Kudus (ANTARA) - Omzet jasa penukaran uang di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dalam sehari bisa hanya Rp10 juta atau anjlok dibandingkan sebelumnya, mengingat Idul Fitri tahun ini dirayakan di tengah pandemi virus corona (COVID-19).
"Omzet sehari Rp10 juta memang tergolong kecil, karena tahun lalu bisa mencapai Rp20-an juta sehari," kata Agung, salah seorang pelaku jasa tukar uang di Jalan Sunan Kudus, di Kudus, Sabtu.
Ia mengakui saat ini cenderung sepi karena sedang dilanda COVID-19 sehingga banyak masyarakat yang enggan keluar rumah.
Jika sepekan sebelumnya masih belum ramai, kata dia, hari ini (23/5) justru melonjak karena banyak yang ingin menukarkan uang dengan berbagai pecahan uang baru.
Di antaranya, mulai dari nominal Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000 dan Rp20.000.
Selain sepi peminat penukaran uang, katanya, untuk mendapatkan uang baru juga tidak mudah karena Bank Indonesia tidak lagi melayani penukaran seperti sebelumnya.
Suminah, penyedia jasa penukaran uang lainnya mengakui saat ini memang sepi karena tahun lalu sehari bisa mendapatkan omzet hingga Rp10 juta, saat ini hanya berkisar Rp3 juta hingga Rp5 jutaan.
Stok uang baru yang dimiliki, lanjut dia, juga terbatas karena stok tahun lalu yang masih tersisa.
Meskipun mengetahui di tengah pandemi COVID-19 bakal sepi penukaran, warga asal Kota Semarang itu mengaku, tetap beradu peruntungan di Kudus untuk menjadi penyedia jasa penukaran uang baru.
"Keuntungannya juga lumayan karena setiap penukaran mendapatkan keuntungan 10 persen," ujarnya.
Berdasarkan pantauan hari ini (23/5), di sepanjang Jalan Sunan Kudus masih banyak penyedia jasa penukaran uang baru. Bahkan dua pekan sebelumnya sudah bermunculan hingga di kawasan Alun-alun Kudus.
Baca juga: Mau tukar uang, BI: Harus celupkan jari ke tinta
Baca juga: BI mudahkan masyarakat pedesaan tukar uang baru
"Omzet sehari Rp10 juta memang tergolong kecil, karena tahun lalu bisa mencapai Rp20-an juta sehari," kata Agung, salah seorang pelaku jasa tukar uang di Jalan Sunan Kudus, di Kudus, Sabtu.
Ia mengakui saat ini cenderung sepi karena sedang dilanda COVID-19 sehingga banyak masyarakat yang enggan keluar rumah.
Jika sepekan sebelumnya masih belum ramai, kata dia, hari ini (23/5) justru melonjak karena banyak yang ingin menukarkan uang dengan berbagai pecahan uang baru.
Di antaranya, mulai dari nominal Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000 dan Rp20.000.
Selain sepi peminat penukaran uang, katanya, untuk mendapatkan uang baru juga tidak mudah karena Bank Indonesia tidak lagi melayani penukaran seperti sebelumnya.
Suminah, penyedia jasa penukaran uang lainnya mengakui saat ini memang sepi karena tahun lalu sehari bisa mendapatkan omzet hingga Rp10 juta, saat ini hanya berkisar Rp3 juta hingga Rp5 jutaan.
Stok uang baru yang dimiliki, lanjut dia, juga terbatas karena stok tahun lalu yang masih tersisa.
Meskipun mengetahui di tengah pandemi COVID-19 bakal sepi penukaran, warga asal Kota Semarang itu mengaku, tetap beradu peruntungan di Kudus untuk menjadi penyedia jasa penukaran uang baru.
"Keuntungannya juga lumayan karena setiap penukaran mendapatkan keuntungan 10 persen," ujarnya.
Berdasarkan pantauan hari ini (23/5), di sepanjang Jalan Sunan Kudus masih banyak penyedia jasa penukaran uang baru. Bahkan dua pekan sebelumnya sudah bermunculan hingga di kawasan Alun-alun Kudus.
Baca juga: Mau tukar uang, BI: Harus celupkan jari ke tinta
Baca juga: BI mudahkan masyarakat pedesaan tukar uang baru