Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia bakal membangun fasilitas penyimpanan listrik berbasis baterai atau BESS berkapasitas lima megawatt pada tahun ini yang digarap oleh perusahaan pelat merah PLN dan IBC.
 
Program ini merupakan tindak lanjut dari rencana kerja IBC untuk memulai ekosistem baterai di Indonesia sebagai upaya mempercepat transisi energi hijau dan mencapai target netralitas karbon pada 2060.
 
Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi menyampaikan pihaknya menyadari jika pengembangan energi baru terbarukan sangat membutuhkan sistem penyimpanan yang baik.
 
"Pengembangan pembangkit energi baru terbarukan saat ini banyak didominasi oleh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang bersifat intermiten, sehingga membutuhkan baterai agar dapat memberikan suplai listrik yang konsisten," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Evy menjelaskan bahwa PLN memiliki rencana program konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke energi baru terbarukan yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Pada tahun ini, perseroan merencanakan ada 250 megawatt PLTD yang akan dikonversi ke PLTS.
 
Sejalan dengan rencana tersebut, peran sistem penyimpanan energi menjadi sangat penting agar pasokan listrik ke masyarakat tetap bisa nyala selama 24 jam.
 
Dalam membangun BESS, PLN melibatkan anak usahanya yang bergerak di bidang pembangkitan, yaitu PT Indonesia Power (IP) dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), serta unit bisnis Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (Pusharlis) karena nantinya teknologi sistem penyimpanan energi akan diterapkan di seluruh pembangkit milik grup PLN.
 
"Implementasi kerja sama yang akan dilakukan antara PLN, IP, PJB, dan IBC pada 2022 adalah dengan membentuk kerja sama operasi untuk pilot project BESS sebesar lima megawatt," kata Evy.
 
Setelah melakukan proyek percontohan, kerja sama operasi itu diharapkan dapat langsung diimplementasikan pada program pengurangan pembangkit tenaga diesel milik PLN.

Di sisi lain, Direktur Keuangan IBC Bernardi Djumiril menyambut positif kerja sama antara IBC dan grup PLN yang akan mengakselerasi pengembangan BESS di Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan perusahaan untuk dapat menghasilkan baterai yang berkualitas tinggi dengan harga yang lebih murah.
 
"Pengembangan dan risetnya harus dibangun sedemikian rupa, sehingga pengembangan BESS dapat terakselerasi dengan baik dan tepat guna," jelas Bernardi.
 
Sebagai anak usaha PLN, IBC melihat framework pengembangan teknologi saat ini sudah terbentuk dengan grup PLN. Melalui kerja sama, maka visi IBC untuk menciptakan industri baterai yang terintegrasi dari hulu ke hilir dapat terealisasi lebih cepat.
 
"Grup PLN mengelola PLTS maupun PLTB yang sangat vital untuk menguji keandalan baterai dari hasil riset ini nantinya," kata Benardi.
 
Di samping penandatangan nota kesepahaman dengan IBC, pada waktu yang sama PLN juga menggandeng Korea Electric Power Corporation (KEPCO) dan True Digital Leader (TDL) untuk kerja sama pembangunan negara energi hijau di kedua negara melalui penelitian dan implementasi BESS, Tabung Listrik (Talis), dan peak shaving pada bidang energi terbarukan.
 
Melalui kerja sama tersebut, PLN, KEPCO, dan TDL akan melakukan proof of concept dan penelitian bisnis BESS sebagai integrasi energi terbarukan dan mengurangi konsumsi daya pada jaringan PLN.
 
Tak hanya itu, PLN juga bekerja sama dengan PT Energi Indonesia Berkarya (EIB) yang merupakan anak usaha dari grup Sinarmas dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
 
PLN dan EIB akan bekerja sama dalam penyediaan fasilitas pengecasan kendaraan listrik berupa SPKLU, SPBKLU maupun home charging. Selain itu, PLN dan EIB juga akan bekerja sama dalam penyediaan kendaraan listrik roda dua maupun roda empat, pengembangan strategis pada lingkup wisata hijau, smart region, green corridors, dan digital signage.

Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024