Semarang (ANTARA) - Salah seorang seniman tari tradisional dari Kota Semarang, Jawa Tengah, Yoyok Bambang Priyambodo, memberikan penghargaan kepada Maestro Seniman Musik dan Dalang Wayang Kulit Ki Narto Sabdo pada peringatan Hari Tari Dunia.
"Penghargaan kepada Ki Narto Sabdo saya wujudkan melalui pertunjukan tari yang digelar secara daring," kata Yoyok di Semarang, Rabu malam.
Dalam pertunjukan tari tersebut, pengasuh Sanggar Tari Greget mempersembahkan tari mengenai refleksi atas karakter wayang yang dibeberkan Ki Narto Sabdo mengenai angkara murka.
Digambarkan dengan bentuk raksasa baik, Durga yang dibawakan oleh Sangghita Anjali serta Buta Cakil oleh Mahendra, sedangkan tatanan musiknya digarap oleh Sudarsono.
Menurut dia, semasa hidupnya Ki Narto Sabdo telah banyak sekali membuat karya, gending, tembang yang bernuansa Semarangan.
"Bagi saya hal itu harus kita 'ugemi' dan terus diwariskan agar masyarakat Semarang tidak lupa siapa beliau," ujarnya.
Baca juga: Seniman Semarang ciptakan tarian penghormatan kepada korban COVID-19
Ia menyebut selama ini banyak masyarakat yang kurang memahami karya-karya Ki Narto Sabdo dan baginya hal itu mesti menjadi catatan penting bagi banyak pihak.
Penghargaan kepada Ki Narto Sabdo, kata dia, bukan hanya namanya dipakai untuk gedung saja melainkan dengan upaya lain seperti membedah karya beliau serta menginterpretasikan karya tersebut.
Selain itu, perlu adanya pencatatan dan pengumpulan karya Ki Narto Sabdo secara utuh yang kemudian dipelajari melalui "workshop" atau pelajaran di sekolah melalui berbagai fasilitas dari pemerintah.
"Dengan demikian progresnya bisa terlihat. Semarang sudah memiliki warisan yang luar biasa, namun kurang digarap maksimal. Saya rasa perlu ada Festival gending, tembang, atau macapat karya beliau, difasilitasi oleh pemerintah," katanya.
Yoyok menegaskan akan mengusung karya-karya Semarangan Ki Narto Sabdo kepada pihak lain di luar Semarang.
Melalui kerja sama antara pihaknya dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dirinya bisa mengajak akademisi untuk turut membedah karya-karya Semarangan Ki Narto Sabdo.
"Jadi apresiasi kita nanti bukan hanya menilai bahwa karya itu bagus, tapi juga bisa memahami bagaimana Ki Narto Sabdo membuat gending atau tembang yang bernuansa Semarangan. Unsur budaya apa saja yang dipakai, bisa kita gali," ujarnya.
Baca juga: Seniman Semarang ciptakan tarian dan tembang keprihatinan pandemi COVID-19
"Penghargaan kepada Ki Narto Sabdo saya wujudkan melalui pertunjukan tari yang digelar secara daring," kata Yoyok di Semarang, Rabu malam.
Dalam pertunjukan tari tersebut, pengasuh Sanggar Tari Greget mempersembahkan tari mengenai refleksi atas karakter wayang yang dibeberkan Ki Narto Sabdo mengenai angkara murka.
Digambarkan dengan bentuk raksasa baik, Durga yang dibawakan oleh Sangghita Anjali serta Buta Cakil oleh Mahendra, sedangkan tatanan musiknya digarap oleh Sudarsono.
Menurut dia, semasa hidupnya Ki Narto Sabdo telah banyak sekali membuat karya, gending, tembang yang bernuansa Semarangan.
"Bagi saya hal itu harus kita 'ugemi' dan terus diwariskan agar masyarakat Semarang tidak lupa siapa beliau," ujarnya.
Baca juga: Seniman Semarang ciptakan tarian penghormatan kepada korban COVID-19
Ia menyebut selama ini banyak masyarakat yang kurang memahami karya-karya Ki Narto Sabdo dan baginya hal itu mesti menjadi catatan penting bagi banyak pihak.
Penghargaan kepada Ki Narto Sabdo, kata dia, bukan hanya namanya dipakai untuk gedung saja melainkan dengan upaya lain seperti membedah karya beliau serta menginterpretasikan karya tersebut.
Selain itu, perlu adanya pencatatan dan pengumpulan karya Ki Narto Sabdo secara utuh yang kemudian dipelajari melalui "workshop" atau pelajaran di sekolah melalui berbagai fasilitas dari pemerintah.
"Dengan demikian progresnya bisa terlihat. Semarang sudah memiliki warisan yang luar biasa, namun kurang digarap maksimal. Saya rasa perlu ada Festival gending, tembang, atau macapat karya beliau, difasilitasi oleh pemerintah," katanya.
Yoyok menegaskan akan mengusung karya-karya Semarangan Ki Narto Sabdo kepada pihak lain di luar Semarang.
Melalui kerja sama antara pihaknya dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dirinya bisa mengajak akademisi untuk turut membedah karya-karya Semarangan Ki Narto Sabdo.
"Jadi apresiasi kita nanti bukan hanya menilai bahwa karya itu bagus, tapi juga bisa memahami bagaimana Ki Narto Sabdo membuat gending atau tembang yang bernuansa Semarangan. Unsur budaya apa saja yang dipakai, bisa kita gali," ujarnya.
Baca juga: Seniman Semarang ciptakan tarian dan tembang keprihatinan pandemi COVID-19