Semarang (ANTARA) - Kerja keras dan ketekunan memang selalu berbuah manis di ujungnya.

Buah manis itu pula yang kini dirasakan Profesor Abu Rokhmad, guru besar Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Pria kelahiran Desa Karanganyar, Welahan, Jepara, Jawa Tengah, ini semasa kecil memang hidup susah. Ketika masih sekolah di SD Inpres di desa itu, Abu sudah menjadi yatim.

Kala itu, Abu juga harus angon (menggembala) kerbau bergantian dengan ibunya. "Berkali-kali saya nyaris diseruduk kerbau ketika menghalaunya karena melihat tubuh kerempeng dan kecil ini," kata ayah tiga anak itu mengenang.

Selepas asar, ibunya yang menggantikan menggembala kerbau, sedangkan Abu bersekolah di madrasah kampung.

Baca juga: Prof. Abu: Terjadi gejala kemacetan demokrasi

Kehidupan Abu bertambah sulit ketika tak lama kemudian ayahnya meninggal. Abu akhirnya ikut kakak sulungnya -- yang juga pas-pasan kehidupannya kala itu -- di Rembang untuk melanjutkan SMP dan madrasah aliyah (MA).

Oleh karena itu, ketika di MA, Abu juga bekerja sebagai marbot masjid dan jadi muazin di masjid.

"Wawasan tentang hidup saya berubah ketika ngenger (ikut) di rumah kakak saya. Ketika SMP, saya sudah baca buku-buku filsafat," kata suami Faizah Cholil Tsuqoibaq itu.

Pada saat itu ia belum tahu kelak jadi apa. "Saya hanya belajar dan belajar saja," katanya ketika dihubungi di Semarang, Rabu (19/2).

Ia percaya dengan belajar keras, kehidupannya bakal berubah. 

Ia tidak ingin seperti anak-anak sebaya di desanya, yang selepas lulus SD, anak laki-laki bekerja sebagai pengrajin, sedangkan yang perempuan menikah pada usia dini (12-13 tahun).

Setelah menamatkan MA, Abu melanjutkan kuliah S-1 di Universitas Muhammadiyah Surabaya berlanjut S-2 di Universitas Muhammadiyah Malang dan S-3 di Undip Semarang.

Setelah puluhan tahun belajar dan bekerja keras, pria kelahiran 7 April 1976 tersebut kini menuai buah manisnya. Kamis (20/2) besok, Abu Rokhmad akan menyampaikan pidato pengukuhan guru besar FISIP UIN Semarang.

Untuk usia  43 tahun, Abu tergolong masih muda ketika meraih jabatan akademik tertinggi tersebut. Ia juga merupakan guru besar pertama di FISIP UIN Walisongo. 

Baca juga: UIN Walisongo mantapkan jadi universitas riset

Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024