Solo (ANTARA) - Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (SV UNS) Surakarta menawarkan sejumlah solusi kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar tetap kuat menghadapi pandemi COVID-19.
"Salah satunya adalah pebisnis UMKM wajib mengelola 'cash flow' agar modal kerja aman," kata Direktur SV UNS Santoso Tri Hananto di Solo, Rabu.
Selain itu, dikatakannya, untuk sementara waktu pelaku UMKM bisa beralih bisnis atau produk yang dibutuhkan selama pandemi. Dengan demikian, pelaku UMKM tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar pada saat itu.
Meski demikian, dikatakannya, jika situasi masih belum memungkinkan bagi UMKM untuk menjalankan usahanya, maka usaha tersebut bisa berhenti sementara waktu.
"Gunakan waktu kosong tersebut untuk evaluasi diri dan menyiapkan proses bisnis yang efisien dengan didukung teknologi informasi dan teknologi tepat guna. Selanjutnya, solusi yang lain adalah merancang pola magang kerja dengan perguruan tinggi vokasi," katanya.
Sementara itu, Wakil Direktur SV UNS Bidang Umum dan Keuangan Abdul Azis mengatakan para pelaku bisnis UMKM harus mulai mempelajari "coding" atau pengkodean sebagai keterampilan baru.
"Ini bisa menjadi bekal untuk bangkit pascakrisis akibat COVID-19. 'Coding' sendiri merupakan aktivitas penyusunan instruksi atau kode program kepada komputer agar 'device' tersebut mengerjakan apa yang dikehendaki oleh 'programmer'," katanya.
Menurut dia, dengan mempelajari "soft skill" tersebut pelaku bisnis juga bisa belajar memecahkan masalah yang ada dan pelaku UMKM juga bisa membuat produk digital. Tidak lagi sekadar sebagai konsumen yang menggunakan produk digital yang sudah ada.
"'Computational thinking' atau metode pemecahan masalah dengan melibatkan teknik yang digunakan oleh 'software' ini penting sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh manusia di abad 21 karena belajar tidak melulu harus soal menulis, membaca, dan berhitung," katanya.
"Salah satunya adalah pebisnis UMKM wajib mengelola 'cash flow' agar modal kerja aman," kata Direktur SV UNS Santoso Tri Hananto di Solo, Rabu.
Selain itu, dikatakannya, untuk sementara waktu pelaku UMKM bisa beralih bisnis atau produk yang dibutuhkan selama pandemi. Dengan demikian, pelaku UMKM tetap bisa memenuhi kebutuhan pasar pada saat itu.
Meski demikian, dikatakannya, jika situasi masih belum memungkinkan bagi UMKM untuk menjalankan usahanya, maka usaha tersebut bisa berhenti sementara waktu.
"Gunakan waktu kosong tersebut untuk evaluasi diri dan menyiapkan proses bisnis yang efisien dengan didukung teknologi informasi dan teknologi tepat guna. Selanjutnya, solusi yang lain adalah merancang pola magang kerja dengan perguruan tinggi vokasi," katanya.
Sementara itu, Wakil Direktur SV UNS Bidang Umum dan Keuangan Abdul Azis mengatakan para pelaku bisnis UMKM harus mulai mempelajari "coding" atau pengkodean sebagai keterampilan baru.
"Ini bisa menjadi bekal untuk bangkit pascakrisis akibat COVID-19. 'Coding' sendiri merupakan aktivitas penyusunan instruksi atau kode program kepada komputer agar 'device' tersebut mengerjakan apa yang dikehendaki oleh 'programmer'," katanya.
Menurut dia, dengan mempelajari "soft skill" tersebut pelaku bisnis juga bisa belajar memecahkan masalah yang ada dan pelaku UMKM juga bisa membuat produk digital. Tidak lagi sekadar sebagai konsumen yang menggunakan produk digital yang sudah ada.
"'Computational thinking' atau metode pemecahan masalah dengan melibatkan teknik yang digunakan oleh 'software' ini penting sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh manusia di abad 21 karena belajar tidak melulu harus soal menulis, membaca, dan berhitung," katanya.