Karanganyar (ANTARA) - Beberapa waktu yang lalu, perusahaan milik Negara yang bergerak di bidang pengelolaan minyak dan gas bumi PT Pertamina (Persero) meluncurkan inovasi baru berupa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) berukuran mini bernama Pertashop.
Melalui inovasi ini, masyarakat khususnya yang tinggal di pedesaan tidak perlu lagi kerepotan membeli BBM jenis Pertamax di SPBU yang kadang jaraknya mencapai belasan bahkan puluhan kilometer dari tempat tinggal mereka. Yang menarik, Pertamina tetap menerapkan harga yang sama untuk produk yang dijual di Pertashop.
Seperti yang belum lama ini dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) MOR IV yang memilih Desa Karanglo, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Karanganyar, Jawa Tengah sebagai salah satu lokasi pendirian Pertashop. Meski baru berdiri beberapa bulan, rupanya peluang Pertashop ini cukup menjanjikan.
Terbukti, dalam satu hari SPBU dengan luas tidak lebih dari 100 meter tersebut mampu menjual lebih dari 1.000 liter Pertamax kepada warga sekitar maupun kendaraan wisatawan yang memilih jalur selatan atau Matesih untuk menuju ke air terjun Grogojan Sewu.
Sales Area Manager Pertamina MOR IV Wilayah Surakarta dan sekitarnya Sandy Rahadian mengatakan Pertashop di Karanglo memiliki penjualan tertinggi jika dibandingkan dengan Pertashop lain yang ada di Soloraya. Menurut data Pertamina, untuk di wilayah lain saat ini rata-rata penjualan dalam satu hari di kisaran 500 liter Pertamax.
"Karena lokasinya merupakan jalur alternatif wisata, ini juga mempengaruhi tingginya penjualan," katanya.
Ia mengatakan Pertashop merupakan embrio atau cikal bakal SPBU yang ditargetkan suatu saat bisa menjadi lebih besar. Oleh karena itu, sangat memungkinkan dilakukannya penjualan produk Pertamina yang lain, seperti elpiji dan pelumas di lokasi tersebut.
"Tetapi karena ini belum sempurna sehingga pemanfaatannya belum maksimal, termasuk belum semua outlet tersedia produk yang lain tersebut," katanya.
Secara keseluruhan, dikatakannya, jumlah Pertashop yang ada di Soloraya saat ini sudah mencapai delapan Pertashop, yaitu masing-masing satu di di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo serta masing-masing tiga di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.
Ia mengatakan delapan tersebut baru realisasi di tahap pertama dan ke depan akan ditambah lagi di beberapa lokasi lain. Melalui Pertashop ini, pihaknya ingin masyarakat merasa lebih dekat dengan Pertamina. Oleh karena itu, untuk pendiriannya sengaja dipilih pedesaan yang berlokasi jauh dari SPBU terdekat.
"Paling tidak radius dari SPBU terdekat sekitar 10 km, jadi kami menyasar ke kecamatan yang belum ada lembaga penyalur resmi Pertamina," katanya.
Libatkan Desa
Meski Pertashop ini merupakan inovasi yang diluncurkan oleh Pertamina, dalam pengelolaannya perusahaan tersebut juga melibatkan desa setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Terkait hal itu, Sandy mengatakan sesuai arahan dari pemerintah bahwa Pertashop merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Meski demikian, ada keterlibatan pihak ketiga, baik BUMDes maupun swasta atau perorangan sebagai investor.
Secara teknis bentuk kerja sama ini tidak beda dengan SPBU, yaitu Pertamina menerapkan sistem jual putus. Selanjutnya, pihak ketiga cukup melakukan penebusan kepada Pertamina untuk berapa liter BBM yang dibutuhkan. Bahkan, ia mengklaim bahwa Pertashop ini marginnya lebih besar daripada SPBU karena melalui inovasi tersebut Pertamina ingin memberikan keuntungan lebih kepada desa.
Sebenarnya, mengenai sistem kerja sama dengan pihak ketiga sendiri Pertamina memiliki beberapa skema, salah satunya adalah "Corporate Owner Dealer Operate" (CODO) yang berarti inventori Pertashop milik Pertamina namun secara pengelolaan dan modal kerja oleh pihak ketiga atau investor. Selain itu, ada skema "Dealer Owner Dealer Operate" (DODO) yang berarti mulai dari alat, permodalan, hingga seluruh penyiapan lahan dilakukan oleh investor.
Meski tidak ingin menerapkan target angka, pihaknya berharap diperoleh penjualan yang bagus melalui Pertashop ini. Dengan demikian, keuntungan yang masuk ke desa juga akan lebih besar.
"Target sih relatif, yang kami inginkan adalah segi penjualan yang baik," katanya.
Bahkan, untuk tahun ini secara nasional Pertamina menargetkan berdirinya 4.000 Pertashop di seluruh Indonesia. Untuk di wilayah Soloraya sendiri, penambahan Pertashop akan dilakukan di Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Klaten, Wonogiri, dan Sukoharjo.
"Yang pasti memang beberapa lokasi atau kecamatan yang belum ada SPBU-nya. Termasuk di daerah irisan-irisan (perbatasan) yang cukup potensial akan kami dirikan Pertashop," katanya.
Desa sambut baik
Mengenai keberadaan Pertashop sendiri disambut baik oleh pihak desa, termasuk halnya di Desa Karanglo. Meski demikian, sejauh ini BUMDes setempat belum bisa mengelola Pertashop tersebut karena belum berbentuk perseroan terbatas.
Direktur BUMDes Karanglo Kusmanto mengatakan saat ini pengurusan proses perizinan hampir selesai. Selanjutnya, paling tidak bulan November, ia menargetkan Pertashop tersebut sudah bisa dikelola sepenuhnya oleh BUMDes Karanglo. Bahkan, ia juga sudah menargetkan penjualan produk lain di lokasi tersebut, termasuk elpiji dan oli.
Ia cukup optimistis keberadaan Pertashop ini akan meningkatkan pemasukan desa mengingat lokasinya yang cukup strategis dan jauh dari lokasi SPBU. Bahkan, lokasi Pertashop hanya berjarak sekitar 6 km dari Grojogan Sewu. Tentu jarak ini lebih dekat jika dibandingkan SPBU terdekat yaitu Karangpandan yang jaraknya mencapai 14 km dari objek wisata tersebut.
"Warga tentu sangat terbantu, termasuk penjual bensin eceran pasti juga lebih senang dengan keberadaan pertashop ini. Mudah-mudahan mereka mau kulakan di situ. Selain itu, ini memudahkan wisatawan karena selama ini wisatawan yang mau ke Grojogan Sewu tetapi lewat jalur selatan lebih pilih mampir dulu ke SPBU kota sebelum naik ke objek wisata," katanya.
Salah satu warga Sri Waryani menyambut baik keberadaan Pertashop tersebut, apalagi harganya juga sama dengan yang dijual di SPBU.
"Jujur saya sering kesulitan kalau mau cari Pertamax, karena kebanyakan bensin eceran yang dijual Pertalite. Sekarang saya mau cari Pertamax gampang, harga juga tidak mahal," katanya.
Melalui inovasi ini, masyarakat khususnya yang tinggal di pedesaan tidak perlu lagi kerepotan membeli BBM jenis Pertamax di SPBU yang kadang jaraknya mencapai belasan bahkan puluhan kilometer dari tempat tinggal mereka. Yang menarik, Pertamina tetap menerapkan harga yang sama untuk produk yang dijual di Pertashop.
Seperti yang belum lama ini dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) MOR IV yang memilih Desa Karanglo, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Karanganyar, Jawa Tengah sebagai salah satu lokasi pendirian Pertashop. Meski baru berdiri beberapa bulan, rupanya peluang Pertashop ini cukup menjanjikan.
Terbukti, dalam satu hari SPBU dengan luas tidak lebih dari 100 meter tersebut mampu menjual lebih dari 1.000 liter Pertamax kepada warga sekitar maupun kendaraan wisatawan yang memilih jalur selatan atau Matesih untuk menuju ke air terjun Grogojan Sewu.
Sales Area Manager Pertamina MOR IV Wilayah Surakarta dan sekitarnya Sandy Rahadian mengatakan Pertashop di Karanglo memiliki penjualan tertinggi jika dibandingkan dengan Pertashop lain yang ada di Soloraya. Menurut data Pertamina, untuk di wilayah lain saat ini rata-rata penjualan dalam satu hari di kisaran 500 liter Pertamax.
"Karena lokasinya merupakan jalur alternatif wisata, ini juga mempengaruhi tingginya penjualan," katanya.
Ia mengatakan Pertashop merupakan embrio atau cikal bakal SPBU yang ditargetkan suatu saat bisa menjadi lebih besar. Oleh karena itu, sangat memungkinkan dilakukannya penjualan produk Pertamina yang lain, seperti elpiji dan pelumas di lokasi tersebut.
"Tetapi karena ini belum sempurna sehingga pemanfaatannya belum maksimal, termasuk belum semua outlet tersedia produk yang lain tersebut," katanya.
Secara keseluruhan, dikatakannya, jumlah Pertashop yang ada di Soloraya saat ini sudah mencapai delapan Pertashop, yaitu masing-masing satu di di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo serta masing-masing tiga di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.
Ia mengatakan delapan tersebut baru realisasi di tahap pertama dan ke depan akan ditambah lagi di beberapa lokasi lain. Melalui Pertashop ini, pihaknya ingin masyarakat merasa lebih dekat dengan Pertamina. Oleh karena itu, untuk pendiriannya sengaja dipilih pedesaan yang berlokasi jauh dari SPBU terdekat.
"Paling tidak radius dari SPBU terdekat sekitar 10 km, jadi kami menyasar ke kecamatan yang belum ada lembaga penyalur resmi Pertamina," katanya.
Libatkan Desa
Meski Pertashop ini merupakan inovasi yang diluncurkan oleh Pertamina, dalam pengelolaannya perusahaan tersebut juga melibatkan desa setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Terkait hal itu, Sandy mengatakan sesuai arahan dari pemerintah bahwa Pertashop merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri. Meski demikian, ada keterlibatan pihak ketiga, baik BUMDes maupun swasta atau perorangan sebagai investor.
Secara teknis bentuk kerja sama ini tidak beda dengan SPBU, yaitu Pertamina menerapkan sistem jual putus. Selanjutnya, pihak ketiga cukup melakukan penebusan kepada Pertamina untuk berapa liter BBM yang dibutuhkan. Bahkan, ia mengklaim bahwa Pertashop ini marginnya lebih besar daripada SPBU karena melalui inovasi tersebut Pertamina ingin memberikan keuntungan lebih kepada desa.
Sebenarnya, mengenai sistem kerja sama dengan pihak ketiga sendiri Pertamina memiliki beberapa skema, salah satunya adalah "Corporate Owner Dealer Operate" (CODO) yang berarti inventori Pertashop milik Pertamina namun secara pengelolaan dan modal kerja oleh pihak ketiga atau investor. Selain itu, ada skema "Dealer Owner Dealer Operate" (DODO) yang berarti mulai dari alat, permodalan, hingga seluruh penyiapan lahan dilakukan oleh investor.
Meski tidak ingin menerapkan target angka, pihaknya berharap diperoleh penjualan yang bagus melalui Pertashop ini. Dengan demikian, keuntungan yang masuk ke desa juga akan lebih besar.
"Target sih relatif, yang kami inginkan adalah segi penjualan yang baik," katanya.
Bahkan, untuk tahun ini secara nasional Pertamina menargetkan berdirinya 4.000 Pertashop di seluruh Indonesia. Untuk di wilayah Soloraya sendiri, penambahan Pertashop akan dilakukan di Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Klaten, Wonogiri, dan Sukoharjo.
"Yang pasti memang beberapa lokasi atau kecamatan yang belum ada SPBU-nya. Termasuk di daerah irisan-irisan (perbatasan) yang cukup potensial akan kami dirikan Pertashop," katanya.
Desa sambut baik
Mengenai keberadaan Pertashop sendiri disambut baik oleh pihak desa, termasuk halnya di Desa Karanglo. Meski demikian, sejauh ini BUMDes setempat belum bisa mengelola Pertashop tersebut karena belum berbentuk perseroan terbatas.
Direktur BUMDes Karanglo Kusmanto mengatakan saat ini pengurusan proses perizinan hampir selesai. Selanjutnya, paling tidak bulan November, ia menargetkan Pertashop tersebut sudah bisa dikelola sepenuhnya oleh BUMDes Karanglo. Bahkan, ia juga sudah menargetkan penjualan produk lain di lokasi tersebut, termasuk elpiji dan oli.
Ia cukup optimistis keberadaan Pertashop ini akan meningkatkan pemasukan desa mengingat lokasinya yang cukup strategis dan jauh dari lokasi SPBU. Bahkan, lokasi Pertashop hanya berjarak sekitar 6 km dari Grojogan Sewu. Tentu jarak ini lebih dekat jika dibandingkan SPBU terdekat yaitu Karangpandan yang jaraknya mencapai 14 km dari objek wisata tersebut.
"Warga tentu sangat terbantu, termasuk penjual bensin eceran pasti juga lebih senang dengan keberadaan pertashop ini. Mudah-mudahan mereka mau kulakan di situ. Selain itu, ini memudahkan wisatawan karena selama ini wisatawan yang mau ke Grojogan Sewu tetapi lewat jalur selatan lebih pilih mampir dulu ke SPBU kota sebelum naik ke objek wisata," katanya.
Salah satu warga Sri Waryani menyambut baik keberadaan Pertashop tersebut, apalagi harganya juga sama dengan yang dijual di SPBU.
"Jujur saya sering kesulitan kalau mau cari Pertamax, karena kebanyakan bensin eceran yang dijual Pertalite. Sekarang saya mau cari Pertamax gampang, harga juga tidak mahal," katanya.