Solo (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah, mendorong para pengrajin mebel meningkatkan kualitas produk ekspor agar makin diminati pasar asing.
"Kami berupaya memotivasi mereka agar makin meningkatkan kualitas produknya. Apalagi furnitur di Jateng ini posisinya kedua untuk ekspor setelah tekstil," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo pada pembukaan obral mebel di Rumah Kriya Banjarsari Solo, Kamis.
Ia mengatakan saat ini persaingan di sektor kayu makin ketat, di sisi lain pasar makin luas. Menurut dia, pasar yang layak dioptimalkan bukan hanya pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat tetapi juga kawasan Timur Tengah dan Eropa.
"Bahkan Timur Tengah ini permintaannya cukup tinggi. Apalagi jenis kayu kita cukup cocok dengan iklim di sana," katanya.
Ia mengatakan industri furnitur dan kayu olahan merupakan industri prioritas di Jawa Tengah dan masih menjadi primadona ekspor nonmigas di Jawa Tengah.
Berdasarkan data, pada tahun 2018 nilai ekspor produk kayu olahan dan furnitur Jawa Tengah mencapai 1.525.902.186 dolar Amerika Serikat. Nilai total tersebut terdiri dari nilai ekspor kayu olahan sebesar 893.579.118 dolar AS dan nilai ekspor furnitur sebesar 632.323.068 dolar AS.
Ia mengatakan industri mebel dan furnitur juga termasuk industri yang mampu menyerap banyak pekerja.
"Industri mebel merupakan industri padat karya yang memberikan lapangan pekerjaan dan menyumbang devisa yang signifikan bagi Negara," katanya.
Ia mengatakan untuk mendorong peningkatan pasar ekspor dan pasar lokal, produk industri furnitur dan kayu olahan khususnya di Jawa Tengah perlu didukung akses promosi untuk peningkatan pemasaran produk furnitur.
"Pemanfaatan Rumah Kriya Banjarsari Solo ini merupakan salah satu upaya untuk tujuan dimaksud," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Soloraya (KIMKAS) Suryanto mengatakan kegiatan tersebut untuk membidik pasar lokal.
"Ini adalah obral mebel keempat, diikuti oleh 20 perajin mebel yang biasa melakukan ekspor," katanya.
Berdasarkan data, dikatakannya, pada kegiatan serupa sebelumnya realisasi transaksi mencapai Rp550 juta. Harapannya kali ini realisasi transaksi dapat lebih besar dibandingkan sebelumnya.
"Kami berupaya memotivasi mereka agar makin meningkatkan kualitas produknya. Apalagi furnitur di Jateng ini posisinya kedua untuk ekspor setelah tekstil," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo pada pembukaan obral mebel di Rumah Kriya Banjarsari Solo, Kamis.
Ia mengatakan saat ini persaingan di sektor kayu makin ketat, di sisi lain pasar makin luas. Menurut dia, pasar yang layak dioptimalkan bukan hanya pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat tetapi juga kawasan Timur Tengah dan Eropa.
"Bahkan Timur Tengah ini permintaannya cukup tinggi. Apalagi jenis kayu kita cukup cocok dengan iklim di sana," katanya.
Ia mengatakan industri furnitur dan kayu olahan merupakan industri prioritas di Jawa Tengah dan masih menjadi primadona ekspor nonmigas di Jawa Tengah.
Berdasarkan data, pada tahun 2018 nilai ekspor produk kayu olahan dan furnitur Jawa Tengah mencapai 1.525.902.186 dolar Amerika Serikat. Nilai total tersebut terdiri dari nilai ekspor kayu olahan sebesar 893.579.118 dolar AS dan nilai ekspor furnitur sebesar 632.323.068 dolar AS.
Ia mengatakan industri mebel dan furnitur juga termasuk industri yang mampu menyerap banyak pekerja.
"Industri mebel merupakan industri padat karya yang memberikan lapangan pekerjaan dan menyumbang devisa yang signifikan bagi Negara," katanya.
Ia mengatakan untuk mendorong peningkatan pasar ekspor dan pasar lokal, produk industri furnitur dan kayu olahan khususnya di Jawa Tengah perlu didukung akses promosi untuk peningkatan pemasaran produk furnitur.
"Pemanfaatan Rumah Kriya Banjarsari Solo ini merupakan salah satu upaya untuk tujuan dimaksud," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Soloraya (KIMKAS) Suryanto mengatakan kegiatan tersebut untuk membidik pasar lokal.
"Ini adalah obral mebel keempat, diikuti oleh 20 perajin mebel yang biasa melakukan ekspor," katanya.
Berdasarkan data, dikatakannya, pada kegiatan serupa sebelumnya realisasi transaksi mencapai Rp550 juta. Harapannya kali ini realisasi transaksi dapat lebih besar dibandingkan sebelumnya.