Moeldoko tanggapi mantan Panglima merasa dicopot karena film G30S/PKI

Kamis, 1 Oktober 2020 13:29 WIB

Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi pernyataan seorang mantan Panglima TNI yang merasa dicopot dari jabatannya karena mengajak jajaran menonton bersama film G30S/PKI.

Moeldoko dalam catatan refleksi Hari Kesaktian Pancasila yang diterima di Jakarta, Kamis, menyampaikan hal itu merupakan penilaian subyektif dan boleh saja sejauh hanya perasaan yang bersangkutan.

"Tentang pencopotannya, itu pendapat subyektif. Karena itu penilaian subyektif ya boleh-boleh saja, sejauh itu perasaan," ujar Moeldoko.

Moeldoko menekankan perasaan mantan Panglima TNI itu belum tentu sesuai dengan yang dipikirkan oleh pimpinan. Dia mengatakan pergantian pucuk pimpinan di sebuah organisasi itu melalui berbagai pertimbangan.

"Bukan hanya pertimbangan kasuistis tetapi pertimbangan yang lebih komprehensif," jelasnya.

Sementara itu menyoal pernyataan mantan Panglima TNI itu terkait potensi ancaman kebangkitan PKI yang nyata di Indonesia, Moeldoko yang juga merupakan mantan Panglima TNI mengatakan dirinya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami peristiwa demi peristiwa.

Moeldoko mengaku kerap mengevaluasi peristiwa demi peristiwa. Menurutnya, peristiwa tidak mungkin datang secara tiba tiba.

"Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja. Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain," jelasnya.

Moeldoko menilai bisa saja sebuah peristiwa besar menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu.

Sebab, kata dia, ada dua pendekatan dalam membangun kewaspadaan yakni kewaspadaan yang dibangun untuk menenteramkan dan kewaspadaan yang menakutkan.

"Bedanya di situ. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menenteramkan maka tidak akan menimbulkan kecemasan. Tapi kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, pasti ada maksud-maksud tertentu," kata dia.

Moeldoko menegaskan kewaspadaan seperti apa yang hendak dibangun, adalah pilihan-pilihan dari seorang pemimpin. Dirinya pribadi memilih membangun kewaspadaan untuk menenteramkan.

"Yang terjadi saat ini, menghadapi situasi saat ini apalagi di masa pandemi, membangun kewaspadaan yang menenteramkan adalah sesuatu pilihan yang bijak," ujar dia.

Dia pun memandang kehebohan yang terjadi atas isu kebangkitan PKI belakangan ini lebih cenderung untuk kepentingan pribadi.

 

Pewarta : Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Ketum PKB minta 14 kader pemenang pilkada mampu sejahterakan rakyat

15 December 2024 18:03 Wib

Mantan Bupati Bintoro siap kawal kebijakan Bupati Batang terpilih

10 December 2024 15:04 Wib

Gerindra : Gubernur baru harus entaskan Jateng dari problem kemiskinan

09 December 2024 5:33 Wib

Gerindra Jateng menang di 28 pilkada, Sudaryono apresiasi seluruh kader

08 December 2024 21:35 Wib

KPU Kota Semarang sebut syarat PSU di TPS 13 Lamper belum terpenuhi

06 December 2024 7:58 Wib
Terpopuler

Prakiraan cuaca Semarang hari ini

PERISTIWA - 12 December 2024 7:46 Wib

500 pembalap sepeda ikuti Criterium Open Championship Cilacap

OLAHRAGA - 14 December 2024 17:41 Wib

Kemendagri sedang susun desain besar otonomi daerah

NASIONAL - 5 jam lalu

Andika-Hendi gugat hasil Pilkada Jateng ke MK

PERISTIWA - 12 December 2024 8:09 Wib

Pemkab Temanggung pantau stok - harga sembako jelang Nataru

EKONOMI - 14 December 2024 20:14 Wib