin memeriahkan dan mengenalkan batik lokal ke mancanegara," kata Pemilik Batik Toeli Laweyan tersebut di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Ia mengatakan batik tulis tersebut mulai dibuat sejak awal Maret dan hingga saat ini sudah diproduksi sebanyak empat lembar batik. Untuk motif utama yang diangkat adalah yang berkaitan dengan Lombok, selain itu juga motif lintasan balap di Sirkuit Mandalika serta gambar sejumlah pembalap, di antaranya Marc Marquez dan Valentino Rossi.
Untuk satu lembar batik tulis tersebut diproduksi dalam waktu lima hari. Menurut dia, waktu pemrosesan batik tergantung dari tingkat kerumitan motif. Satu lembar kain batik tersebut dijual dengan harga Rp1 juta.
Mengenai pemasaran, ia mengatakan lebih banyak melakukannya melalui media sosial. Dengan demikian, konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri akan lebih mudah mengaksesnya.
"Selain itu kami juga sedang berusaha mencari link untuk mempromosikan batik ini ke Mandalika. Prosedur ke sana kan jalurnya tidak mudah. Sedangkan saat ini sebisa mungkin kami promosikan lewat media sosial dan market place," katanya.
Sementara itu yang menarik adalah dalam proses produksinya Taufan melibatkan penyandang disabilitas khususnya tuna rungu.
Ia mengatakan tujuan dilibatkannya penyandang disabilitas adalah agar mereka bisa lebih berinovasi.
"Yang kami angkat kreativitas disabilitas tuna rungu. Kita tahu disabilitas punya kelebihan tapi kalau kemampuan batik kan tidak semua orang memiliki," katanya.
Untuk perajin tuna rungu yang dilibatkannya saat ini sebanyak empat orang, ke depan tidak menutup kemungkinan jumlah perajin akan ditambah.