Solo (ANTARA) - Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr Arif Zainudin Surakarta mendorong para remaja bisa menjadi tempat curhat atau mencurahkan perasaan hati yang menyenangkan bagi teman sebayanya guna menghindari depresi di kalangan anak muda.
"Lingkungan remaja adalah remaja. Tidak mungkin remaja curhat ke guru atau orang tua, tidak mungkin terjadi loncatan generasi. Ini penting untuk mencegah bunuh diri pada remaja," kata Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr Arif Zainudin Surakarta, dr Aliyah Himawati Rizkiani, pada seminar bertema "Sahabat Remaja Cegah Depresi dan Bunuh Diri" dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Solo, Selasa.
Ia mengatakan saat ini tingkat bunuh diri di dunia cenderung meningkat.
Baca juga: Studi : Orang depresi berhadapan dengan sejumlah dampak buruk
Meski tidak menyampaikan berapa peningkatannya, dia mengatakan bahwa berdasarkan data WHO setiap 40 detik ada satu orang yang melakukan bunuh diri.
"Dari data WHO juga, Indonesia menempati urutan ke-114 dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia dan ke-8 di tingkat ASEAN. Tentu harapan kami angka ini bisa terus menurun," katanya.
Ia mengatakan depresi rentan terjadi di kalangan siswa dan mahasiswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pencegahan.
"'Bullying' atau perundungan menjadi salah satu sebab terjadinya depresi. Sebetulnya banyak sebab, termasuk perceraian orang tua yang berdampak pada anak mengalami 'broken home'," katanya.
Menurut dia, solusi untuk mencegah depresi tersebut dengan cara menguatkan mental anak.
"Ini juga untuk penerimaan diri dia. Penyebab kan banyak, bukan dirinya saja tetapi juga lingkungan, orang tua. Sangat kompleks," katanya
Ia mengatakan selama ini kasus yang masuk ke RSJD terkait dengan depresi pada remaja lebih ke dampaknya, di antaranya mereka menjadi enggan masuk sekolah, mudah marah, dan beberapa lainnya sampai melakukan percobaan bunuh diri.
"Kami melihat kasus ini yang meningkat, pengobatannya ada yang rawat jalan dan ada yang rawat inap. Jadi kami harus lebih intensif dalam merawat yang seperti itu," katanya.
Baca juga: Studi: Terapi daring bisa bantu tangani depresi
Baca juga: Study: Orang yang menderita depresi bicara dengan cara berbeda
"Lingkungan remaja adalah remaja. Tidak mungkin remaja curhat ke guru atau orang tua, tidak mungkin terjadi loncatan generasi. Ini penting untuk mencegah bunuh diri pada remaja," kata Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr Arif Zainudin Surakarta, dr Aliyah Himawati Rizkiani, pada seminar bertema "Sahabat Remaja Cegah Depresi dan Bunuh Diri" dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Solo, Selasa.
Ia mengatakan saat ini tingkat bunuh diri di dunia cenderung meningkat.
Baca juga: Studi : Orang depresi berhadapan dengan sejumlah dampak buruk
Meski tidak menyampaikan berapa peningkatannya, dia mengatakan bahwa berdasarkan data WHO setiap 40 detik ada satu orang yang melakukan bunuh diri.
"Dari data WHO juga, Indonesia menempati urutan ke-114 dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia dan ke-8 di tingkat ASEAN. Tentu harapan kami angka ini bisa terus menurun," katanya.
Ia mengatakan depresi rentan terjadi di kalangan siswa dan mahasiswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pencegahan.
"'Bullying' atau perundungan menjadi salah satu sebab terjadinya depresi. Sebetulnya banyak sebab, termasuk perceraian orang tua yang berdampak pada anak mengalami 'broken home'," katanya.
Menurut dia, solusi untuk mencegah depresi tersebut dengan cara menguatkan mental anak.
"Ini juga untuk penerimaan diri dia. Penyebab kan banyak, bukan dirinya saja tetapi juga lingkungan, orang tua. Sangat kompleks," katanya
Ia mengatakan selama ini kasus yang masuk ke RSJD terkait dengan depresi pada remaja lebih ke dampaknya, di antaranya mereka menjadi enggan masuk sekolah, mudah marah, dan beberapa lainnya sampai melakukan percobaan bunuh diri.
"Kami melihat kasus ini yang meningkat, pengobatannya ada yang rawat jalan dan ada yang rawat inap. Jadi kami harus lebih intensif dalam merawat yang seperti itu," katanya.
Baca juga: Studi: Terapi daring bisa bantu tangani depresi
Baca juga: Study: Orang yang menderita depresi bicara dengan cara berbeda