Boyolali (ANTARA) - Tim relawan gabungan bersama masyarakat melakukan evakuasi warga yang rentan di tiga dukuh di lereng Merapi Desa Tlogolele Kecamatan Selo ke tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS) tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19.
Total warga tiga dukuh yakni Stabelan, Takeran dan Belang yang dievakuasi totalnya sebanyak 128 jiwa yang rentan baik lansia, ibu hamil, balita atau anak-anak maupun disabilitas, kata kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Bambang Sinung Harjo, di Desa Tlogolele Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng, Senin.
BPBD Kabupaten Boyolali telah menyiapkan tempat penampungan pengungsian sementara di Desa Tlogolele yang sudah diubah tata ruangannya agar tetap menerapkan protokol kesehatan saat dalam pengungsian sementara.
Bahkan, dari pihak Dinkes Boyolali juga di lapangan turut memantau warga agar tetap disiplin dengan memakai masker dan menjaga jarak saat evakuasi ke TPPS Desa Tlogolele.
Pemkab Boyolali terus melakukan pemantauan terkait disiplin protokol kesehatan untuk warga Tlogolele di tengah pandemi COVID-19 saat ini.
Menurut Kepala Desa Tlogolele Sungadi, warga mematuhi memakai masker dan menjaga jarak selama evakuasi sehingga dapat mencegah penyebaran virus corona.
Menurut Sungadi, kegiatan evakuasi warga yang rentan baik lansia, ibu hamil, disabilitas maupun balita atau anak-anak dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, dukuh terdekat dari puncak Merapi berjarak sekitar 3 hingga 3,5 kilometer, yakni Stabelan. Warga yang rentan di Dukuh Stabelan, Takeran dan Belang yang dievakuasi ke TPPS Tlogolele sebanyak 128 orang.
"Jumlah 128 orang yang rentan itu, yakni ibu hamil sebanyak 5 orang, lansia (24), balita (35), anak (20, disabilitas (4) dan dewasa 44 orang. Namun, sesuai data total seluruhnya yang diajukan sebanyak 233 jiwa yang rentan," kata Sungadi.
Warga Desa Tlogolele yang rentan dievakuasi tersebut karena status Merapi naik dari waspada (level II) ke siaga (level III). Hal ini, dilakukan guna meminimalisir adanya korban jiwa dalam penanganan jika Merapi terjadi erupsi sewaktu-waktu.
Warga sebelum masuk TPPS juga harus diukur suhunya, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer agar aman penyebaran COVID-19.
Bahkan, tim gabungan baik Pemkab Boyolali, kecamatan dan desa sudah mempersiapkan tempat penampungan pengungsi sementara dengan menyekat ruangan dibuat bilik-bilik menjadi puluhan petak dengan triplek yang cukup untuk menampung empat orang dewasa guna memenuhi protokol kesehatan.
Dia mengatakan gedung TPPS Desa Tlogolele sebenarnya bisa menampung sekitar 1.000 jiwa, tetapi karena disekat agar tetap sesuai protokol kesehatan hanya bisa menampung sekitar 300 hingga 400 orang saja. Bahkan warga balita tidurnya di rumah warga sekitar TPPS ini.
Selain itu, tim relawan Desa Tlogolele sudah membuka dapur umum untuk memberikan makanan warga yang diungsikan di TPPS.
Total warga tiga dukuh yakni Stabelan, Takeran dan Belang yang dievakuasi totalnya sebanyak 128 jiwa yang rentan baik lansia, ibu hamil, balita atau anak-anak maupun disabilitas, kata kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Bambang Sinung Harjo, di Desa Tlogolele Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng, Senin.
BPBD Kabupaten Boyolali telah menyiapkan tempat penampungan pengungsian sementara di Desa Tlogolele yang sudah diubah tata ruangannya agar tetap menerapkan protokol kesehatan saat dalam pengungsian sementara.
Bahkan, dari pihak Dinkes Boyolali juga di lapangan turut memantau warga agar tetap disiplin dengan memakai masker dan menjaga jarak saat evakuasi ke TPPS Desa Tlogolele.
Pemkab Boyolali terus melakukan pemantauan terkait disiplin protokol kesehatan untuk warga Tlogolele di tengah pandemi COVID-19 saat ini.
Menurut Kepala Desa Tlogolele Sungadi, warga mematuhi memakai masker dan menjaga jarak selama evakuasi sehingga dapat mencegah penyebaran virus corona.
Menurut Sungadi, kegiatan evakuasi warga yang rentan baik lansia, ibu hamil, disabilitas maupun balita atau anak-anak dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, dukuh terdekat dari puncak Merapi berjarak sekitar 3 hingga 3,5 kilometer, yakni Stabelan. Warga yang rentan di Dukuh Stabelan, Takeran dan Belang yang dievakuasi ke TPPS Tlogolele sebanyak 128 orang.
"Jumlah 128 orang yang rentan itu, yakni ibu hamil sebanyak 5 orang, lansia (24), balita (35), anak (20, disabilitas (4) dan dewasa 44 orang. Namun, sesuai data total seluruhnya yang diajukan sebanyak 233 jiwa yang rentan," kata Sungadi.
Warga Desa Tlogolele yang rentan dievakuasi tersebut karena status Merapi naik dari waspada (level II) ke siaga (level III). Hal ini, dilakukan guna meminimalisir adanya korban jiwa dalam penanganan jika Merapi terjadi erupsi sewaktu-waktu.
Warga sebelum masuk TPPS juga harus diukur suhunya, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer agar aman penyebaran COVID-19.
Bahkan, tim gabungan baik Pemkab Boyolali, kecamatan dan desa sudah mempersiapkan tempat penampungan pengungsi sementara dengan menyekat ruangan dibuat bilik-bilik menjadi puluhan petak dengan triplek yang cukup untuk menampung empat orang dewasa guna memenuhi protokol kesehatan.
Dia mengatakan gedung TPPS Desa Tlogolele sebenarnya bisa menampung sekitar 1.000 jiwa, tetapi karena disekat agar tetap sesuai protokol kesehatan hanya bisa menampung sekitar 300 hingga 400 orang saja. Bahkan warga balita tidurnya di rumah warga sekitar TPPS ini.
Selain itu, tim relawan Desa Tlogolele sudah membuka dapur umum untuk memberikan makanan warga yang diungsikan di TPPS.