Purwokerto (ANTARA) - Harga minyak goreng curah di pasar tradisional, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, masih tinggi, kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas Retno Wulandari.
"Dari pantauan kami, harga minyak goreng curah di pasar rakyat atau pasar tradisional saat ini masih di atas Rp19.000 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan sederhana tidak ada dan minyak goreng kemasan premium hanya sedikit," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Sementara di supermarket atau toko modern, kata dia, pasokan minyak goreng kemasan setiap harinya tetap ada meskipun ketersediaannya hanya pada jam-jam tertentu.
Baca juga: Harga minyak goreng curah di pasar Solo masih Rp20.000/liter
Menurut dia, hal itu disebabkan ketika pasokan minyak goreng kemasan dipajang pada rak displai yang ada di supermarket atau toko modern dalam waktu yang tidak lama akan langsung habis dibeli oleh warga meskipun pembeliannya dibatasi maksimal 2 liter per konsumen.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya fasilitasi bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar bisa membeli minyak goreng sesuai dengan kebutuhan, dia mengakui hingga saat ini belum ada program minyak goreng untuk pelaku UMKM.
"Memang pelaku UMKM kalau hanya mendapatkan minyak goreng sebanyak 2 liter tidak bisa mencukupi kebutuhan, namun kami juga belum ada program untuk UMKM. Kami juga belum bisa menggelar pasar murah atau operasi pasar minyak goreng karena memang tidak ada anggarannya," kata Retno.
Salah seorang pedagang di Pasar Manis, Purwokerto, Icuk mengaku sudah lama tidak menjual minyak goreng curah karena harganya terus melambung.
"Kalau tidak salah, saya terakhir jual minyak goreng curah saat harganya masih Rp18.000 per liter," katanya.
Sementara untuk minyak goreng kemasan, dia mengaku masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan minyak goreng kemasan sederhana, sedangkan minyak goreng kemasan premium masih bisa mengupayakan meskipun dengan jumlah yang sangat terbatas.
Salah seorang pelaku UMKM "Keripik Tempe 27" di Desa Gentawangi, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Denis Priwanda mengaku tidak berani menggunakan minyak goreng curah untuk menggoreng keripik tempe karena akan mempengaruhi cita rasa.
"Tidak hanya saya, pelaku UMKM makanan lainnya yang diproduksi dengan cara digoreng juga sangat jarang yang menggunakan minyak goreng curah karena akan mempengaruhi cita rasa," katanya.
Selain itu, kata dia, kenaikan harga minyak goreng sangat berpengaruh terhadap harga jual produk UMKM makanan seperti keripik tempe dan sebagainya.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan adanya kebijakan khusus bagi pelaku UMKM untuk bisa mendapatkan minyak goreng kemasan sesuai dengan kebutuhan.
"Saya biasanya butuh minyak goreng kemasan sedikitnya 6 liter untuk adonan sebanyak 10 kilogram. Kalau cuma bisa membeli minyak goreng kemasan maksimal 2 liter, tentunya tidak akan cukup," katanya.
Baca juga: Pedagang di Batang masih jual minyak goreng Rp20.000/liter
"Dari pantauan kami, harga minyak goreng curah di pasar rakyat atau pasar tradisional saat ini masih di atas Rp19.000 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan sederhana tidak ada dan minyak goreng kemasan premium hanya sedikit," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Sementara di supermarket atau toko modern, kata dia, pasokan minyak goreng kemasan setiap harinya tetap ada meskipun ketersediaannya hanya pada jam-jam tertentu.
Baca juga: Harga minyak goreng curah di pasar Solo masih Rp20.000/liter
Menurut dia, hal itu disebabkan ketika pasokan minyak goreng kemasan dipajang pada rak displai yang ada di supermarket atau toko modern dalam waktu yang tidak lama akan langsung habis dibeli oleh warga meskipun pembeliannya dibatasi maksimal 2 liter per konsumen.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya fasilitasi bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar bisa membeli minyak goreng sesuai dengan kebutuhan, dia mengakui hingga saat ini belum ada program minyak goreng untuk pelaku UMKM.
"Memang pelaku UMKM kalau hanya mendapatkan minyak goreng sebanyak 2 liter tidak bisa mencukupi kebutuhan, namun kami juga belum ada program untuk UMKM. Kami juga belum bisa menggelar pasar murah atau operasi pasar minyak goreng karena memang tidak ada anggarannya," kata Retno.
Salah seorang pedagang di Pasar Manis, Purwokerto, Icuk mengaku sudah lama tidak menjual minyak goreng curah karena harganya terus melambung.
"Kalau tidak salah, saya terakhir jual minyak goreng curah saat harganya masih Rp18.000 per liter," katanya.
Sementara untuk minyak goreng kemasan, dia mengaku masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan minyak goreng kemasan sederhana, sedangkan minyak goreng kemasan premium masih bisa mengupayakan meskipun dengan jumlah yang sangat terbatas.
Salah seorang pelaku UMKM "Keripik Tempe 27" di Desa Gentawangi, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Denis Priwanda mengaku tidak berani menggunakan minyak goreng curah untuk menggoreng keripik tempe karena akan mempengaruhi cita rasa.
"Tidak hanya saya, pelaku UMKM makanan lainnya yang diproduksi dengan cara digoreng juga sangat jarang yang menggunakan minyak goreng curah karena akan mempengaruhi cita rasa," katanya.
Selain itu, kata dia, kenaikan harga minyak goreng sangat berpengaruh terhadap harga jual produk UMKM makanan seperti keripik tempe dan sebagainya.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan adanya kebijakan khusus bagi pelaku UMKM untuk bisa mendapatkan minyak goreng kemasan sesuai dengan kebutuhan.
"Saya biasanya butuh minyak goreng kemasan sedikitnya 6 liter untuk adonan sebanyak 10 kilogram. Kalau cuma bisa membeli minyak goreng kemasan maksimal 2 liter, tentunya tidak akan cukup," katanya.
Baca juga: Pedagang di Batang masih jual minyak goreng Rp20.000/liter