Semarang (ANTARA) - Nilai ekspor berbagai hasil perikanan Provinsi Jawa Tengah pada periode Januari-Oktober 2019 tercatat telah mencapai Rp2,4 triliun dengan volume ekspor sebanyak 41,289 ton.
"Ternyata ekspor kita di bidang perikanan bagus. Tahun ini sampai Oktober mencapai Rp2,4 triliun. Saya curiga Jawa Tengah ini juara ekspor perikanan, potensi kelautan dan perikanan kita sungguh dahsyat. Kalau pasar sudah bagus maka masuk pada customer premium," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai melepas Ekspor Raya Hasil Perikanan Tahun 2019 di Kantor Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Semarang, Jumat.
Komoditas utama hasil perikanan yang diekspor adalah daging rajungan, surimi, cumi-cumi, udang putih, udang vaname, daging ikan nila, udang windu, ikan layur, ikan teri, dan sisik ikan.
Hasil perikanan Jawa Tengah itu diekspor ke 11 negara tujuan yakni Amerika Serikat, Italia, China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei, dan Singapura.
Ganjar menyebut potensi ekspor rajungan dan ikan nila atau tilapia yang dibudidayakan di Kabupaten Klaten sangat bagus, sehingga perlu untuk dikembangkan.
"Saya ingin prospek ini kita kembangkan sehingga kalau ada orang yang ingin belajar, tinggal datang ke Klaten, rajungan di sepanjang pantura Brebes-Rembang kita punya banyak dan eksportirnya ada. Bayangkan kalau dirata-rata sehari Rp9 miliar, sudah berapa duit yang masuk dari potensi itu," ujar Ganjar Pranowo.
Baca juga: Ekspor perikanan Jateng sumbang devisa Rp2,1 triliun
Ia berharap pengembangan sektor perikanan Jawa Tengah bisa memberikan dampak positif, di antaranya bisa mendongkrak ekonomi nasional dengan meningkatkan devisa, memberdayakan potensi yang ada di daerah-daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Tugas kita dalam politik ekspor dan politik perikanan, kita bisa mengikuti perkembangan bisnis perikanan ini. Masyarakat itu butuhnya apa, nanti akan kita buatkan. Misal butuh pelatihan, ya dibuatkan. Kalau butuh peningkatan kapasitas dan akses modal, ya ayo, tadi juga ada dari pihak bank juga. Saya kira ini cara co-working yang bisa kita lakukan sehingga semua bisa belajar bersama," kata Ganjar Pranowo.
Menurut dia sudah saatnya perikanan Jateng masuk pada kualitas yang tinggi dan bersaing di kancah dunia dengan pengembangan berbagai potensi yang ada.
Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang Raden Gatot Perdana menambahkan rajungan mendominasi komoditas perikanan yang diekspor ke beberapa negara.
"Untuk daging rajungan dari total komoditas menduduki peringkat pertama, dengan volume dan nilai sampai Oktober 2019 yakni sebanyak 2.537 ton dengan nilai Rp790 miliar," ujarnya.
Ia menyebut peningkatan ekspor perikanan tersebut tidak luput dari dukungan penuh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai otoritas yang berkompeten serta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bidang kelautan dan perikanan yang senantiasa meningkatkan mutu layanan ekspor di bidang perikanan, baik secara mutu dan keamanan produk, serta peningkatan layanan sertifikasi.
Pada kegiatan Ekspor Raya ini, BKIPM Semarang menerbitkan Health Certificate Eksport untuk 50 kontainer hasil perikanan yang berasal dari 15 unit pengolahan ikan dengan total volume 1.032 ton atau senilai Rp72,47 miliar.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan video conference antara Gubernur Ganjar Pranowo dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang berada di Teluk Lamong, Gresik Jawa Timur.(LHP)
Baca juga: 2018, ekspor perikanan Jateng meningkat 59 persen
"Ternyata ekspor kita di bidang perikanan bagus. Tahun ini sampai Oktober mencapai Rp2,4 triliun. Saya curiga Jawa Tengah ini juara ekspor perikanan, potensi kelautan dan perikanan kita sungguh dahsyat. Kalau pasar sudah bagus maka masuk pada customer premium," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai melepas Ekspor Raya Hasil Perikanan Tahun 2019 di Kantor Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Semarang, Jumat.
Komoditas utama hasil perikanan yang diekspor adalah daging rajungan, surimi, cumi-cumi, udang putih, udang vaname, daging ikan nila, udang windu, ikan layur, ikan teri, dan sisik ikan.
Hasil perikanan Jawa Tengah itu diekspor ke 11 negara tujuan yakni Amerika Serikat, Italia, China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei, dan Singapura.
Ganjar menyebut potensi ekspor rajungan dan ikan nila atau tilapia yang dibudidayakan di Kabupaten Klaten sangat bagus, sehingga perlu untuk dikembangkan.
"Saya ingin prospek ini kita kembangkan sehingga kalau ada orang yang ingin belajar, tinggal datang ke Klaten, rajungan di sepanjang pantura Brebes-Rembang kita punya banyak dan eksportirnya ada. Bayangkan kalau dirata-rata sehari Rp9 miliar, sudah berapa duit yang masuk dari potensi itu," ujar Ganjar Pranowo.
Baca juga: Ekspor perikanan Jateng sumbang devisa Rp2,1 triliun
Ia berharap pengembangan sektor perikanan Jawa Tengah bisa memberikan dampak positif, di antaranya bisa mendongkrak ekonomi nasional dengan meningkatkan devisa, memberdayakan potensi yang ada di daerah-daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Tugas kita dalam politik ekspor dan politik perikanan, kita bisa mengikuti perkembangan bisnis perikanan ini. Masyarakat itu butuhnya apa, nanti akan kita buatkan. Misal butuh pelatihan, ya dibuatkan. Kalau butuh peningkatan kapasitas dan akses modal, ya ayo, tadi juga ada dari pihak bank juga. Saya kira ini cara co-working yang bisa kita lakukan sehingga semua bisa belajar bersama," kata Ganjar Pranowo.
Menurut dia sudah saatnya perikanan Jateng masuk pada kualitas yang tinggi dan bersaing di kancah dunia dengan pengembangan berbagai potensi yang ada.
Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang Raden Gatot Perdana menambahkan rajungan mendominasi komoditas perikanan yang diekspor ke beberapa negara.
"Untuk daging rajungan dari total komoditas menduduki peringkat pertama, dengan volume dan nilai sampai Oktober 2019 yakni sebanyak 2.537 ton dengan nilai Rp790 miliar," ujarnya.
Ia menyebut peningkatan ekspor perikanan tersebut tidak luput dari dukungan penuh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai otoritas yang berkompeten serta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bidang kelautan dan perikanan yang senantiasa meningkatkan mutu layanan ekspor di bidang perikanan, baik secara mutu dan keamanan produk, serta peningkatan layanan sertifikasi.
Pada kegiatan Ekspor Raya ini, BKIPM Semarang menerbitkan Health Certificate Eksport untuk 50 kontainer hasil perikanan yang berasal dari 15 unit pengolahan ikan dengan total volume 1.032 ton atau senilai Rp72,47 miliar.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan video conference antara Gubernur Ganjar Pranowo dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang berada di Teluk Lamong, Gresik Jawa Timur.(LHP)
Baca juga: 2018, ekspor perikanan Jateng meningkat 59 persen