Rembang (ANTARA) - Produsen batik asli Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Maranatha Ong's Art mengunggulkan proses pengolahan kain sebelum memasuki tahap membatik untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik.
"Kalau dari tempat produksi yang lain, batik yang makin sering dicuci akan makin pudar warnanya, sedangkan milik kami warnanya makin tajam, makin kinclong," kata pemilik Maranatha Ong's Art Priscilla Renny di Lasem, Minggu.
Ia mengatakan proses pengolahan kain tersebut dinamakan "kethel". Pada proses ini kain diberi minyak khusus dan kanji untuk memastikan serat kain lebih rekat dan tidak lagi terjadi penyusutan setelah dicuci.
Menurut dia, proses ini membutuhkan waktu selama satu bulan.
"Saat 'diketheli' ini kain sudah menyusut sekitar 20 cm. Selain itu, warna juga tidak lagi putih bersih seperti saat belum 'diketheli'. Kalau sudah begini baru bisa dibatik," katanya.
Selain mengunggulkan pengolahan kain, dikatakannya, yang menarik lagi adalah kain dengan proses tulis ini lebih banyak menggunakan motif berukuran kecil sehingga proses pembuatan secara keseluruhan lebih lama dibandingkan batik tulis yang lain.
Menurut dia, untuk satu lembar kain membutuhkan waktu pembuatan hingga empat bulan.
Meski demikian, tidak mudah baginya untuk memperoleh pembatik yang sesuai dengan kriteria Maranatha Ong's Art karena saat ini pembatik lebih suka menerapkan motif dengan ukuran yang lebih besar.
"Kalau saya lebih kecil, lagi pula desain antara satu batik dengan yang lain tidak sama. Ini yang membuat kain saya harga jualnya lebih tinggi. Saat ini pembatik saya jumlahnya hanya sekitar 30 orang," katanya.
Ia mengatakan dalam penggunaan warna, generasi kelima produsen batik yang dulunya bernama Batik Ong ini tidak menggunakan warna-warna muda.
"Tidak ada coklat muda, merah muda, atau hijau muda. Adanya warna merah, biru, kuning, hijau, dan cokelat," katanya.
Untuk motif yang digunakan salah satunya adalah Sekar Jagad. Selain itu, ada pula beberapa motif modern yang dikembangkan di antaranya altar clothe dan ceremonial hanging.
Sementara itu, dikatakannya, harga tertinggi untuk satu lembar batik Maranatha Ong's Art mencapai Rp25 juta. Sedangkan yang banyak dipesan dan pengirimannya sudah dilakukan secara berkala harganya di kisaran Rp7,5 juta.
"Kalau pengirimannya sampai ke Jakarta, Medan, dan Surabaya. Sedangkan ekspor ini baru memasuki tahun kedua saya, salah satunya ke India," katanya.
"Kalau dari tempat produksi yang lain, batik yang makin sering dicuci akan makin pudar warnanya, sedangkan milik kami warnanya makin tajam, makin kinclong," kata pemilik Maranatha Ong's Art Priscilla Renny di Lasem, Minggu.
Ia mengatakan proses pengolahan kain tersebut dinamakan "kethel". Pada proses ini kain diberi minyak khusus dan kanji untuk memastikan serat kain lebih rekat dan tidak lagi terjadi penyusutan setelah dicuci.
Menurut dia, proses ini membutuhkan waktu selama satu bulan.
"Saat 'diketheli' ini kain sudah menyusut sekitar 20 cm. Selain itu, warna juga tidak lagi putih bersih seperti saat belum 'diketheli'. Kalau sudah begini baru bisa dibatik," katanya.
Selain mengunggulkan pengolahan kain, dikatakannya, yang menarik lagi adalah kain dengan proses tulis ini lebih banyak menggunakan motif berukuran kecil sehingga proses pembuatan secara keseluruhan lebih lama dibandingkan batik tulis yang lain.
Menurut dia, untuk satu lembar kain membutuhkan waktu pembuatan hingga empat bulan.
Meski demikian, tidak mudah baginya untuk memperoleh pembatik yang sesuai dengan kriteria Maranatha Ong's Art karena saat ini pembatik lebih suka menerapkan motif dengan ukuran yang lebih besar.
"Kalau saya lebih kecil, lagi pula desain antara satu batik dengan yang lain tidak sama. Ini yang membuat kain saya harga jualnya lebih tinggi. Saat ini pembatik saya jumlahnya hanya sekitar 30 orang," katanya.
Ia mengatakan dalam penggunaan warna, generasi kelima produsen batik yang dulunya bernama Batik Ong ini tidak menggunakan warna-warna muda.
"Tidak ada coklat muda, merah muda, atau hijau muda. Adanya warna merah, biru, kuning, hijau, dan cokelat," katanya.
Untuk motif yang digunakan salah satunya adalah Sekar Jagad. Selain itu, ada pula beberapa motif modern yang dikembangkan di antaranya altar clothe dan ceremonial hanging.
Sementara itu, dikatakannya, harga tertinggi untuk satu lembar batik Maranatha Ong's Art mencapai Rp25 juta. Sedangkan yang banyak dipesan dan pengirimannya sudah dilakukan secara berkala harganya di kisaran Rp7,5 juta.
"Kalau pengirimannya sampai ke Jakarta, Medan, dan Surabaya. Sedangkan ekspor ini baru memasuki tahun kedua saya, salah satunya ke India," katanya.