Solo (ANTARA) - Mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tengah merancang alat bantu dengar dan bicara bagi para penyandang disabilitas khususnya tuna rungu dan tuna wicara.
"Kami saat ini sedang merancang alat bantu yang dibuat berbentuk seperti 'headband' (sejenis asesoris untuk kepala) yang mana 'headband' tersebut tersusun dari deretan modul getar," kata salah satu mahasiswa dari Sekolah Vokasi UNS Andayani Yuwana Sari di Solo, Jumat.
Selanjutnya, dikatakannya, alat tersebut akan disambungkan ke "google assistant" pada ponsel android sehingga setiap suara yang
diterima oleh "google assistant" akan dikirimkan ke alat tersebut untuk kemudian diubah menjadi pola getaran.
"Dari pola getaran inilah seorang tuli akan mendapat pengalaman dalam mengenali suara, dengan begitu seorang tuli bisa belajar berbicara berdasarkan pola getaran yang terbentuk," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini alat tersebut masih dalam bentuk rancangan. Meski demikian, ke depan rancangan tersebut akan dilanjutkan dengan pembuatan alat secara fisik.
"Kami masih menunggu adanya event di dalam PKM (program kreativitas mahasiswa) untuk selanjutnya bisa menciptakan alat ini," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS kreasikan bekatul menjadi bahan pangan
Sebelumnya, Andayani beserta tiga mahasiswa yang lain, yaitu Henry Probo Santoso dari Fakultas Teknik UNS, Rizqi Misbkahus Suroya dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS, dan Ahmad Baktiar Kris Aziz dari Sekolah Vokasi UNS berhasil meraih dana hibah PKM 2020 senilai Rp4,5 juta dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI karena inovasi tersebut.
"Tujuan kami menciptakan alat ini selain untuk membantu teman tuli juga untuk mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Ramah Difabel," katanya.
Ia mengatakan ide mahasiswa yang pada PKM tersebut dibimbing langsung oleh Feri Adriyanto dari Program Studi (Prodi) Teknik Elektro FT UNS tersebut berawal dari masih banyaknya penyandang tuli yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan kurang efektifnya alat bantu dengar yang digunakan oleh mereka.
"Alat bantu dengar bagi teman tuli sebenarnya sudah banyak tetapi ternyata banyak teman tuli tidak begitu menyukainya. Alasannya, saat digunakan alat bantu dengar tersebut menimbulkan distorsi, membuat telinga sakit, telinga terasa berdengung, serta bising ketika mendengar banyak suara," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan teknologi produksi garam kilat, hanya 1-2 jam
"Kami saat ini sedang merancang alat bantu yang dibuat berbentuk seperti 'headband' (sejenis asesoris untuk kepala) yang mana 'headband' tersebut tersusun dari deretan modul getar," kata salah satu mahasiswa dari Sekolah Vokasi UNS Andayani Yuwana Sari di Solo, Jumat.
Selanjutnya, dikatakannya, alat tersebut akan disambungkan ke "google assistant" pada ponsel android sehingga setiap suara yang
diterima oleh "google assistant" akan dikirimkan ke alat tersebut untuk kemudian diubah menjadi pola getaran.
"Dari pola getaran inilah seorang tuli akan mendapat pengalaman dalam mengenali suara, dengan begitu seorang tuli bisa belajar berbicara berdasarkan pola getaran yang terbentuk," katanya.
Ia mengatakan sejauh ini alat tersebut masih dalam bentuk rancangan. Meski demikian, ke depan rancangan tersebut akan dilanjutkan dengan pembuatan alat secara fisik.
"Kami masih menunggu adanya event di dalam PKM (program kreativitas mahasiswa) untuk selanjutnya bisa menciptakan alat ini," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS kreasikan bekatul menjadi bahan pangan
Sebelumnya, Andayani beserta tiga mahasiswa yang lain, yaitu Henry Probo Santoso dari Fakultas Teknik UNS, Rizqi Misbkahus Suroya dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS, dan Ahmad Baktiar Kris Aziz dari Sekolah Vokasi UNS berhasil meraih dana hibah PKM 2020 senilai Rp4,5 juta dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI karena inovasi tersebut.
"Tujuan kami menciptakan alat ini selain untuk membantu teman tuli juga untuk mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Ramah Difabel," katanya.
Ia mengatakan ide mahasiswa yang pada PKM tersebut dibimbing langsung oleh Feri Adriyanto dari Program Studi (Prodi) Teknik Elektro FT UNS tersebut berawal dari masih banyaknya penyandang tuli yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan kurang efektifnya alat bantu dengar yang digunakan oleh mereka.
"Alat bantu dengar bagi teman tuli sebenarnya sudah banyak tetapi ternyata banyak teman tuli tidak begitu menyukainya. Alasannya, saat digunakan alat bantu dengar tersebut menimbulkan distorsi, membuat telinga sakit, telinga terasa berdengung, serta bising ketika mendengar banyak suara," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UNS ciptakan teknologi produksi garam kilat, hanya 1-2 jam