Kudus (ANTARA) - Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, berencana menulis kembali mushaf Al Quran yang sebelumnya diperiksa dan diteliti para ulama setempat dengan dukungan penulisan para seniman serta ornamen mushaf yang mencerminkan peradaban Kudus.
"Rencana menulis kembali mushaf Al Quran tersebut, didedikasikan untuk mempertahankan karya ulama Kudus sembari meneguhkan tekad untuk selalu memelihara peninggalan yang baik sembari merengkuh peradaban baru yang lebih baik," kata Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan didampingi Bagian Penelitian dan Pengembangan Abdul Jalil di sela-sela jumpa pers "Mbabar Mushaf Menara" di Kudus, Senin.
Perbedaan utama pada Al Quran tersebut, untuk sampul depannya memang bernuansa Menara Kudus, sedangkan sampul bagian dalamnya bernuansa Gerbang Aryo Penangsang.
Sementara garis pembatasnya, lanjut dia, akan bernuansa ornamen-ornamen rumah adat khas Kudus.
"Termasuk di dalamnya ada nuansa tanaman parijotho, cengkih atau lainnya," ujarnya.
Selain itu, yang membedakan dari Al Quran lainnya, yakni huruf hijaiyah yang akan digunakan menggunakan naskhi syauqi, sedangkan yang lainnya sama seperti pada umumnya Al Quran yang diakui Kementerian Agama.
Menurut dia, Al Quran juga memiliki unsur keindahannya, untuk itulah yang akan ditonjolkan di penulisan ulang nantinya.
Adapun lamanya proses pengerjaan penulisan ulang Al Quran tersebut, diperkirakan bisa rampung dalam waktu lima bulan ke depan.
Jumlah penulis arab yang akan dilibatkan sebanyak sembilan kaligrafer yang ditargetkan dalam sehari bisa menyelesaikan satu hamalan.
"Kertasnya sendiri menggunakan kertas seni dan tintanya kami datangkan dari Jepang," ujarnya.
Najib menambahkan yang istimewa dalam menulis mushaf Al Quran tersebut yang akan memulai coretan dengan menuliskan ayat pertama Surat Al Fatihah adalah Kiai Sya’roni Ahmadi, sedangkan yang menutup nanti Kiai Ahmad Mustofa Bisri atau lebih biasa dipanggil dengan Gus Mus.
Untuk memulai penulisan mushaf Al Quran tersebut yang dijadwalkan dimulai pada Rabu 28 Oktober 2020, akan diawali dengan kompetisi kaligrafi untuk anak usia 14 tahun pada Selasa (27/10).
"Kemudian pada malam harinya, dilanjutkan dengan 'Halaqah Mbabar Mushaf' yang akan membahas secara konseptual kegiatan tersebut. Dengan sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya. Mulai dari tim penulis Mushaf Menara hingga peneliti peneliti mushaf," ujarnya.
Adapun tujuan kegiatan tersebut, untuk mempertahankan unsur-unsur lokalitas Kudus dalam ornamen maupun hiasan mushaf Al Quran, mengenalkan kepada generasi muda akan kesenian kaligrafi dan penulisan huruf-huruf Al Quran, serta mengingatkan kepada masyarakat akan jasa ulama Kudus dalam memilih dan meneliti Al Quran untuk memudahkan masyarakat dalam belajar dan membaca Al Quran.
"Rencana menulis kembali mushaf Al Quran tersebut, didedikasikan untuk mempertahankan karya ulama Kudus sembari meneguhkan tekad untuk selalu memelihara peninggalan yang baik sembari merengkuh peradaban baru yang lebih baik," kata Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan didampingi Bagian Penelitian dan Pengembangan Abdul Jalil di sela-sela jumpa pers "Mbabar Mushaf Menara" di Kudus, Senin.
Perbedaan utama pada Al Quran tersebut, untuk sampul depannya memang bernuansa Menara Kudus, sedangkan sampul bagian dalamnya bernuansa Gerbang Aryo Penangsang.
Sementara garis pembatasnya, lanjut dia, akan bernuansa ornamen-ornamen rumah adat khas Kudus.
"Termasuk di dalamnya ada nuansa tanaman parijotho, cengkih atau lainnya," ujarnya.
Selain itu, yang membedakan dari Al Quran lainnya, yakni huruf hijaiyah yang akan digunakan menggunakan naskhi syauqi, sedangkan yang lainnya sama seperti pada umumnya Al Quran yang diakui Kementerian Agama.
Menurut dia, Al Quran juga memiliki unsur keindahannya, untuk itulah yang akan ditonjolkan di penulisan ulang nantinya.
Adapun lamanya proses pengerjaan penulisan ulang Al Quran tersebut, diperkirakan bisa rampung dalam waktu lima bulan ke depan.
Jumlah penulis arab yang akan dilibatkan sebanyak sembilan kaligrafer yang ditargetkan dalam sehari bisa menyelesaikan satu hamalan.
"Kertasnya sendiri menggunakan kertas seni dan tintanya kami datangkan dari Jepang," ujarnya.
Najib menambahkan yang istimewa dalam menulis mushaf Al Quran tersebut yang akan memulai coretan dengan menuliskan ayat pertama Surat Al Fatihah adalah Kiai Sya’roni Ahmadi, sedangkan yang menutup nanti Kiai Ahmad Mustofa Bisri atau lebih biasa dipanggil dengan Gus Mus.
Untuk memulai penulisan mushaf Al Quran tersebut yang dijadwalkan dimulai pada Rabu 28 Oktober 2020, akan diawali dengan kompetisi kaligrafi untuk anak usia 14 tahun pada Selasa (27/10).
"Kemudian pada malam harinya, dilanjutkan dengan 'Halaqah Mbabar Mushaf' yang akan membahas secara konseptual kegiatan tersebut. Dengan sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya. Mulai dari tim penulis Mushaf Menara hingga peneliti peneliti mushaf," ujarnya.
Adapun tujuan kegiatan tersebut, untuk mempertahankan unsur-unsur lokalitas Kudus dalam ornamen maupun hiasan mushaf Al Quran, mengenalkan kepada generasi muda akan kesenian kaligrafi dan penulisan huruf-huruf Al Quran, serta mengingatkan kepada masyarakat akan jasa ulama Kudus dalam memilih dan meneliti Al Quran untuk memudahkan masyarakat dalam belajar dan membaca Al Quran.