Puan Maharani ceritakan kedekatan Bung Karno dengan NU

Sabtu, 19 September 2020 14:38 WIB

Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani memberikan orasi kebangsaan secara virtual dalam Konferensi Besar ke-23 GP Ansor, dan menceritakan kedekatan Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno dengan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

Puan mengatakan hubungan Islam dan nasionalisme bagi bangsa Indonesia ibarat eratnya hubungan Bung Karno dengan NU, salah satunya hubungan Bung Karno dengan KH Abdul Wahab Hasbullah, dua tokoh yang bersahabat dan saling menghormati.

"Bung Karno selalu bermusyawarah dan meminta pandangan dari ulama-ulama Nahdlatul Ulama dalam hal genting dan penting termasuk dengan Kiai Wahab Hasbullah," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Puan apresiasi komitmen GP Ansor peduli terhadap sesama

Hal itu dikatakan Puan saat menyampaikan Orasi Kebangsaan secara virtual dalam Konferensi Besar ke-23 GP Ansor, di Minahasa, Sulawesi Utara, Sabtu.

Menurut Puan, konsistensi GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sosok KH Abdul Wahab Hasbullah, yang meletakkan fondasi pemikiran kebangsaan pada generasi muda Nahdlatul Ulama.

"Kiai Abdul Wahab Hasbullah merupakan teladan bangsa ini karena senantiasa menggelorakan spirit cinta Tanah Air adalah bagian dari iman (hubbul wathan minal iman)." ujarnya.

Dalam konteks tersebut, menurut Puan, cinta Tanah Air adalah bagian dari iman telah menjadi gerakan besar yang menggelorakan nasionalisme kaum muda.

Puan mengatakan, dalam Muktamar NU di Solo tahun 1962, Bung Karno menegaskan kepada para muktamirin, "Saya cinta sekali kepada NU".

Baca juga: Presiden ajak GP Ansor ringankan beban rakyat di masa pandemi COVID-19

"Bung Karno sampaikan hal itu dari lubuk hati paling dalam, karena menyadari peran NU dalam menjaga Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945. NU selalu hadir membela negara pada saat-saat genting dan penting," ujarnya.

Menurut Puan, kecintaan Bung Karno kepada NU juga dibalas dengan menganugerahi Bung Karno gelar waliyul amri ad-daruri bis syaukah, yaitu pemimpin nasional dalam keadaan darurat namun memiliki wewenang yang mutlak.

Dia mengatakan, gelar itu dianugerahkan dalam Muktamar ke-20 NU di Surabaya pada 1954, dan menegaskan bahwa Bung Karno adalah pemimpin negeri Muslim yang sah secara syariat.

Baca juga: GP Ansor siap dukung pemerintah atasi dampak pandemi COVID-19

"Sebagai cucu dari Bung Karno, saya pribadi mengucapkan terima kasih atas pemberian gelar tersebut," katanya.

Pewarta : Imam Budilaksono
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Puan: Aparat harus bisa menahan diri di masa kampanye pilkada

25 October 2024 18:54 Wib

Puan : Pilkada Jateng bukan "perang bintang"

04 September 2024 22:20 Wib

Puan Maharani hadiri konsolidasi pemenangan Andika-Hendi di Semarang

04 September 2024 21:51 Wib

Putri Aria Bima tetap berkontribusi bagi Solo meski tak kantongi rekomendasi

01 September 2024 21:36 Wib

Putri anggota DPR Aria Bima jajal peruntungan di Pilkada Surakarta

12 May 2024 17:07 Wib
Terpopuler

Etnik jazz, harmoni musik dan suara alam untuk gerakan lestari

HIBURAN - 12 November 2024 15:09 Wib

Pasar Modal Indonesia selenggarakan CMSE 2024

EKONOMI - 10 November 2024 14:24 Wib

Sebanyak 179 guru di Cimahi belajar jurnalistik bersama ANTARA

PERISTIWA - 12 November 2024 11:41 Wib

Fitur "Face Recognition" BPJS Kesehatan mudahkan pasien di RS

EKONOMI - 13 November 2024 14:42 Wib

DPRD Semarang minta evaluasi pengelolaan Trans Semarang

EKONOMI - 14 November 2024 20:56 Wib