Magelang, Jateng (ANTARA) - Wali Kota Magelang, Jawa Tengah, Muchamad Nur Aziz membuka Pameran Arsip Foto Indo Magelang, Antara Memori dan Identitas di Gedung Loka Budaya Drs. Soekimin Adiwiratmoko di Jalan Alu-Alun Selatan nomor 9, Kota Magelang.
Muchamad Nur Aziz di Magelang, Selasa, mengatakan pameran ini merupakan langkah awal untuk kegiatan selanjutnya, bahwa Kota Magelang ini kaya sejarah.
Pameran yang merupakan kerja sama antara Penerbit Terang, Kinara Vidya, Kota Toea Magelang, dan Dewan Kesenian Kota Magelang ini
berlangsung pada 1-6 Februari 2022.
"Pameran ini langkah awal yang berani menunjukkan bahwa Magelang itu kaya sejarah dan ini memang harus dikuatkan lagi. Ini hanya letupan kecil, nanti harus dibuat lebih besar sehingga bisa mengangkat semuanya, tidak hanya pameran dikunjungi warga Magelang, tetapi banyak orang dari luar kota," katanya.
Ia menilai kegiatan ini merupakan langkah yang baik, karena bangsa atau warga yang mau besar harus tahu sejarah.
"Saya apresiasi kegiatan ini, untuk pameran ini sebaiknya pasang baliho di pintu masuk kota. Saya ingin orang Magelang punya jiwa merdeka, semuanya bebas yang penting tawaduk untuk yang muda-muda. Semangat ya, kegiatan ini harus terus dilakukan, habis ini ada kegiatan lagi, jangan berhenti di sini dan sebarkan ke daerah sekitar," katanya.
Penanggungjawab Kegiatan Muhammad Nafi menyampaikan pihaknya masih terus perlu belajar agar pameran ini menjadi sebuah kegiatan yang bisa memantik emosi kecintaan pada tanah air, terutama Kota Magelang ini.
Ia menyampaikan unggulan dari pameran ini adalah narasi tentang masa-masa peralihan dari era kolonial kepada republik termasuk di masa revolusi, yaitu tentang masa yang dinamakan masa bersiap.
"Sejarang masa bersiap itu sampai sekarang tidak masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah di sekolah. Jadi semacam jadi misteri, ada apa di sana. Hal ini tentu menjadi titik pelajaran bagaimana kita menghargai agar tidak ada lagi orang-orang yang terpinggirkan seperti orang Indo atau sering disebut blasteran," katanya.
Ia menuturkan orang Indo merupakan keturunan campuran hasil perkawinan antara orang Eropa dan pribumi yang cenderung dikesampingkan dan dalam catatan sejarah juga disingkirkan.
"Sulitnya melacak siapa saja dan berapa jumlah orang Indo di Kota Magelang merupakan salah satu realitas bahwa mereka 'hilang' dalam pengarsipan kolonial yang sistematis," katanya.
Muchamad Nur Aziz di Magelang, Selasa, mengatakan pameran ini merupakan langkah awal untuk kegiatan selanjutnya, bahwa Kota Magelang ini kaya sejarah.
Pameran yang merupakan kerja sama antara Penerbit Terang, Kinara Vidya, Kota Toea Magelang, dan Dewan Kesenian Kota Magelang ini
berlangsung pada 1-6 Februari 2022.
"Pameran ini langkah awal yang berani menunjukkan bahwa Magelang itu kaya sejarah dan ini memang harus dikuatkan lagi. Ini hanya letupan kecil, nanti harus dibuat lebih besar sehingga bisa mengangkat semuanya, tidak hanya pameran dikunjungi warga Magelang, tetapi banyak orang dari luar kota," katanya.
Ia menilai kegiatan ini merupakan langkah yang baik, karena bangsa atau warga yang mau besar harus tahu sejarah.
"Saya apresiasi kegiatan ini, untuk pameran ini sebaiknya pasang baliho di pintu masuk kota. Saya ingin orang Magelang punya jiwa merdeka, semuanya bebas yang penting tawaduk untuk yang muda-muda. Semangat ya, kegiatan ini harus terus dilakukan, habis ini ada kegiatan lagi, jangan berhenti di sini dan sebarkan ke daerah sekitar," katanya.
Penanggungjawab Kegiatan Muhammad Nafi menyampaikan pihaknya masih terus perlu belajar agar pameran ini menjadi sebuah kegiatan yang bisa memantik emosi kecintaan pada tanah air, terutama Kota Magelang ini.
Ia menyampaikan unggulan dari pameran ini adalah narasi tentang masa-masa peralihan dari era kolonial kepada republik termasuk di masa revolusi, yaitu tentang masa yang dinamakan masa bersiap.
"Sejarang masa bersiap itu sampai sekarang tidak masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah di sekolah. Jadi semacam jadi misteri, ada apa di sana. Hal ini tentu menjadi titik pelajaran bagaimana kita menghargai agar tidak ada lagi orang-orang yang terpinggirkan seperti orang Indo atau sering disebut blasteran," katanya.
Ia menuturkan orang Indo merupakan keturunan campuran hasil perkawinan antara orang Eropa dan pribumi yang cenderung dikesampingkan dan dalam catatan sejarah juga disingkirkan.
"Sulitnya melacak siapa saja dan berapa jumlah orang Indo di Kota Magelang merupakan salah satu realitas bahwa mereka 'hilang' dalam pengarsipan kolonial yang sistematis," katanya.