Kudus (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin mengerahkan delapan mesin pompa penyedot air ke sejumlah lokasi untuk menyedot air banjir yang menggenangi areal persawahan di dua desa.
Lokasi pertama yang menjadi perhatian karena areal lahan sawahnya yang cukup luas, yakni di Desa Kirig, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, mencapai 45 hektare. Airnya dibuang ke aliran Sungai Pendo yang menuju Sungai Jeratun Seluna.
"Desa Kirig memang menjadi prioritas karena luasan areal sawahanya cukup luas, sehingga pemerintah harus hadir untuk membantu petani. Upayanya dengan menyedot genangan banjir agar segera surut," kata Pelaksana tugas Bupati Kudus Hartopo, didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Catur Sulistyanto yang ditemui di sela-sela meninjau penyedotan air banjir di areal persawahan di Desa Kirig, Kecamatan Mejobo, Kudus.
Selain di Desa Kirig, kata dia, penyediaan mesin pompa penyedot air juga di Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, juga disediakan dua unit mesin, sedangkan luas areal persawahan yang tergenang di Desa Setrokalangan mencapai 20-an hektare.
Adanya upaya penyedotan genangan banjir tersebut, diharapkan bisa membantu pemulihan perekonomian para petani di Kabupaten Kudus yang terdampak banjir.
Ia optimistis dengan mesin pompa yang ada, bisa mempercepat surutnya banjir yang menggenangi areal persawahan, terutama di Desa Kirig dan Setrokalangan yang sudah lebih dahulu ditangani. Sementara desa lainnya menyusul menunggu giliran.
Camat Mejobo Aan Fitriyanto menjelaskan bahwa luas areal tanaman padi di Kecamatan Mejobo mencapai 902 hektare, sedangkan luas genangan di areal 470 hektare. Genangan banjir paling parah, yakni di Desa Kirig, disusul Payaman, Temulus dan Mejobo dengan luas areal lahan bervariasi.
"Jika pompanisasi untuk menyedot air banjir di Desa Kirig hasilnya efektif, tentunya bisa dilanjutkan ke desa lannya," ujarnya.
Sutrisno, salah seorang petani asal Desa Kirig, mengaku berterima kasih karena dibantu pompanisasi. Jika tidak ada bantuan tersebut, dipastikan genangan banjir baru bisa surut hingga beberapa bulan lagi karena daerahnya memang cekungan.
Dengan bantuan enam unit pompa mesin penyedot genangan yang dimulai Senin (22/2) ini, dia optimistis dalam waktu dua tiga hari genangan banjir bisa surut sehingga April 2021 bisa mulai tanam kembali.
"Saya memang belum tanam, karena sejak Desember 2020 sawah saya seluas satu hektare sudah tergenang banjir," ujarnya.
Jika tidak ada penyedotan air genangan, dia memprediksi baru bisa tanam pada bulan Agustus 2021 karena pengalaman sebelumnya memang lama surutnya.
Lokasi pertama yang menjadi perhatian karena areal lahan sawahnya yang cukup luas, yakni di Desa Kirig, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, mencapai 45 hektare. Airnya dibuang ke aliran Sungai Pendo yang menuju Sungai Jeratun Seluna.
"Desa Kirig memang menjadi prioritas karena luasan areal sawahanya cukup luas, sehingga pemerintah harus hadir untuk membantu petani. Upayanya dengan menyedot genangan banjir agar segera surut," kata Pelaksana tugas Bupati Kudus Hartopo, didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Catur Sulistyanto yang ditemui di sela-sela meninjau penyedotan air banjir di areal persawahan di Desa Kirig, Kecamatan Mejobo, Kudus.
Selain di Desa Kirig, kata dia, penyediaan mesin pompa penyedot air juga di Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, juga disediakan dua unit mesin, sedangkan luas areal persawahan yang tergenang di Desa Setrokalangan mencapai 20-an hektare.
Adanya upaya penyedotan genangan banjir tersebut, diharapkan bisa membantu pemulihan perekonomian para petani di Kabupaten Kudus yang terdampak banjir.
Ia optimistis dengan mesin pompa yang ada, bisa mempercepat surutnya banjir yang menggenangi areal persawahan, terutama di Desa Kirig dan Setrokalangan yang sudah lebih dahulu ditangani. Sementara desa lainnya menyusul menunggu giliran.
Camat Mejobo Aan Fitriyanto menjelaskan bahwa luas areal tanaman padi di Kecamatan Mejobo mencapai 902 hektare, sedangkan luas genangan di areal 470 hektare. Genangan banjir paling parah, yakni di Desa Kirig, disusul Payaman, Temulus dan Mejobo dengan luas areal lahan bervariasi.
"Jika pompanisasi untuk menyedot air banjir di Desa Kirig hasilnya efektif, tentunya bisa dilanjutkan ke desa lannya," ujarnya.
Sutrisno, salah seorang petani asal Desa Kirig, mengaku berterima kasih karena dibantu pompanisasi. Jika tidak ada bantuan tersebut, dipastikan genangan banjir baru bisa surut hingga beberapa bulan lagi karena daerahnya memang cekungan.
Dengan bantuan enam unit pompa mesin penyedot genangan yang dimulai Senin (22/2) ini, dia optimistis dalam waktu dua tiga hari genangan banjir bisa surut sehingga April 2021 bisa mulai tanam kembali.
"Saya memang belum tanam, karena sejak Desember 2020 sawah saya seluas satu hektare sudah tergenang banjir," ujarnya.
Jika tidak ada penyedotan air genangan, dia memprediksi baru bisa tanam pada bulan Agustus 2021 karena pengalaman sebelumnya memang lama surutnya.