Klaten (ANTARA) - Pengrajin cendera mata bebek yang memanfaatkan bahan baku bonggol bambu dan limbah kayu produksi di Desa Jambu Kulon, Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, usai Lebaran permintaan ekspor menurun hingga mencapai sekitar 70 persen.
"Pesanan kerajinan cendera mata bebek produksinya usai Lebaran ini, sepi bahkan menurun hingga mencapai 70 persen," kata Supriyanto (45), seorang pengrajin cendera mata bebek, di Desa Jambu Kulon RT 02/RW 10 Ceper, Kabupaten Klaten, Kamis.
Menurut Supriyanto kerajinan cendera mata bebek produksinya sebelum Lebaran pesanan bisa mencapai 1.000 buah per bulan. Pesanan datang dari Bali untuk diekspor ke Negara Yunani.
Namun, pesanan kerajinan cendera mata bebek yang diproduksi asal Klaten ini, usai Lebaran ini, justru sepi menurun hanya sekitar 200 buah hingga 300 buah per bulan. Permintaan itu, hanya melayani untuk pasar lokal di Solo, Yogyakarta, dan Jepara.
Meskipun, kata Supriyanto, permintaan pesanan pelanggan sedang menurun, tetapi produksi masih berjalan sedikit demi sedikit untuk persiapan menghadapi moment perayaan Natal yang biasanya permintaan ekspor meningkat cukup signifikan.
Supriyanto menjelaskan soal persediaan bahan baku bonggol bambu pada masa pendemi saat ini, tidak ada masalah. Bahan baku cukup melimpah dan dapat dicari di Cawas Klaten dan Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta. Bahan baku persediaan masih aman.
"Kami soal harga produksi cendera mata bebek saat ini, ada kenaikan sekitar Rp2.000 per buah hingga Rp3.000 per buah, karena harga mengikuti bahan baku yang naik," kata Supriyanto.
Harga kerajinan cendera mata bebek produksinya ditawarkan bervariasi antara Rp40.000 per buah hingga Rp75.000 per buah tergantung ukuran. Jika satu set isi tiga buah harga antara Rp75.000 per buah hingga Rp250.000 per buah.
"Kami didatangi seorang buyer untuk pesanan jelang Natal sebanyak 1.500 buah. Sehingga, saya mulai Juni atau Juli harus mulai produksi lebih banyak dengan tema kerajinan bebek berhias Sinterklas khusus edisi Natal untuk diekspor ke Belanda," katanya.
Dia mengatakan pesanan sebanyak 1.500 buah hingga finishing diperkirakan dapat diselesaikan dengan waktu hingga dua bulan denganm dibantu sekitar 12 tenaga kerja.
"Kami pada masa pandemi COVID-19 tetap eksis produksi meski untuk kebutuhan pesanan dari pasar lokal. Untuk pesanan ekspor baru dapat dilayani pada April hingga sekarang," katanya.
"Pesanan kerajinan cendera mata bebek produksinya usai Lebaran ini, sepi bahkan menurun hingga mencapai 70 persen," kata Supriyanto (45), seorang pengrajin cendera mata bebek, di Desa Jambu Kulon RT 02/RW 10 Ceper, Kabupaten Klaten, Kamis.
Menurut Supriyanto kerajinan cendera mata bebek produksinya sebelum Lebaran pesanan bisa mencapai 1.000 buah per bulan. Pesanan datang dari Bali untuk diekspor ke Negara Yunani.
Namun, pesanan kerajinan cendera mata bebek yang diproduksi asal Klaten ini, usai Lebaran ini, justru sepi menurun hanya sekitar 200 buah hingga 300 buah per bulan. Permintaan itu, hanya melayani untuk pasar lokal di Solo, Yogyakarta, dan Jepara.
Meskipun, kata Supriyanto, permintaan pesanan pelanggan sedang menurun, tetapi produksi masih berjalan sedikit demi sedikit untuk persiapan menghadapi moment perayaan Natal yang biasanya permintaan ekspor meningkat cukup signifikan.
Supriyanto menjelaskan soal persediaan bahan baku bonggol bambu pada masa pendemi saat ini, tidak ada masalah. Bahan baku cukup melimpah dan dapat dicari di Cawas Klaten dan Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta. Bahan baku persediaan masih aman.
"Kami soal harga produksi cendera mata bebek saat ini, ada kenaikan sekitar Rp2.000 per buah hingga Rp3.000 per buah, karena harga mengikuti bahan baku yang naik," kata Supriyanto.
Harga kerajinan cendera mata bebek produksinya ditawarkan bervariasi antara Rp40.000 per buah hingga Rp75.000 per buah tergantung ukuran. Jika satu set isi tiga buah harga antara Rp75.000 per buah hingga Rp250.000 per buah.
"Kami didatangi seorang buyer untuk pesanan jelang Natal sebanyak 1.500 buah. Sehingga, saya mulai Juni atau Juli harus mulai produksi lebih banyak dengan tema kerajinan bebek berhias Sinterklas khusus edisi Natal untuk diekspor ke Belanda," katanya.
Dia mengatakan pesanan sebanyak 1.500 buah hingga finishing diperkirakan dapat diselesaikan dengan waktu hingga dua bulan denganm dibantu sekitar 12 tenaga kerja.
"Kami pada masa pandemi COVID-19 tetap eksis produksi meski untuk kebutuhan pesanan dari pasar lokal. Untuk pesanan ekspor baru dapat dilayani pada April hingga sekarang," katanya.