Solo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surakarta menyebutkan hasil pelacakan (tracking) kontak dekat dan sosialisasi dari pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Surakarta, terdapat 62 orang yang kini dikarantinakan secara mandiri setelah satu pasien meninggal karena virus Corona.
"Seorang pasien yang meninggal dunia itu, sudah positif Corona virus disease (COVID-19), sedangkan satu lainnya masih dirawat di RSUD dr Moewardi, tetapi warga yang kontak langsung harus diwaspadai, dan mendapatkan pemantauan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih, di Solo, Jumat.
Menurut Siti Wahyuningsih, warga yang melakukan kontak dekat dan kontak sosial dengan pasien dilakukan pelacakan, antara lain petugas medis RS Dr.Oen Kandang Sapi Solo, ada 16 orang, RS Dr Oen Solo Baru Sukoharjo ada 15 orang, di Klinik Mojosongo enam orang, pihak keluarga 12 orang, Keluarga Semanggi tujuh orang, dan karyawannya ada enam orang, sehingga totalnya 62 orang.
Puluhan orang tersebut sudah diketahui identitasnya dan dilakukan karantina mandiri selama 14 hari. Mereka setiap hari dipantau oleh petugas Puskesmas setempat untuk melaporkan perkembangannya apakah kondisinya menjadi buruk atau tidak.
Baca juga: Dinkes tunggu hasil lab suspect Covid-19 meninggal di RSUD Moewardi
"Apapun perkembangannya, kami harus mendapatkan informasinya. Jika kondisi buruk harus segera langsung ke rumah sakit. Kemudian bagaimana kami juga mengedukasi masyarakat supaya masyarakat tenang dalam arti, sebetulnya COVID-19 sama dengan virus biasa yang bisa sembuh sendiri jika daya tahan tubuh baik," katanya.
Menurut dia, para petugas Puskesmas sudah menyepakati setiap hari sekitar pukul 09.00 WIB harus melaporkan kondisi terkini perkembangan kesehatan para medis dan keluarga pasien yang sebelumnya kontak dekat dan sosial dengan keduanya.
Pasien tersebut sebelumnya setelah pulang dari Bogor jatuh sakit, sehingga aktivitasnya juga tidak banyak melakukan kontak keluarga dan orang-orang yang berhubungan langsung dalam waktu dekat ini. Dia pernah berobat di Klinik Mojosongo, RS Dr Oen Kandang Sapi, dan Solo Baru, sehingga tenaga medis yang pernah menangani dikarantina.
Kendati demikian, pihaknya berharap masyarakat tetap tenang dan beraktivitas dengan meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). dan mendapatkan informasi yang benar terkait kasus COVID-19.
Baca juga: Demam berdarah di Jateng renggut 17 nyawa hanya dalam 2 bulan
"Jika PHBS ini, dilaksanakan dengan baik, bagaimana pola gizinya kesehatan lingkungan juga baik. Maka, Insya Allah, kuman dan penyakit tidak bisa masuk ke tubuh kita," katanya.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo sebelumnya mengusulkan ke Pusat untuk memberikan kewenangan daerah baik kota maupun kabupaten untuk melakukan menguji sampel di laboratorium, jika ada pasien yang terindikasi COVID-19.
Menyinggung soal satu pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi Surakarta, yang dilaporkan meninggal dunia, kata Rudyatmo, Pemkot Surakarta melalui Dinas Kesehatan bersama camat dan lurah melakukan pelacakan riwayat ke daerahnya.
Pasien yang meninggal dunia itu, warga Solo, tetapi dimakamkan di Magetan Jatim, sehingga pelacakan untuk memperoleh informasi pasien itu setelah pulang dari Bogor bertemu dengan siapa saja, dimana saja itu, kata dia, harus dilakukan langkah-langkah dari Dinkes.*
Baca juga: Dinkes Jateng ajukan penambahan puluhan ribu APD antisipasi kekurangan
Baca juga: Demam berdarah di Jateng renggut 17 nyawa hanya dalam 2 bulan
"Seorang pasien yang meninggal dunia itu, sudah positif Corona virus disease (COVID-19), sedangkan satu lainnya masih dirawat di RSUD dr Moewardi, tetapi warga yang kontak langsung harus diwaspadai, dan mendapatkan pemantauan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih, di Solo, Jumat.
Menurut Siti Wahyuningsih, warga yang melakukan kontak dekat dan kontak sosial dengan pasien dilakukan pelacakan, antara lain petugas medis RS Dr.Oen Kandang Sapi Solo, ada 16 orang, RS Dr Oen Solo Baru Sukoharjo ada 15 orang, di Klinik Mojosongo enam orang, pihak keluarga 12 orang, Keluarga Semanggi tujuh orang, dan karyawannya ada enam orang, sehingga totalnya 62 orang.
Puluhan orang tersebut sudah diketahui identitasnya dan dilakukan karantina mandiri selama 14 hari. Mereka setiap hari dipantau oleh petugas Puskesmas setempat untuk melaporkan perkembangannya apakah kondisinya menjadi buruk atau tidak.
Baca juga: Dinkes tunggu hasil lab suspect Covid-19 meninggal di RSUD Moewardi
"Apapun perkembangannya, kami harus mendapatkan informasinya. Jika kondisi buruk harus segera langsung ke rumah sakit. Kemudian bagaimana kami juga mengedukasi masyarakat supaya masyarakat tenang dalam arti, sebetulnya COVID-19 sama dengan virus biasa yang bisa sembuh sendiri jika daya tahan tubuh baik," katanya.
Menurut dia, para petugas Puskesmas sudah menyepakati setiap hari sekitar pukul 09.00 WIB harus melaporkan kondisi terkini perkembangan kesehatan para medis dan keluarga pasien yang sebelumnya kontak dekat dan sosial dengan keduanya.
Pasien tersebut sebelumnya setelah pulang dari Bogor jatuh sakit, sehingga aktivitasnya juga tidak banyak melakukan kontak keluarga dan orang-orang yang berhubungan langsung dalam waktu dekat ini. Dia pernah berobat di Klinik Mojosongo, RS Dr Oen Kandang Sapi, dan Solo Baru, sehingga tenaga medis yang pernah menangani dikarantina.
Kendati demikian, pihaknya berharap masyarakat tetap tenang dan beraktivitas dengan meningkatkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). dan mendapatkan informasi yang benar terkait kasus COVID-19.
Baca juga: Demam berdarah di Jateng renggut 17 nyawa hanya dalam 2 bulan
"Jika PHBS ini, dilaksanakan dengan baik, bagaimana pola gizinya kesehatan lingkungan juga baik. Maka, Insya Allah, kuman dan penyakit tidak bisa masuk ke tubuh kita," katanya.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo sebelumnya mengusulkan ke Pusat untuk memberikan kewenangan daerah baik kota maupun kabupaten untuk melakukan menguji sampel di laboratorium, jika ada pasien yang terindikasi COVID-19.
Menyinggung soal satu pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi Surakarta, yang dilaporkan meninggal dunia, kata Rudyatmo, Pemkot Surakarta melalui Dinas Kesehatan bersama camat dan lurah melakukan pelacakan riwayat ke daerahnya.
Pasien yang meninggal dunia itu, warga Solo, tetapi dimakamkan di Magetan Jatim, sehingga pelacakan untuk memperoleh informasi pasien itu setelah pulang dari Bogor bertemu dengan siapa saja, dimana saja itu, kata dia, harus dilakukan langkah-langkah dari Dinkes.*
Baca juga: Dinkes Jateng ajukan penambahan puluhan ribu APD antisipasi kekurangan
Baca juga: Demam berdarah di Jateng renggut 17 nyawa hanya dalam 2 bulan