Solo (ANTARA) - Praktisi batik sekaligus pendiri Komunitas Pelangi Nusantara Endahing Noor Suryanti mengatakan pelaku usaha termasuk di dalamnya batik membutuhkan pendampingan dari berbagai pihak agar mandiri.
"Pendampingan sampai mandiri dan sukses harus dilakukan oleh semua stakeholder," katanya saat menjadi pembicara pada acara pelatihan kedua pada Klaster Batik Paguyuban Giriarum Girilayu, Kabupaten Karanganyar yang dilakukan secara virtual di Solo, Jumat.
Ia mengatakan pengrajin batik identik dengan pelaku kriya atau artisan batik. Di Indonesia kelompok ini tidak hanya berkontribusi dalam melestarikan budaya tetapi juga membuka lapangan kerja.
Oleh karena itu, ia menilai instansi terkait perlu melakukan pendekatan kepada pelaku UMKM ini agar mengetahui permasalahan yang dihadapi setiap kelompok.
"Selain itu termasuk kebutuhan UMKM ini agar bisa bertahan, berdaya saing, dan berorientasi ekspor," katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Surakarta Nugroho Joko Prastowo mengatakan pelatihan yang diberikan oleh BI bekerja sama dengan "implementing partner" program UMKM Subsistence Rumah Zakat Solo yang selama ini telah terlibat dalam pengembangan Program Desa Berdikari ini disesuaikan dengan identifikasi sejumlah permasalahan.
"Salah satunya sebagian besar anggota paguyuban masih memiliki pola pikir sebagai pekerja atau buruh sehingga keuntungan yang didapat hanya pada sebatas upah yang diterima. Diperlukan perubahan mindset (pola berpikir) pekerja menjadi entrepreneur (wirausaha) sehingga termotivasi untuk selalu produktif dan melakukan inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang menguntungkan," kata Joko Prastowo.
Dengan berwirausaha, anggota Paguyuban diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraannya sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
"Pendampingan sampai mandiri dan sukses harus dilakukan oleh semua stakeholder," katanya saat menjadi pembicara pada acara pelatihan kedua pada Klaster Batik Paguyuban Giriarum Girilayu, Kabupaten Karanganyar yang dilakukan secara virtual di Solo, Jumat.
Ia mengatakan pengrajin batik identik dengan pelaku kriya atau artisan batik. Di Indonesia kelompok ini tidak hanya berkontribusi dalam melestarikan budaya tetapi juga membuka lapangan kerja.
Oleh karena itu, ia menilai instansi terkait perlu melakukan pendekatan kepada pelaku UMKM ini agar mengetahui permasalahan yang dihadapi setiap kelompok.
"Selain itu termasuk kebutuhan UMKM ini agar bisa bertahan, berdaya saing, dan berorientasi ekspor," katanya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Surakarta Nugroho Joko Prastowo mengatakan pelatihan yang diberikan oleh BI bekerja sama dengan "implementing partner" program UMKM Subsistence Rumah Zakat Solo yang selama ini telah terlibat dalam pengembangan Program Desa Berdikari ini disesuaikan dengan identifikasi sejumlah permasalahan.
"Salah satunya sebagian besar anggota paguyuban masih memiliki pola pikir sebagai pekerja atau buruh sehingga keuntungan yang didapat hanya pada sebatas upah yang diterima. Diperlukan perubahan mindset (pola berpikir) pekerja menjadi entrepreneur (wirausaha) sehingga termotivasi untuk selalu produktif dan melakukan inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang menguntungkan," kata Joko Prastowo.
Dengan berwirausaha, anggota Paguyuban diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraannya sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.