Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali yang dikenal salah satu daerah lumbung pangan di Jawa Tengah menargetkan produksi gabah pada 2020 mencapai 295.855 ton.

"Jumlah target produksi gabah di Boyolali tahun ini, meningkat dibanding 2019, yakni 292.987 ton gabah kering panen (GKP)," kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, di Boyolali, Selasa.

Luas lahan pertanian di wilayah Kabupaten Boyolali mencapai sekitar 22.773 hektare yang terdiri atas 12.964 lahan pertanian dengan irigasi teknis dan sisanya lahan tadah hujan.

Baca juga: Cuaca mendukung, penyebaran benih tembakau petani lereng Sumbing lebih awal

Bambang Jiyanto mengatakan untuk persediaan pangan di Boyolali masih aman. Produksi gabah pada 2019 mencapai 94,1 persen dari jumlah yang ditargetkan, dan masih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Produksi gabah di Boyolali pada 2019 mencapai sebanyak 275.771 ton GKP atau sekitar 94,1 persen dari jumlah yang ditargetkan mencapai 292.987 ton," kata Bambang.

Menurut dia, produksi gabah pada 2019 yang tidak memenuhi target tersebut karena lahan padi sejumlah daerah mengalami puso, yakni sekitar 1.000 hektare. Untuk itu, Dispertan Boyolali berupaya memaksimalkan pada masa tanam 2020.

Dia mengatakan produksi gabah pada 2020 ini, diperkirakan semakin banyak. Hal ini, karena masa tanam untuk 2019 bergeser ke belakang sehingga ada padi yang tanam November-Desember nanti panennya pada tahun ini, dan targetnya dinaikan sekitar 2.513 ton GKP.

Hal tersebut, kata dia, berbeda dengan produksi jagung di Boyolali pada 2019 mampu melampaui target. Produksi jagung mencapai 138.096 ton atau mampu melebihi yang ditargetkan 137.082 ton. Hal ini, karena produktivitas jagung di Boyolali rata-rata mencapai 5,5 ton per hektare.

Petani banyak tanam tanaman jagung pada akhir-akhir 2019, dan bakal dipanen di tahun ini, sehingga prodduksinya, diperkirakan akan meningkat.

Kendati demikian, pihaknya mengimbau masyarakat bersama berbagai pihak untuk melaksanakan gerakan pengendalian hama penyakit karena sering terjadi cuaca ekstrem saat ini berimplikasi pada kondisi alam yang kurang cocok untuk pertanaman,

"Kami menyediakan pestisida dan lain-lain, silakan gerakan secara gotong royong oleh masyarakat. Termasuk untuk tanam jagung. Kami minta para petani lebih sering memantau perkembangan tanamannya karena sekarang ini, musim hujan banyak hama serang tanaman," katanya.

Baca juga: Musim tanam mundur, sawah di Banyumas belum terdampak cuaca ekstrem
Baca juga: Hadapi musim tanam, petani Kudus dibantu alat mesin pertanian
 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024