Banyumas (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mempertimbangkan kemungkinan untuk merelokasi keluarga-keluarga yang menjadi korban tanah bergerak di Dusun Semaya, Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas.

"Ini sudah kita lihat dan juga nanti akan ada ahli geologi untuk memberikan rekomendasi kepada kita karena relokasi kan butuh anggaran besar menggunakan APBD, jadi harus ada dasarnya," kata Bupati Banyumas Achmad Husein di Banyumas, Rabu.

Saat meninjau lokasi bencana tanah bergerak di Dusun Semaya, Bupati mengatakan bahwa penanganan masalah tanah bergerak membutuhkan kajian teknis dari ahli geologi.

Baca juga: 95 keluarga di Desa Bodas Pekalongan terdampak tanah bergerak bakal direlokasi

"Saya sudah lihat sendiri faktanya, tetapi secara teknik harus ada ahlinya yang menganalisis. Nanti akan ada ahli geologi yang menganalisis apakah perlu relokasi dan berapa banyak yang direlokasi, nanti kami akan siapkan," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa warga yang rumahnya rusak parah akibat pergerakan tanah harus segera direlokasi tanpa harus menunggu analisis dari ahli geologi. Lubang sepanjang lebih kurang 10 meter dengan lebar 2 meter dan kedalaman 3 meter muncul di rumah Casan Efendi sejak bencana tanah bergerak melanda Dusun Semaya, Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. ANTARA/HO-Bagian Prokompim Setda Banyumas

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas Junaidi, yang punya latar belakang pendidikan bidang geologi, juga mengemukakan perlunya kajian lebih detail mengenai kondisi tanah di Dusun Semaya.

"Sehingga nanti pemerintah daerah ketika memberi keputusan atau kesimpulan itu dasarnya dari kajian teknis yang bisa dilakukan dari Kementerian ESDM, di sana itu ada Badan Geologi yang memang punya kapasitas untuk melakukan penelitian terkait dengan bencana alam khususnya pergerakan tanah," katanya.

Pergerakan tanah yang terjadi di Dusun Semaya, menurut dia, perlu diteliti lebih lanjut mengingat dusun tersebut jauh dari sungai dan merupakan daerah di kaki Gunung Slamet yang secara geologis seharusnya stabil karena fondasi bawahnya merupakan batuan beku, bukan batuan berlapis.

"Yang bahaya itu kan kalau memang litologinya ada pelapisan. Di sini itu batuan beku yang stabil sebetulnya, cuma apakah ini mungkin tanah endapannya terlalu tebal sehingga ada proses penggerusan di dalam tanah yang memunculkan semacam gua di dalam tanah yang mengakibatkan ketahanan di permukaan menjadi berkurang," katanya.

Menurut dia, kemungkinan adanya mata air yang airnya merembes dan membuat tanah tergerus dan membentuk lubang juga perlu diteliti.

Lahan Relokasi

Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Banyumas Kresnawan Wahyu Kristoyo mengatakan penyediaan lahan untuk relokasi rumah warga bisa dilakukan oleh pemerintah desa setempat.

"Mengenai masalah pembangunan rumah dan sebagainya, kita bisa ajukan bantuan ke provinsi," katanya.

Berdasarkan data pemerintah, ada 20 rumah warga Dusun Semaya yang terdampak pergerakan tanah, lima di antaranya mengalami kerusakan dan 15 lainnya dalam kondisi terancam rusak.

Pergerakan tanah antara lain menyebabkan sebagian tembok rumah Casan Efendi retak-retak.

Selain itu, menurut Casan, muncul lubang berukuran panjang lebih kurang 10 meter, lebar dua meter, dan kedalaman tiga meter di bawah lantai ruang tamu rumahnya.

"Lubang yang memanjang dari ruang tamu hingga kamar mandi ini muncul sejak adanya tanah bergerak," katanya.


Baca juga: Sejumlah desa di Purbalingga dilanda longsor
Baca juga: Hujan deras, BPBD Banjarnegara: Waspadai tanah bergerak
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024