Wonosobo (ANTARA) - Puluhan balon udara berwarna-warni menyemarakkan acara Syawalan di Dusun Binangun, Desa Wringinanom, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Menurut Ketua Panitia Festival Balon Udara Desa Wringinanom Muharor, Minggu, peserta dari sejumlah desa berpartisipasi dalam festival balon udara yang digelar tiga hari mulai dari tujuh hari sesudah Lebaran.
"Setiap tahun kami menggelar tradisi ini. Kalau dulu menerbangkan balon, benar-benar dilepas, tetapi sekarang harus ditambatkan," katanya.
Baca juga: Tim gabungan sita balon udara siap diterbangkan di Wonosobo
Baca juga: Balon udara meledak di Klaten, lima orang ditetapkan jadi tersangka
Tradisi menerbangkan balon udara saat Syawalan, menurut dia, diganti dengan menambatkan balon udara di lapangan setelah pemerintah melarang penerbangan balon udara karena bisa mengganggu penerbangan pesawat.
"Meskipun menerbangkan balon saat ini dengan cara ditambatkan, tidak masalah bagi kami, yang penting bisa menghibur masyarakat," kata Erik Cahya Saputra (19), peserta festival balon dari Desa Campursari, Kecamatan Kalikajar.
"Keuntungan menerbangkan balon dengan cara ditambatkan, balon masih bisa dimanfaatkan untuk tahun depan," ia menambahkan.
Muharor juga menjelaskan bahwa biaya pembuatan balon udara tradisional berukuran besar berkisar Rp800 ribu hingga Rp1 juta dan balon ukuran sedang biaya pembuatannya sekitar Rp500 ribu.
Menurut Erik, kelompoknya membuat balon berukuran sedang dalam waktu sepekan dengan biaya Rp450 ribu.
Menurut Ketua Panitia Festival Balon Udara Desa Wringinanom Muharor, Minggu, peserta dari sejumlah desa berpartisipasi dalam festival balon udara yang digelar tiga hari mulai dari tujuh hari sesudah Lebaran.
"Setiap tahun kami menggelar tradisi ini. Kalau dulu menerbangkan balon, benar-benar dilepas, tetapi sekarang harus ditambatkan," katanya.
Baca juga: Tim gabungan sita balon udara siap diterbangkan di Wonosobo
Baca juga: Balon udara meledak di Klaten, lima orang ditetapkan jadi tersangka
Tradisi menerbangkan balon udara saat Syawalan, menurut dia, diganti dengan menambatkan balon udara di lapangan setelah pemerintah melarang penerbangan balon udara karena bisa mengganggu penerbangan pesawat.
"Meskipun menerbangkan balon saat ini dengan cara ditambatkan, tidak masalah bagi kami, yang penting bisa menghibur masyarakat," kata Erik Cahya Saputra (19), peserta festival balon dari Desa Campursari, Kecamatan Kalikajar.
"Keuntungan menerbangkan balon dengan cara ditambatkan, balon masih bisa dimanfaatkan untuk tahun depan," ia menambahkan.
Muharor juga menjelaskan bahwa biaya pembuatan balon udara tradisional berukuran besar berkisar Rp800 ribu hingga Rp1 juta dan balon ukuran sedang biaya pembuatannya sekitar Rp500 ribu.
Menurut Erik, kelompoknya membuat balon berukuran sedang dalam waktu sepekan dengan biaya Rp450 ribu.