Pekalongan (ANTARA) - Para nelayan Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mulai beraktifitas mencari ikan di perairan Laut Jawa dan sekitarnya seiring dengan membaiknya kondisi cuaca dalam sepekan terakhir ini.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Pekalongan Imam Menu di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa saat ini mulai memasuki masa peralihan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau sehingga menyebabkan kondisi cuaca di perairan laut cukup cerah dan gelombang air laut juga tidak tinggi.
"Dengan kondisi cuaca seperti sekarang ini maka kapal di bawah bobot 30 grostone (GT) sudah dapat berlayar karena ombak laut tidak terlalu tinggi dan kondisi angin juga aman," katanya.
Menurut dia, selama satu bulan terakhir ini para nelayan lebih memilih beristirahat karena intensitas curah hujan yang tinggi dan kondisi muara sungai yang mengalami pendangkalan.
"Bagi kapal berukuran kecil tidak menimbulkan masalah terhadap adanya pendangkalan lumpur di muara sungai. Akan tetapi bagi kapal berbobot besar maka akan sulit berlabuh," katanya.
Imam mengatakan bahwa jangka waktu berlayar bagi kapal nelayan dengan kapasitas di atas 30 GT bisa mencapai 2 bulan hingga 3 bulan sedang kapal nelayan di bawah 30 GT bisa berlayar selama 1 minggu, 20 hari, dan satu bulan.
Adapun terkait dengan jenis hasil tangkapan ikan, kata dia, antara lain ikan kembung dan ikan layang.
Menurut dia, kapal nelayan di bawah 30 GT bisa memperoleh hasil tangkapan sampai dengan 1 ton ikan sehingga nelayan bisa meraih untung karena harga ikan masih relatif mahal.
"Saat ini harga ikan dijual paling murah Rp20 ribu per kilogram padahal pada kondisi normal hanya mencapai Rp15 ribu per kilogram hingga Rp17 ribu/ kilogram. Kami memperkirakan harga ikan mulai stabil mulai Juli-Agustus 2021 karena kapal nelayan sudah mulai pulang dari mencari ikan di laut," katanya.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Pekalongan Imam Menu di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa saat ini mulai memasuki masa peralihan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau sehingga menyebabkan kondisi cuaca di perairan laut cukup cerah dan gelombang air laut juga tidak tinggi.
"Dengan kondisi cuaca seperti sekarang ini maka kapal di bawah bobot 30 grostone (GT) sudah dapat berlayar karena ombak laut tidak terlalu tinggi dan kondisi angin juga aman," katanya.
Menurut dia, selama satu bulan terakhir ini para nelayan lebih memilih beristirahat karena intensitas curah hujan yang tinggi dan kondisi muara sungai yang mengalami pendangkalan.
"Bagi kapal berukuran kecil tidak menimbulkan masalah terhadap adanya pendangkalan lumpur di muara sungai. Akan tetapi bagi kapal berbobot besar maka akan sulit berlabuh," katanya.
Imam mengatakan bahwa jangka waktu berlayar bagi kapal nelayan dengan kapasitas di atas 30 GT bisa mencapai 2 bulan hingga 3 bulan sedang kapal nelayan di bawah 30 GT bisa berlayar selama 1 minggu, 20 hari, dan satu bulan.
Adapun terkait dengan jenis hasil tangkapan ikan, kata dia, antara lain ikan kembung dan ikan layang.
Menurut dia, kapal nelayan di bawah 30 GT bisa memperoleh hasil tangkapan sampai dengan 1 ton ikan sehingga nelayan bisa meraih untung karena harga ikan masih relatif mahal.
"Saat ini harga ikan dijual paling murah Rp20 ribu per kilogram padahal pada kondisi normal hanya mencapai Rp15 ribu per kilogram hingga Rp17 ribu/ kilogram. Kami memperkirakan harga ikan mulai stabil mulai Juli-Agustus 2021 karena kapal nelayan sudah mulai pulang dari mencari ikan di laut," katanya.