Cilacap (ANTARA) - Hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang dijual melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dikelola Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo mengalami penurunan akibat cuaca buruk yang sering terjadi sejak awal tahun 2022.
"Kami masih merekap hasil produksi dan nilai transaksi pelelangan ikan di delapan TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo selama bulan Februari 2022," kata Ketua KUD Mino Saroyo Untung Jayanto didampingi Kepala Unit TPI Siti Anjarum di Cilacap, Selasa.
Kendati diprediksi mengalami penurunan, dia mengharapkan produksi ikan dan nilai transaksi pada Februari bisa seperti Januari 2022. Ia memperkirakan produksi ikan pada Maret mulai mengalami peningkatan seiring dengan munculnya ikan layur di perairan selatan Jawa Tengah.
Baca juga: Ganjar minta Menteri Kelautan beri nelayan kemudahan melaut
"Mudah-mudahan kondisi cuaca pada Maret dan seterusnya tetap bersahabat," kata Untung Jayanto.
Berdasarkan informasi dari BMKG, kata dia, dampak siklon tropis Anika di sekitar Australia terhadap kondisi cuaca di perairan selatan Jawa Tengah sudah mulai melemah.
"Informasi dari BMKG, hari ini (1/3) terakhir dampak siklonnya," kata Untung.
Sementara itu Kepala Unit TPI Siti Anjarum mengatakan berdasarkan data dari delapan TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo, total produksi ikan pada Januari 2022 mencapai 518 ton dengan nilai transaksi Rp2,5 miliar.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kata dia, produksi perikanan pada anuari 2021 lebih bagus daripada Januari 2022 karena volume ikan yang dilelang mencapai 586 ton dengan nilai transaksi mencapai Rp4,4 miliar.
"Itu sangat tergantung pada jenis ikan dan harganya karena pada Januari 2021 kebanyakan udang rebon. Kalau ikannya besar-besar, harganya juga tinggi," katanya.
Sementara pada Februari 2021, kata dia, volume ikan yang dilelang tercacat mencapai 406 ton dengan total nilai transaksi sebesar Rp3,5 miliar.
"Kalau yang Februari 2022 masih direkap karena baru tadi malam penutupannya. Mungkin dalam dua-tiga hari ke depan baru bisa diketahui," kata Siti Anjarum.
Ia memperkirakan total produksi dan nilai transaksi pelelangan ikan pada bulan Februari 2022 mengalami penurunan akibat dampak cuaca buruk di perairan selatan Jawa Tengah.
"Kemarin sering terjadi angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan, sehingga banyak kapal besar maupun kecil yang tidak berani melaut," katanya.
Ia mengharapkan kondisi cuaca di perairan selatan Jawa Tengah dapat segera kondusif, sehingga nelayan berani melaut untuk mencari ikan.
"Mulai hari ini (1/3), nelayan mulai berangkat melaut karena angin pada pagi hari mulai reda meskipun sore harinya kembali kencang. Mudah-mudahan kondisi cuaca sekarang bisa membawa ikan layur kembali ke permukaan, kemarin sebenarnya sudah mulai muncul tapi akhirnya menghilang lagi," katanya.
Baca juga: Jateng alokasikan 10.000 kuota asuransi nelayan kecil pada 2022
"Kami masih merekap hasil produksi dan nilai transaksi pelelangan ikan di delapan TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo selama bulan Februari 2022," kata Ketua KUD Mino Saroyo Untung Jayanto didampingi Kepala Unit TPI Siti Anjarum di Cilacap, Selasa.
Kendati diprediksi mengalami penurunan, dia mengharapkan produksi ikan dan nilai transaksi pada Februari bisa seperti Januari 2022. Ia memperkirakan produksi ikan pada Maret mulai mengalami peningkatan seiring dengan munculnya ikan layur di perairan selatan Jawa Tengah.
Baca juga: Ganjar minta Menteri Kelautan beri nelayan kemudahan melaut
"Mudah-mudahan kondisi cuaca pada Maret dan seterusnya tetap bersahabat," kata Untung Jayanto.
Berdasarkan informasi dari BMKG, kata dia, dampak siklon tropis Anika di sekitar Australia terhadap kondisi cuaca di perairan selatan Jawa Tengah sudah mulai melemah.
"Informasi dari BMKG, hari ini (1/3) terakhir dampak siklonnya," kata Untung.
Sementara itu Kepala Unit TPI Siti Anjarum mengatakan berdasarkan data dari delapan TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo, total produksi ikan pada Januari 2022 mencapai 518 ton dengan nilai transaksi Rp2,5 miliar.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kata dia, produksi perikanan pada anuari 2021 lebih bagus daripada Januari 2022 karena volume ikan yang dilelang mencapai 586 ton dengan nilai transaksi mencapai Rp4,4 miliar.
"Itu sangat tergantung pada jenis ikan dan harganya karena pada Januari 2021 kebanyakan udang rebon. Kalau ikannya besar-besar, harganya juga tinggi," katanya.
Sementara pada Februari 2021, kata dia, volume ikan yang dilelang tercacat mencapai 406 ton dengan total nilai transaksi sebesar Rp3,5 miliar.
"Kalau yang Februari 2022 masih direkap karena baru tadi malam penutupannya. Mungkin dalam dua-tiga hari ke depan baru bisa diketahui," kata Siti Anjarum.
Ia memperkirakan total produksi dan nilai transaksi pelelangan ikan pada bulan Februari 2022 mengalami penurunan akibat dampak cuaca buruk di perairan selatan Jawa Tengah.
"Kemarin sering terjadi angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan, sehingga banyak kapal besar maupun kecil yang tidak berani melaut," katanya.
Ia mengharapkan kondisi cuaca di perairan selatan Jawa Tengah dapat segera kondusif, sehingga nelayan berani melaut untuk mencari ikan.
"Mulai hari ini (1/3), nelayan mulai berangkat melaut karena angin pada pagi hari mulai reda meskipun sore harinya kembali kencang. Mudah-mudahan kondisi cuaca sekarang bisa membawa ikan layur kembali ke permukaan, kemarin sebenarnya sudah mulai muncul tapi akhirnya menghilang lagi," katanya.
Baca juga: Jateng alokasikan 10.000 kuota asuransi nelayan kecil pada 2022