Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, mendorong penurunan angka stunting di Solo menyusul dijadikannya kota ini sebagai percontohan program pendataan keluarga dan penurunan angka tengkes oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

"Kami bertekad untuk makin fokus pada penanganan kesehatan ibu hamil dan balita, supaya angka stunting makin turun," kata Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surakarta Selvi Ananda di Solo, Jumat.

Istri wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka ini mengatakan dengan menurunnya angka stunting dan penanganan kesehatan ibu hamil maka anak akan makin tumbuh cerdas dan ibu juga sehat.

Menurut dia, salah satu yang menjadi fokus adalah arahan untuk mengurangi stunting yang disebabkan kurang gizi.

Ia mengatakan stunting sangat berbahaya karena memengaruhi kesehatan organ, kecerdasan, dan rentan penyakit.

"Harus dibukakan pemahaman, ibu menjadi cikal bakal generasi penerus bangsa, maka stunting harus dicegah," katanya.

Menurut dia, beberapa upaya menghindari stunting, di antaranya dengan menghindari nikah dini, perhatian pola asuh 1.000 hari usia anak dengan ASI eksklusif, pemeriksaan kesehatan minimal empat kali, dan mengikuti kelas hamil.

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Surakarta Purwanti mengatakan Kota Surakarta sudah memiliki program untuk mengantisipasi kasus stunting dan tingkat kesuburan dengan program Sultan Nikah Capingan, yaitu Konsultasi Pra Nikah Bagi Calon Pinanganten.

"Kami andalkan program ini untuk meredam sekaligus menurunkan angka stunting," katanya.

Ia mengatakan selama tahun 2020 Kota Surakarta sudah mengalami kemajuan dan memenuhi target terkait data keluarga berencana, di antaranya capaian KB yang sudah 66,21 persen dan angka tingkat kesuburan mencapai 1,8 persen. Padahal, dikatakannya, pemerintah pusat baru menargetkan angka 2,1 persen pada 2021 ini.

Sebelumnya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan saat ini angka anak stunting di Solo masih lebih dari 1.000 orang. Sedangkan angka kematian bayi baru lahir di Kota Solo perbandingannya dari 10.000 yang lahir ada 140 yang meninggal.

"Terkait hal ini kami dorong pak wali untuk berani mencanangkan zero kematian ibu, zero kematian bayi. Contohnya Singapura, yang mati itu cuma 6 per 100.000," katanya.

Selain itu, ia juga meminta Pemkot Surakarta agar aktif mendata penduduk yang belum menikah dan akan melakukan pernikahan.

"Pak wali (Gibran Rakabuming Raka) sudah mendukung agar tiga bulan sebelum menikah kami data. Yang perempuan kami minta periksa Hb, yang laki-laki 75 hari sebelum menikah juga harus menyiapkan stamina untuk memastikan kualitas sperma yang baik," katanya. 

Baca juga: Tangani stunting, BKKBN segera lakukan Pendataan Keluarga

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024