Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menutup sementara Puskesmas Kecamatan Andong selama tiga hari dari Sabtu (14/11) sampai Senin untuk melakukan sterilisasi setelah sejumlah pegawai puskesmas dikonfirmasi tertular COVID-19.
Kepala Dinas Kesehatan Boyolali Ratri S Survivalina mengatakan, Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan pada pegawai Puskemas Andong setelah seorang pegawai puskesmas yang dirawat Rumah Sakit UNS Solo dikonfirmasi terserang COVID-19.
"Puskesmas Andong ditutup pelayanannya selama tiga hari ini karena tenaga kesehatan yang terdeteksi positif COVID-19 ada sebanyak 26 kasus," kata Ratri.
Ia menjelaskan, jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Boyolali sebanyak 1.546 kasus dengan jumlah pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 143 orang, pasien yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 296 orang, pasien yang sudah dinyatakan sembuh 1.046 orang, dan pasien yang meninggal dunia 61 orang.
Menurut dia, pada 14 November terjadi penambahan 135 kasus COVID-19 dan penambahan kasus itu membuat Boyolali masuk ke zona merah atau zona risiko tinggi penularan virus corona.
Pada Minggu (15/11), ia melanjutkan, hanya ada dua tambahan kasus infeksi virus corona atau menurun drastis dibandingkan hari sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa saat ini di Boyolali ada 22 klaster penularan COVID-19 yang masih aktif, mayoritas klaster keluarga.
Selain klaster keluarga, ada klaster layatan di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, yang mencakup 34 pasien COVID-19 dan klaster piknik Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, yang menyebabkan 10 warga tertular virus corona.
Dinas Kesehatan Boyolali meminta masyarakat selalu mematuhi protokol kesehatan dalam semua aktivitas, khususnya 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun).
Kepala Dinas Kesehatan Boyolali Ratri S Survivalina mengatakan, Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan pada pegawai Puskemas Andong setelah seorang pegawai puskesmas yang dirawat Rumah Sakit UNS Solo dikonfirmasi terserang COVID-19.
"Puskesmas Andong ditutup pelayanannya selama tiga hari ini karena tenaga kesehatan yang terdeteksi positif COVID-19 ada sebanyak 26 kasus," kata Ratri.
Ia menjelaskan, jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Boyolali sebanyak 1.546 kasus dengan jumlah pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 143 orang, pasien yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 296 orang, pasien yang sudah dinyatakan sembuh 1.046 orang, dan pasien yang meninggal dunia 61 orang.
Menurut dia, pada 14 November terjadi penambahan 135 kasus COVID-19 dan penambahan kasus itu membuat Boyolali masuk ke zona merah atau zona risiko tinggi penularan virus corona.
Pada Minggu (15/11), ia melanjutkan, hanya ada dua tambahan kasus infeksi virus corona atau menurun drastis dibandingkan hari sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa saat ini di Boyolali ada 22 klaster penularan COVID-19 yang masih aktif, mayoritas klaster keluarga.
Selain klaster keluarga, ada klaster layatan di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, yang mencakup 34 pasien COVID-19 dan klaster piknik Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, yang menyebabkan 10 warga tertular virus corona.
Dinas Kesehatan Boyolali meminta masyarakat selalu mematuhi protokol kesehatan dalam semua aktivitas, khususnya 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun).