Purwokerto (ANTARA) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Chusmeru mengatakan tes pramusim MotoGP Mandalika membawa angin segar bagi industri pariwisata Tanah Air.
"Tes pramusim yang berlangsung 11-13 Februari dapat menjadi ajang promosi yang sangat baik," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin.
Dia mengatakan dalam beberapa waktu belakangan ini ada beberapa pembalap yang mengunggah momen pramusim itu di akun media sosial mereka mulai dari sesi latihan hingga unggahan mengenai objek dan daya tarik wisata di sekitar Mandalika.
"Mengingat akun media sosial para pembalap banyak pengikutnya dari berbagai negara, tentu akan membuat Mandalika, Nusa Tenggara Barat dan bahkan juga seluruh sektor pariwisata di Indonesia makin dikenal di belahan dunia," katanya.
Terlebih lagi, kata dia, tiket untuk gelaran MotoGP yang akan berlangsung tanggal 20 Maret 2022 di Mandalika ini sudah terjual habis.
"Imbasnya tentu bukan hanya bagi Mandalika dan NTB saja, tetapi juga daerah terdekat seperti Bali dan Labuan Bajo. Diharapkan setelah ajang MotoGP Mandalika berakhir, para pembalap dan krunya serta penonton akan melanjutkan liburan ke Bali, Labuan Bajo, dan daerah lain di Indonesia," katanya.
Dia menambahkan bahwa MotoGP merupakan salah satu ajang balap motor bergengsi kelas dunia yang selalu menarik untuk disaksikan.
"Bahkan beberapa negara bersaing untuk dapat menjadi tuan rumah balapan tersebut. Jika dikemas secara baik, maka balap MotoGP dapat menjadi 'sport tourism' yang mendatangkan banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara," katanya.
Dia menambahkan ajang ini akan berdampak positif bagi banyak pihak mulai dari perhotelan, restoran dan pusat kuliner serta pernak-pernik hasil kerajinan masyarakat setempat.
"Keberhasilan penyelenggaraan MotoGP Mandalika nanti akan menginspirasi dan memotivasi daerah lain untuk mengembangkan 'sport tourism' bertaraf internasional. Dengan catatan diselenggarakan dengan mengedepankan faktor kebersihan, kesehatan, dan keselamatan bagi atlet yang berlaga dan wisatawan yang menyaksikan," katanya.
Jika ketiga hal itu diabaikan, kata dia, maka 'sport tourism' dikhawatirkan tidak akan berkembang di pasar wisata dan juga dikhawatirkan akan ditinggalkan wisatawan.
"Tes pramusim yang berlangsung 11-13 Februari dapat menjadi ajang promosi yang sangat baik," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin.
Dia mengatakan dalam beberapa waktu belakangan ini ada beberapa pembalap yang mengunggah momen pramusim itu di akun media sosial mereka mulai dari sesi latihan hingga unggahan mengenai objek dan daya tarik wisata di sekitar Mandalika.
"Mengingat akun media sosial para pembalap banyak pengikutnya dari berbagai negara, tentu akan membuat Mandalika, Nusa Tenggara Barat dan bahkan juga seluruh sektor pariwisata di Indonesia makin dikenal di belahan dunia," katanya.
Terlebih lagi, kata dia, tiket untuk gelaran MotoGP yang akan berlangsung tanggal 20 Maret 2022 di Mandalika ini sudah terjual habis.
"Imbasnya tentu bukan hanya bagi Mandalika dan NTB saja, tetapi juga daerah terdekat seperti Bali dan Labuan Bajo. Diharapkan setelah ajang MotoGP Mandalika berakhir, para pembalap dan krunya serta penonton akan melanjutkan liburan ke Bali, Labuan Bajo, dan daerah lain di Indonesia," katanya.
Dia menambahkan bahwa MotoGP merupakan salah satu ajang balap motor bergengsi kelas dunia yang selalu menarik untuk disaksikan.
"Bahkan beberapa negara bersaing untuk dapat menjadi tuan rumah balapan tersebut. Jika dikemas secara baik, maka balap MotoGP dapat menjadi 'sport tourism' yang mendatangkan banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara," katanya.
Dia menambahkan ajang ini akan berdampak positif bagi banyak pihak mulai dari perhotelan, restoran dan pusat kuliner serta pernak-pernik hasil kerajinan masyarakat setempat.
"Keberhasilan penyelenggaraan MotoGP Mandalika nanti akan menginspirasi dan memotivasi daerah lain untuk mengembangkan 'sport tourism' bertaraf internasional. Dengan catatan diselenggarakan dengan mengedepankan faktor kebersihan, kesehatan, dan keselamatan bagi atlet yang berlaga dan wisatawan yang menyaksikan," katanya.
Jika ketiga hal itu diabaikan, kata dia, maka 'sport tourism' dikhawatirkan tidak akan berkembang di pasar wisata dan juga dikhawatirkan akan ditinggalkan wisatawan.