Banyumas (ANTARA) - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mendorong para penyintas COVID-19 di Jateng untuk bersedia melakukan donor konvalesen karena permintaan darah jenis itu kini sangat tinggi.
"Saya lihat tadi sudah mulai banyak ya yang donor, permintaannya juga masih tinggi. Tadi ada 900 sekian permintaan dan baru bisa terpenuhi 430 (kantong), artinya belum ada separuh yang terpenuhi donor plasmanya. Ini tadi kita minta data-datanya," kata Wagub, usai meninjau pelaksanaan donor konvalesen di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) Kabupaten Banyumas, Selasa.
Ia mengakui pendataan yang dilakukan UDD PMI Kabupaten Banyumas sudah berjalan baik dengan mendata warga penyintas COVID-19 di wilayah itu.
Baca juga: Wagub Jateng apresiasi jumlah pendonor plasma konvalesen meningkat
Dalam hal ini, pada Selasa (3/8) terdapat 172 penyintas COVID-19 yang hendak mendonorkan plasma konvalesen di UDD PMI Kabupaten Banyumas.
Kendati demikian, Wagub Jateng mengatakan perlunya edukasi dan pendekatan kepada para penyintas COVID-19 agar permasalahan-permasalahan bisa diurai.
"Mereka (penyintas COVID-19) memang trauma, biasanya yang muncul wong aku mari lara kok dikon donor (aku baru sembuh dari sakit kok disuruh donor). Mereka tidak tahu, ternyata donor plasma ini berbeda dengan donor biasa," kata Dewan Kehormatan PMI Jawa Tengah itu.
Ia mengatakan dalam pelaksanaan donor darah biasa, yang diambil adalah darahnya, sedangkan dalam donor plasma konvalesen yang diambil hanya plasmanya.
Dalam donor plasma konvalesen, kata dia, darah yang diambil akan diolah di mesin dan setelah dipisahkan dari plasmanya, darahnya akan dikembalikan ke tubuh penyintas COVID-19 yang donor.
Lebih lanjut, wagub mengakui jika hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mau mengaku terkena COVID-19 karena berasumsi bahwa hal itu merupakan aib, sehingga masih khawatir untuk didekati.
"Banyak yang memiliki gejala COVID-19, tetapi tidak mau mengungkap ini. Saya berharap nanti ada kalau memang kita terpapar COVID-19 lebih baik kita ungkap, karena semakin tinggi data ungkapan masyarakat atau keterbukaan masyarakat, semakin mudah kami mendapatkan plasma konvalesen itu," katanya.
Menurut dia, pihaknya juga telah meminta pemerintah daerah untuk mendata siapa saja pejabat yang pernah terkena COVID-19 dan selanjutnya didorong untuk melalukan donor plasma konvalesen, sehingga mereka bisa donor kepada masyarakat yang membutuhkan.
Ia mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sejak dua minggu lalu telah melaksanakan program Gerakan Donor Plasma Konvalesen (Gedor Lakon).
"Kami sampaikan kepada bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota, untuk memberikan contoh, kita bersama-sama menjadi lakon. Jadi kalau lakon, ya kita ini yang pernah (terkena COVID-19), termasuk saya. Saya ingin menjadi lakon, saya ingin menjadi peran utama untuk menyelamatkan warga kami," katanya, menjelaskan.
Disinggung kebutuhan donor plasma konvalesen di Jawa Tengah, dia mengatakan berdasarkan data terakhir, pada Senin (2/8), terdapat sekitar 15.000 kantong dan baru terpenuhi sekitar 13.000 kantong. "Artinya masih banyak yang belum terpenuhi," katanya.
Baca juga: Epidemiolog ingatkan perlunya perkuat edukasi donor plasma melalui sinergitas
Baca juga: Sosialisasi donor plasma konvalesen perlu diintensifkan
"Saya lihat tadi sudah mulai banyak ya yang donor, permintaannya juga masih tinggi. Tadi ada 900 sekian permintaan dan baru bisa terpenuhi 430 (kantong), artinya belum ada separuh yang terpenuhi donor plasmanya. Ini tadi kita minta data-datanya," kata Wagub, usai meninjau pelaksanaan donor konvalesen di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) Kabupaten Banyumas, Selasa.
Ia mengakui pendataan yang dilakukan UDD PMI Kabupaten Banyumas sudah berjalan baik dengan mendata warga penyintas COVID-19 di wilayah itu.
Baca juga: Wagub Jateng apresiasi jumlah pendonor plasma konvalesen meningkat
Dalam hal ini, pada Selasa (3/8) terdapat 172 penyintas COVID-19 yang hendak mendonorkan plasma konvalesen di UDD PMI Kabupaten Banyumas.
Kendati demikian, Wagub Jateng mengatakan perlunya edukasi dan pendekatan kepada para penyintas COVID-19 agar permasalahan-permasalahan bisa diurai.
"Mereka (penyintas COVID-19) memang trauma, biasanya yang muncul wong aku mari lara kok dikon donor (aku baru sembuh dari sakit kok disuruh donor). Mereka tidak tahu, ternyata donor plasma ini berbeda dengan donor biasa," kata Dewan Kehormatan PMI Jawa Tengah itu.
Ia mengatakan dalam pelaksanaan donor darah biasa, yang diambil adalah darahnya, sedangkan dalam donor plasma konvalesen yang diambil hanya plasmanya.
Dalam donor plasma konvalesen, kata dia, darah yang diambil akan diolah di mesin dan setelah dipisahkan dari plasmanya, darahnya akan dikembalikan ke tubuh penyintas COVID-19 yang donor.
Lebih lanjut, wagub mengakui jika hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mau mengaku terkena COVID-19 karena berasumsi bahwa hal itu merupakan aib, sehingga masih khawatir untuk didekati.
"Banyak yang memiliki gejala COVID-19, tetapi tidak mau mengungkap ini. Saya berharap nanti ada kalau memang kita terpapar COVID-19 lebih baik kita ungkap, karena semakin tinggi data ungkapan masyarakat atau keterbukaan masyarakat, semakin mudah kami mendapatkan plasma konvalesen itu," katanya.
Menurut dia, pihaknya juga telah meminta pemerintah daerah untuk mendata siapa saja pejabat yang pernah terkena COVID-19 dan selanjutnya didorong untuk melalukan donor plasma konvalesen, sehingga mereka bisa donor kepada masyarakat yang membutuhkan.
Ia mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sejak dua minggu lalu telah melaksanakan program Gerakan Donor Plasma Konvalesen (Gedor Lakon).
"Kami sampaikan kepada bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota, untuk memberikan contoh, kita bersama-sama menjadi lakon. Jadi kalau lakon, ya kita ini yang pernah (terkena COVID-19), termasuk saya. Saya ingin menjadi lakon, saya ingin menjadi peran utama untuk menyelamatkan warga kami," katanya, menjelaskan.
Disinggung kebutuhan donor plasma konvalesen di Jawa Tengah, dia mengatakan berdasarkan data terakhir, pada Senin (2/8), terdapat sekitar 15.000 kantong dan baru terpenuhi sekitar 13.000 kantong. "Artinya masih banyak yang belum terpenuhi," katanya.
Baca juga: Epidemiolog ingatkan perlunya perkuat edukasi donor plasma melalui sinergitas
Baca juga: Sosialisasi donor plasma konvalesen perlu diintensifkan