Semarang (ANTARA) - Gubernur Ganjar Pranowo mengimbau masyarakat Jawa Tengah agar mengurangi bahkan menghindari pertemuan dan kerumunan yang melibatkan banyak orang guna mengantisipasi penyebaran virus corona (COVID-19) karena berpotensi mengakibatkan kematian.

"Kami imbau masyarakat untuk kurangi kerumunan-kerumunan dulu, sekiranya tidak terlalu penting dikurangi dulu, tidak usah ke luar negeri," kata Ganjar saat menyampaikan keterangan pers kepada awak media di rumah dinas Gubernur Jateng, Semarang, Jumat.

Jika terpaksa harus ada pertemuan atau kerumunan, Ganjar mengingatkan agar ada dokter atau tim medis yang memantau kondisi kesehatan para hadirin.

"Jika ada yang demam atau flu, langsung dipulangkan saja, ada baiknya kita melakukan pencegahan," ujarnya.

Kendati demikian, orang nomor satu di Jateng itu juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa, namun tetap waspada terkait penyebaran COVID-19.

Baca juga: Nasib salaman kita karena virus corona

Ganjar mengaku telah menginstruksikan seluruh kepala daerah di semua tingkatan untuk melakukan sosialisasi hidup bersih sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19, serta menyediakan tempat cuci tangan dengan sabun di tempat-tempat kerumunan, baik itu tempat perbelanjaan, pasar, tempat ibadah maupun sekolah.

Secara keseluruhan, Ganjar menyebutkan bahwa hingga Jumat (13/3) sore, di Jawa Tengah tercatat telah menangani 46 pasien suspect COVID-19 dengan rincian sebanyak 37 pasien dinyatakan negatif, tujuh pasien masih dirawat, dua orang dinyatakan positif COVID-19, dan satu di antaranya meninggal dunia serta telah dimakamkan.

Dua pasien yang positif COVID-19 tersebut dirawat di RSUD Dr. Moewardi, Kota Surakarta.

Baca juga: Dinkes tunggu hasil lab suspect Covid-19 meninggal di RSUD Moewardi
 
Terkait dengan pasien yang diisolasi di RSUD Dr. Moewardi yang meninggal akibat terinfeksi COVID-19 pada Rabu (11/3), namun tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri dan pernah mengikuti seminar di Bogor, Jawa Barat, itu, Ganjar langsung bergerak cepat dengan melakukan "tracking" riwayat perjalanan pasien berusia 59 tahun tersebut.

"Kami berkomunikasi dengan Pemprov Jawa Barat dan Jawa Timur dalam melakukan 'tracking' riwayat perjalanan pasien yang meninggal akibat COVID-19 karena yang bersangkutan sebelumnya mengikuti seminar di Bogor, sedangkan keluarganya ada di Magetan," katanya.

Seperti diwartakan, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyatakan bahwa seorang pasien yang dirawat di ruang isolasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Jawa Tengah, meninggal dunia akibat terinfeksi COVID-19.

"Hasil pemeriksaan yang bersangkutan menunjukkan positif COVID-19," ujarnya. (LHP)

Baca juga: Rudyatmo usulkan cek laboratorium COVID-19 di daerah
Baca juga: Nunggu hasil terlalu lama, Ganjar gemas ingin miliki laboratorium deteksi corona

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024