Semarang (ANTARA) - Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memilih untuk bertahan meski pandemi berdampak pada merosotnya daya beli masyarakat.

"Pada saat pandemi saya sempat mengurangi jam kerja karyawan, apalagi di beberapa ruas jalan di mana menjadi lokasi cabang usaha saya sempat ditutup sementara waktu karena pandemi," kata pendiri kedai Anak Panah Kopi Reagan Bayu PH pada kegiatan "UKM Virtual Expo" di Semarang, Senin.

Meski demikian, ia mengaku terus memberdayakan para pegawai dengan melakukan promosi ke lingkungan terdekatnya, baik ke teman-teman maupun keluarga.

"Dasarnya adalah menciptakan suasana kekeluargaan di lingkungan kerja. Jadi khususnya selama pandemi ini saya banyak dibantu oleh pegawai untuk mempromosikan usaha ini," katanya.

Oleh karena itu, meski di awal-awal pandemi COVID-19 usahanya sempat tersendat, sejak dua bulan lalu omzet usahanya kembali mengalami kenaikan. Capaian tersebut juga tidak lepas dari usahanya mempelajari pasar, termasuk karakteristik objek pasar yang disasarnya.

"Pada dasarnya kita memang orang komunal, sering nongkrong. Kalau sudah ada wifi, AC, nongkrongnya bisa berjam-jam. Oleh karena itu, kami menyediakan wadah bagi mereka, khususnya kalangan milenial untuk beraktivitas seperti mengerjakan tugas maupun melakukan 'meeting'," katanya.

Senada, Dokter sekaligus pelaku UMKM Tirta Mandira Hudhi atau akrab dengan sebutan dr Tirta mengatakan sempat tutup selama tiga bulan karena tugasnya sebagai relawan COVID-19. Bahkan, ia mengaku rugi hingga Rp1,8 miliar akibat tutupnya tempat usaha bernama "Shoes and Care" ini.

"Tetapi Juni, Juli mulai menunjukkan kenaikan. Di bulan September omzet saya mengalami kenaikan hingga empat kali lipat dan bulan Oktober saya malah bisa buka tujuh cabang baru di luar Jawa," katanya.

Ia mengatakan untuk bisa bertahan di masa pandemi, pelaku UMKM tidak boleh menyerah dan harus berani melawan arus.

"Kita bisa selamat dari pandemi jika diselesaikan dulu krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Krisis ekonomi kelar dengan cara memperbaiki ekonomi mikronya, kalau sektor makro biar jadi urusan Negara," katanya.

Menurut dia, untuk bisa bertahan maka pelaku usaha harus mampu menguasai digitalisasi, pemasaran, dan memiliki perencanaan keuangan baik.

"Seperti cobaan di masa pandemi ini akan dialami oleh setiap pelaku usaha, anggap sebagai ombak yang sangat kuat di laut dan jadi penggembleng kita, kalau lolos maka kita akan jadi pengusaha dengan mental yang kuat. Jadi 'nggak' boleh 'ngeluh'," katanya.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024