Taipei (ANTARA) - Taiwan mendesak Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk membuat hitungan tersendiri soal jumlah korban corona untuk Taiwan dan tidak memasukkannya ke dalam jumlah korban corona yang terjadi di China dalam usaha memerangi wabah itu.
Taiwan melaporkan hanya 22 kasus corona, berlawanan dengan angka kasus yang terjadi di China yang mencapai angka lebih dari 72.400, namun wilayah pulau yang menjalankan swapemerintahan itu oleh WHO dimasukkan dalam klasifikasi kawasan yang "berisiko sangat tinggi" karena WHO menganggap Taiwan sebagai bagian dari China.
"Taiwan tak di bawah pemerintahan China dan tentunya tak seharusnya dicap sebagai satu kawasan yang terinfeksi," juru bicara Kementerian Luar Negeri Joanne Ou mengatakan kepada wartawan.
Baca juga: Direktur RS Wuhan China meninggal dunia akibat virus corona
Baca juga: Korban tewas akibat Covid-19 di China bertambah jadi 1.868 orang
"Kami mendesak WHO untuk bersikap profesional dan netral. Lepaslah dari klaim tak masuk akal China. Jangan tersandera oleh China," katanya.
Sejumlah negara seperti El Salvador, Mongolia, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu memberlakukan pembatasan perjalanan bagi kedatangan mereka yang telah mengunjungi Taiwan, sementara maskapai terbesar pulau itu termasuk dalam larangan Italia atas penerbangan dari China.
Ou mengatakan Taiwan terus menekan Italia untuk memulai lagi penerbangan sambil menambahkan bahwa WHO sebaiknya segera mengoreksi "label yang tak sesuai"-nya atas Taiwan.
Taiwan memerintahkan diplomat di seluruh dunia untuk menjamin tak ada lagi penerbangan dihentikan akibat klasifikasi yang ditetapkan WHO.
Dalam satu sukses diplomatik yang jarang terjadi, Taiwan berhasil membuat Vietnam mencabut larangan penerbangan bulan ini. Pekan lalu, Filipina mencabut larangan penerbangan terhadap pengunjung dari Taiwan yang diberlakukan untuk menahan penyebaran corona.
Reuters
Baca juga: 135 pintu masuk RI diawasi untuk cegah virus corona
Taiwan melaporkan hanya 22 kasus corona, berlawanan dengan angka kasus yang terjadi di China yang mencapai angka lebih dari 72.400, namun wilayah pulau yang menjalankan swapemerintahan itu oleh WHO dimasukkan dalam klasifikasi kawasan yang "berisiko sangat tinggi" karena WHO menganggap Taiwan sebagai bagian dari China.
"Taiwan tak di bawah pemerintahan China dan tentunya tak seharusnya dicap sebagai satu kawasan yang terinfeksi," juru bicara Kementerian Luar Negeri Joanne Ou mengatakan kepada wartawan.
Baca juga: Direktur RS Wuhan China meninggal dunia akibat virus corona
Baca juga: Korban tewas akibat Covid-19 di China bertambah jadi 1.868 orang
"Kami mendesak WHO untuk bersikap profesional dan netral. Lepaslah dari klaim tak masuk akal China. Jangan tersandera oleh China," katanya.
Sejumlah negara seperti El Salvador, Mongolia, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu memberlakukan pembatasan perjalanan bagi kedatangan mereka yang telah mengunjungi Taiwan, sementara maskapai terbesar pulau itu termasuk dalam larangan Italia atas penerbangan dari China.
Ou mengatakan Taiwan terus menekan Italia untuk memulai lagi penerbangan sambil menambahkan bahwa WHO sebaiknya segera mengoreksi "label yang tak sesuai"-nya atas Taiwan.
Taiwan memerintahkan diplomat di seluruh dunia untuk menjamin tak ada lagi penerbangan dihentikan akibat klasifikasi yang ditetapkan WHO.
Dalam satu sukses diplomatik yang jarang terjadi, Taiwan berhasil membuat Vietnam mencabut larangan penerbangan bulan ini. Pekan lalu, Filipina mencabut larangan penerbangan terhadap pengunjung dari Taiwan yang diberlakukan untuk menahan penyebaran corona.
Reuters
Baca juga: 135 pintu masuk RI diawasi untuk cegah virus corona