Semarang (ANTARA) - Bank Jateng mendukung geliat perekonomian Jawa Tengah khususnya yang menyasar para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui program Jelajah Borobudur.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menjelaskan Jelajah Borobudur merupakan program pemberdayaan untuk nasabah dan nonnasabah Bank Jateng yang bertujuan meningkatkan kapasitas para pelaku usaha kecil, baik secara personal maupun kelompok.
Program tersebut, lanjut Supriyatno, didesain untuk memadukan potensi pariwisata di wilayah Candi Borobudur dengan potensi ekonomi masyarakat yang ada di kawasan wisata candi Budha terbesar di Indonesia tersebut.
“Wabah COVID-19 telah membuat banyak pelaku UMKM kelimpungan menghadapi bisnisnya yang terhambat dan dalam kondisi seperti ini, UMKM perlu terus diperkuat,” katanya.
Supriyatno menjelaskan Jelajah Borobudur bertema Noto Ati Bangun Deso mengusung misi menjadikan kawasan wisata Candi Borobudur dan lingkungan sekitarnya dapat tumbuh bersamaan dari sisi ekonomi, budaya, serta kearifan lokal masyarakat.
Ada tiga program yang dirancang unuk menjalankan kegiatan pemberdayaan masyarakat, yaitu bangun cerita, bangun komunitas, dan bangun usaha.
"Ketiga program tersebut diharapkan menjadi inisiatif bagi seluruh masyarakat serta pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi kerakyatan yang kuat,” tambahnya.
Dalam rangkaian Jelajah Borobudur, diperkenalkan pula Taman Pangan Keluarga, yang merupakan buah kerja sama antara Bank Jateng dengan Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang dan wujud nyata berupa proyek pembuatan Taman Agroponik yang membudidayakan berbagai tanaman pangan dan ikan air tawar serta unggas.
Baca juga: Bank Jateng serahkan klaim asuransi ke 2 ahli waris dokter yang berjuang lawan COVID-19
Prinsip utama Taman Pangan Keluarga adalah memanfaatkan lahan pekarangan rumah penduduk dan bertujuan memenuhi kebutuhan pangan lokal dan hasil panen dari taman akan dipasok kepada penginapan, homestay, guesthouse, dan hotel di sekitar kawasan Candi Borobudur, keberadaan taman dikemas menjadi wisata agro dengan menargetkan para pengunjung candi.
Masih dalam rangkaian Jelajah Borobudur, katanya, ada inisiatif lain yang dilakukan Bank Jateng untuk menggerakkan UMKM, yakni menyediakan marketplace digital untuk mewadahi para pelaku UMKM di Jawa Tengah, selain itu Bank Jateng juga akan meluncurkan Bimart (Bima Market), yang diproyeksikan akan mampu bersanding dengan e-commerce raksasa yang sudah dikenal di Indonesia.
Supriyatno menambahkan Bank Jateng turut berperan aktif dalam mendukung implementasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/2020 tentang Program Pemulihan Ekonomi Nasional pada poin restrukturisasi kredit dampak COVID-19, Bank Jateng telah menyelesaikan program restruktrusisasi kepada 15.433 debitur terdampak pandemi, dengan total outstanding senilai Rp4,4 triliun.
Program Subsidi Tambahan KUR juga telah diberikan kepada 13.945 debitur Bank Jateng dengan nilai outstanding Rp1,4 triliun, program subsidi UMKM telah terlaksana di Bank Jateng dengan total debitur 32.758 dan outstanding Rp4,09 miliar.
Program Penjaminan Asuransi di Bank Jateng kini telah sampai pada tahap finalisasi Standard Operating Procedure (SOP), adapun, terkait penempatan uang negara (PUN) senilai Rp2 triliun di Bank Jateng, manajemen telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan leverage dalam bentuk kredit senilai Rp5 triliun. Sejauh ini, penyaluran PUN non suku bunga khusus telah terealisasi di Bank Jateng sebanyak 2.071 debitur dengan nilai outstanding Rp267 miliar.
Baca juga: Bupati Banjarnegara apresiasi kinerja Bank Jateng
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menjelaskan Jelajah Borobudur merupakan program pemberdayaan untuk nasabah dan nonnasabah Bank Jateng yang bertujuan meningkatkan kapasitas para pelaku usaha kecil, baik secara personal maupun kelompok.
Program tersebut, lanjut Supriyatno, didesain untuk memadukan potensi pariwisata di wilayah Candi Borobudur dengan potensi ekonomi masyarakat yang ada di kawasan wisata candi Budha terbesar di Indonesia tersebut.
“Wabah COVID-19 telah membuat banyak pelaku UMKM kelimpungan menghadapi bisnisnya yang terhambat dan dalam kondisi seperti ini, UMKM perlu terus diperkuat,” katanya.
Supriyatno menjelaskan Jelajah Borobudur bertema Noto Ati Bangun Deso mengusung misi menjadikan kawasan wisata Candi Borobudur dan lingkungan sekitarnya dapat tumbuh bersamaan dari sisi ekonomi, budaya, serta kearifan lokal masyarakat.
Ada tiga program yang dirancang unuk menjalankan kegiatan pemberdayaan masyarakat, yaitu bangun cerita, bangun komunitas, dan bangun usaha.
"Ketiga program tersebut diharapkan menjadi inisiatif bagi seluruh masyarakat serta pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi kerakyatan yang kuat,” tambahnya.
Dalam rangkaian Jelajah Borobudur, diperkenalkan pula Taman Pangan Keluarga, yang merupakan buah kerja sama antara Bank Jateng dengan Fakultas Pertanian Universitas Tidar Magelang dan wujud nyata berupa proyek pembuatan Taman Agroponik yang membudidayakan berbagai tanaman pangan dan ikan air tawar serta unggas.
Baca juga: Bank Jateng serahkan klaim asuransi ke 2 ahli waris dokter yang berjuang lawan COVID-19
Prinsip utama Taman Pangan Keluarga adalah memanfaatkan lahan pekarangan rumah penduduk dan bertujuan memenuhi kebutuhan pangan lokal dan hasil panen dari taman akan dipasok kepada penginapan, homestay, guesthouse, dan hotel di sekitar kawasan Candi Borobudur, keberadaan taman dikemas menjadi wisata agro dengan menargetkan para pengunjung candi.
Masih dalam rangkaian Jelajah Borobudur, katanya, ada inisiatif lain yang dilakukan Bank Jateng untuk menggerakkan UMKM, yakni menyediakan marketplace digital untuk mewadahi para pelaku UMKM di Jawa Tengah, selain itu Bank Jateng juga akan meluncurkan Bimart (Bima Market), yang diproyeksikan akan mampu bersanding dengan e-commerce raksasa yang sudah dikenal di Indonesia.
Supriyatno menambahkan Bank Jateng turut berperan aktif dalam mendukung implementasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/2020 tentang Program Pemulihan Ekonomi Nasional pada poin restrukturisasi kredit dampak COVID-19, Bank Jateng telah menyelesaikan program restruktrusisasi kepada 15.433 debitur terdampak pandemi, dengan total outstanding senilai Rp4,4 triliun.
Program Subsidi Tambahan KUR juga telah diberikan kepada 13.945 debitur Bank Jateng dengan nilai outstanding Rp1,4 triliun, program subsidi UMKM telah terlaksana di Bank Jateng dengan total debitur 32.758 dan outstanding Rp4,09 miliar.
Program Penjaminan Asuransi di Bank Jateng kini telah sampai pada tahap finalisasi Standard Operating Procedure (SOP), adapun, terkait penempatan uang negara (PUN) senilai Rp2 triliun di Bank Jateng, manajemen telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan leverage dalam bentuk kredit senilai Rp5 triliun. Sejauh ini, penyaluran PUN non suku bunga khusus telah terealisasi di Bank Jateng sebanyak 2.071 debitur dengan nilai outstanding Rp267 miliar.
Baca juga: Bupati Banjarnegara apresiasi kinerja Bank Jateng