Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta semua daerah meniru pengaturan jarak antarpedagang yang ada di Pasar Salatiga guna mencegah meluasnya penyebaran COVID-19.
"Sebenarnya sudah lama saya usul penataan pasar itu kepada bupati dan wali kota. Idenya saya lihat di Myanmar, lalu saya share ke mereka para bupati wali kota, bisa tidak dilakukan. Ternyata Salatiga yang melakukan, hari ini saya tag (tautkan, red.) di Instagram saya karena memang sangat menginspirasi," katanya di Semarang, Selasa.
Secara khusus Ganjar mengapresiasi langkah Pemkot Salatiga yang melakukan pengaturan jarak antarpedagang di Pasar Salatiga tidak terjadi penumpukan pembeli sehingga bisa menjadi contoh yang keren dan bagus diterapkan di tengah wabah COVID-19.
Baca juga: Disperindagkop Batang merintis pasar daring
Menurut Ganjar, paradigma saat ini harus benar-benar diubah yakni mau tidak mau masyarakat harus bisa hidup dengan COVID-19 termasuk sistem pasar atau sistem ekonomi.
"Sistem pasar kita harus diubah, kita harus bisa hidup dengan COVID-19. Pilihannya adalah kita mengambil jalur tegas PSBB yang melarang semua orang keluar dan ekonomi berhenti atau kita bisa melakukan seperti di Kota Semarang atau Banyumas yang melakukan pengetatan," ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan itu menyebut saat ini semua orang ketakutan dengan COVID-19, banyak perusahaan bangkrut dan karyawan dirumahkan sehingga mekanisme serta perilaku ekonomi baru harus dilakukan.
"Bagaimana caranya, ya move on. Ayo kita tetap hidup dengan COVID, mari jaga kesehatan, jaga jarak, perusahaan karyawannya diatur, wajib pakai masker, disediakan tempat cuci tangan dan lainnya. Kalau semua mendukung, maka kita pasti bisa melawan ini tanpa harus mematikan semua denyut nadi ekonomi," kata Ganjar.
Baca juga: Semen Gresik ajak pedagang pasar di Rembang gunakan masker
Kalau itu bisa dilakukan, lanjut Ganjar, model penanganan COVID-19 ala Taiwan bisa dilakukan. Negara itu tidak melakukan lockdown, tetapi ekonomi tetap berjalan dan semuanya baik-baik saja.
"Sebenarnya sudah lama saya usul penataan pasar itu kepada bupati dan wali kota. Idenya saya lihat di Myanmar, lalu saya share ke mereka para bupati wali kota, bisa tidak dilakukan. Ternyata Salatiga yang melakukan, hari ini saya tag (tautkan, red.) di Instagram saya karena memang sangat menginspirasi," katanya di Semarang, Selasa.
Secara khusus Ganjar mengapresiasi langkah Pemkot Salatiga yang melakukan pengaturan jarak antarpedagang di Pasar Salatiga tidak terjadi penumpukan pembeli sehingga bisa menjadi contoh yang keren dan bagus diterapkan di tengah wabah COVID-19.
Baca juga: Disperindagkop Batang merintis pasar daring
Menurut Ganjar, paradigma saat ini harus benar-benar diubah yakni mau tidak mau masyarakat harus bisa hidup dengan COVID-19 termasuk sistem pasar atau sistem ekonomi.
"Sistem pasar kita harus diubah, kita harus bisa hidup dengan COVID-19. Pilihannya adalah kita mengambil jalur tegas PSBB yang melarang semua orang keluar dan ekonomi berhenti atau kita bisa melakukan seperti di Kota Semarang atau Banyumas yang melakukan pengetatan," ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan itu menyebut saat ini semua orang ketakutan dengan COVID-19, banyak perusahaan bangkrut dan karyawan dirumahkan sehingga mekanisme serta perilaku ekonomi baru harus dilakukan.
"Bagaimana caranya, ya move on. Ayo kita tetap hidup dengan COVID, mari jaga kesehatan, jaga jarak, perusahaan karyawannya diatur, wajib pakai masker, disediakan tempat cuci tangan dan lainnya. Kalau semua mendukung, maka kita pasti bisa melawan ini tanpa harus mematikan semua denyut nadi ekonomi," kata Ganjar.
Baca juga: Semen Gresik ajak pedagang pasar di Rembang gunakan masker
Kalau itu bisa dilakukan, lanjut Ganjar, model penanganan COVID-19 ala Taiwan bisa dilakukan. Negara itu tidak melakukan lockdown, tetapi ekonomi tetap berjalan dan semuanya baik-baik saja.