Boyolali (ANTARA) - Dinas Pertanian Boyolali di Jawa Tengah bakal mengembangkan program electrifying agriculture atau pertanian dengan energi listrik yang baru dirintis di Desa Jagoan Kecamatan Sambi ke daerah-daerah lainnya lahan tadah hujan untuk meningkatkan produksi pertanian.
Program electrifying agriculture atau pertanian dengan energi listrik baru dirintis di Desa Jagoan, Babadan, dan Tempursari Kecamatan Sambi dan rencana dikembangkan ke desa-desa lainnya di Boyolali, kata Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Bambang Jiyanto di Boyolali, Jumat.
Bambang menjelaskan di Kecamatan Sambi Boyolali ada 89 sumber dalam tersebar di beberapa lokasi persawahan. Setiap sumur dalam tersebut diperkirakan mampu mengairi lahan persawahan sekitar 15 hektare jika kondisi aliran stabil dan kondisi lahan sudah tertata.
Bambang Jiyanto mencontohkan program pertanian dengan energi listrik di Desa Jagoan ada sebanyak 20 titik dan tersentral, tetapi rata-rata masih baru, kondisi lahannnya belum terolah intensif. Sehingga, setiap titik sumur dalam bisa mengairi sebanyak 5 ha hingga10 Ha.
Program pertanian dengan energi listrik tujuanya untuk membantu petani di laha tadah hujan agar pada musim kemarau tiba mereka masih bisa berproduksi sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan produksi pangan di wilayahnya.
Baca juga: Akademisi sebut Hari Tani momentum tingkatkan produksi di tengah pandemi
"Kami untuk pengembangan program akan melakukan pemetaan dahulu, karena sumber anggaran pendapatan belanja desa (APBDes)," kata Bambang.
Pemerintah Kabupaten Boyolali sebelumnya bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah & D.I.Yogyakarta mendorong perekonomian petani dengan memberikan kemudahan mengakses listrik untuk sumur irigasi pertanian.
Program pertanian dengan energi listrik tersebut sinergi antara PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jateng & D.I.Yogyakarta dengan Pemkab Boyolali secara simbolis acara penyalaan listrik sumur sawah untuk 33 pelanggan sebesar 126.400 Volt Ampere (VA) oleh General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan DIY M. Irwansyah Putra, di kawasan persawahan Desa Jagoan, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jateng, Kamis (23/9).
Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Bambang Jiyanto mengatakan upaya yang dilakukan Pemkab Boyolali untuk pemenuhan air irigasi antara lain bantuan pembangunan sumur dalam di Desa Jagoan pada 2019, di mana satu sumur bisa mengairi 15 hektare sawah. Pihaknya mengapresiasi PLN yang telah menyambungkan sekitar 89 titik sumur dengan masing-masing daya 3.500 VA. Harapannya, kemitraan ini dikembangkan di wilayah lain.
"Banyak sentra-sentra produksi pangan yang lokasinya jauh dari jalur listrik dan sangat butuh aliran listrik untuk menaikkan air bagi sawahnya, yang tentu saja mohon dengan tarif ringan atau subsidi. Agar biaya produksi bisa ditekan, indeks pertanaman bisa ditingkatkan dan pendapatan petani membaik," kata Bambang.
Pemkab Boyolali harus menyediakan sekitar 118.500 ton beras setiap tahunnya, dan selama lima tahun terakhir mengalami surplus minimal 44.000 ton beras.
Menurut Bambang meskipun sawah irigasinya sedikit yakni 764 hektare, namun kontribusi produksi gabah dari Kecamatan Sambi pada 2020 mencapai empat besar setelah Kecamatan Nogosari, Andong, dan Simo. Dengan luas panen 4.058 ha produktifitas 5,8 ton per ha gabah kering giling (GKG) atau sejumlah 23.548 ton GKG.
Baca juga: Pemerintah Kab. Banjarnegara intensifkan pengembangan pertanian modern
Baca juga: Dinas Pertanian Cilacap dorong petani lakukan percepatan tanam
Program electrifying agriculture atau pertanian dengan energi listrik baru dirintis di Desa Jagoan, Babadan, dan Tempursari Kecamatan Sambi dan rencana dikembangkan ke desa-desa lainnya di Boyolali, kata Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Bambang Jiyanto di Boyolali, Jumat.
Bambang menjelaskan di Kecamatan Sambi Boyolali ada 89 sumber dalam tersebar di beberapa lokasi persawahan. Setiap sumur dalam tersebut diperkirakan mampu mengairi lahan persawahan sekitar 15 hektare jika kondisi aliran stabil dan kondisi lahan sudah tertata.
Bambang Jiyanto mencontohkan program pertanian dengan energi listrik di Desa Jagoan ada sebanyak 20 titik dan tersentral, tetapi rata-rata masih baru, kondisi lahannnya belum terolah intensif. Sehingga, setiap titik sumur dalam bisa mengairi sebanyak 5 ha hingga10 Ha.
Program pertanian dengan energi listrik tujuanya untuk membantu petani di laha tadah hujan agar pada musim kemarau tiba mereka masih bisa berproduksi sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan produksi pangan di wilayahnya.
Baca juga: Akademisi sebut Hari Tani momentum tingkatkan produksi di tengah pandemi
"Kami untuk pengembangan program akan melakukan pemetaan dahulu, karena sumber anggaran pendapatan belanja desa (APBDes)," kata Bambang.
Pemerintah Kabupaten Boyolali sebelumnya bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah & D.I.Yogyakarta mendorong perekonomian petani dengan memberikan kemudahan mengakses listrik untuk sumur irigasi pertanian.
Program pertanian dengan energi listrik tersebut sinergi antara PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jateng & D.I.Yogyakarta dengan Pemkab Boyolali secara simbolis acara penyalaan listrik sumur sawah untuk 33 pelanggan sebesar 126.400 Volt Ampere (VA) oleh General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan DIY M. Irwansyah Putra, di kawasan persawahan Desa Jagoan, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jateng, Kamis (23/9).
Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Bambang Jiyanto mengatakan upaya yang dilakukan Pemkab Boyolali untuk pemenuhan air irigasi antara lain bantuan pembangunan sumur dalam di Desa Jagoan pada 2019, di mana satu sumur bisa mengairi 15 hektare sawah. Pihaknya mengapresiasi PLN yang telah menyambungkan sekitar 89 titik sumur dengan masing-masing daya 3.500 VA. Harapannya, kemitraan ini dikembangkan di wilayah lain.
"Banyak sentra-sentra produksi pangan yang lokasinya jauh dari jalur listrik dan sangat butuh aliran listrik untuk menaikkan air bagi sawahnya, yang tentu saja mohon dengan tarif ringan atau subsidi. Agar biaya produksi bisa ditekan, indeks pertanaman bisa ditingkatkan dan pendapatan petani membaik," kata Bambang.
Pemkab Boyolali harus menyediakan sekitar 118.500 ton beras setiap tahunnya, dan selama lima tahun terakhir mengalami surplus minimal 44.000 ton beras.
Menurut Bambang meskipun sawah irigasinya sedikit yakni 764 hektare, namun kontribusi produksi gabah dari Kecamatan Sambi pada 2020 mencapai empat besar setelah Kecamatan Nogosari, Andong, dan Simo. Dengan luas panen 4.058 ha produktifitas 5,8 ton per ha gabah kering giling (GKG) atau sejumlah 23.548 ton GKG.
Baca juga: Pemerintah Kab. Banjarnegara intensifkan pengembangan pertanian modern
Baca juga: Dinas Pertanian Cilacap dorong petani lakukan percepatan tanam