Purworejo (ANTARA) - Festival Seni Sawunggalih 2019 (Sawunggalih Art Festival) Kabupaten Purworejo, membangun kesadaran makin kuat masyarakat terhadap nilai-nilai cagar budaya di kawasan Selatan Provinsi Jawa Tengah itu, kata direktur festival, Nungki Nur Cahyani.

"Di sini (Stasiun nonaktif Purworejo, red.) sebagai tempat festival, ini heritage, supaya orang makin cinta heritage, aset yang perlu dilestarikan dan diekspose ke dunia," katanya di sela Festival Seni Sawunggalih II/2019 di Purworejo, Sabtu malam.

Festival berlangsung di Stasiun Purworejo Lama, yang dibangun pada awal era 1800 di ketinggian sekitar 63 meter dari permukaan air laut.

Kegiatan ditandai dengan berbagai pementasan kesenian, antara lain tarian tradisional, kontemporer, musik, seni rupa, dan performa oleh para seniman dari berbagai kelompok baik di daerah itu maupun luar Purworejo.

"Safest (Sawunggalih Art Festival) tahun ini banyak mendapat dukungan jaringan kesenimanan ataupun teknis. Diaspora Purworejo, Komunitas Lima Gunung Magelang, Rumah Banjarsari Surakarta, Dewan Kesenian Purworejo, Pemkab Purworejo dan lain-lain," jelas dia.

Nungki yang juga penari itu, menyebut Stasiun (nonaktif) Purworejo bukan sekadar terkait dengan moda transportasi dengan kisahnya, tetapi juga bagian dari heritage di daerah tersebut.

Ia juga menjelaskan bahwa Festival Seni Sawunggalih menjadi ajang edukasi kepada masyarakat setempat terkait dengan perkembangan dunia kesenian yang tidak hanya kesenian klasik keraton dan kerakyatan, akan tetapi juga berkembang kesenian kontemporer yang berbasis tradisi.

"Banyak karya seni, bukan hanya dua genre (klasik keraton dan kerakyatan, red.), tetapi ada komteporer. Di Purworejo belum banyak seni kontemporer. Semoga festival ini menjadi wadah untuk berkembang iven-iven lain, tumbuh wadah seperti ini," terangnya.

Ia juga mengemukakan tentang pentingnya dukungan berbagai kalangan untuk keberlanjutan Festival Seni Sawunggalih yang tahun ini sebagai penyelenggaraan tahun kedua dengan tema "Heaven & Earth".

"Harus ada penyadaran individu, supaya terbuka, instansi pemerintah mendukung niat baik insan seni untuk mengembangkan diri dan mendapat peluang mewujudkan cinta seni budaya," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Agung Wibowo mengatakan tentang posisi strategis daerah setempat saat ini, terutama terkait dengan keberadaan bandara internasional baru di Yogyakarta, di Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan dengan Purworejo.

Baca juga: Puluhan perupa muda pameran "Lumbung Karya" di Festival Lima Gunung

Selain itu, tambahnya terkait dengan pengembangan superprioritas kepariwisataan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang dengan Badan Otoritas Borobudur yang berada di Purworejo, dan rencana pembangunan bendungan tertinggi di Indonesia, di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo yang diharapkan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Purworejo saat ini bukan isu kecil-kecilan tetapi isu nasional. Akan membuka akses wisatawan dan investor masuk Purworejo dapat berkembang," katanya.

Ia mengemukakan pentingnya masyarakat menangkap peluang kemajuan daerah itu pada masa mendatang, antara lain untuk pelaku wisata, perekonomian, dan bidang-bidang pembangunan kesejahteraan lainnya.

Pada tahun depan, Pemkab Purworejo mencanangkan tahun kunjungan wisata, "Romansa Purworejo 2020.

"Membuktikan kepada khalayak dan dunia bahwa Purworejo layak dikunjungi, kondusif untuk menerima wistawan nusantara dan mancanegara," ujarnya.

Baca juga: Kelompok seni jaranan "Banteng krido" buka Festival Jaranan Trenggalek 2019

Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024