Kabupaten Magelang (ANTARA) - Dalam budi daya tanaman pertanian, salah satu hal utama yang penting diperhatikan adalah tanah. Media tanah harus memiliki unsur hara yang cukup untuk tanaman agar dapat bisa tumbuh dengan ideal. 

Terkait dengan hal tersebut, sektor peternakan memiliki peran sebagai penghasil limbah kotoran ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang dan diolah menjadi pupuk bokashi yang menyuburkan tanaman.

Salah satu limbah kotoran yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk bokashi adalah kotoran/feses domba. 

Menurut Witarsa (2016), bokashi adalah pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan organik semisal kompos dan pupuk kandang dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme pengurai seperti mikroba atau jamur fermentasi.

“Pada dasarnya, pupuk bokashi ialah pupuk organik, yang membuat berbeda dari pupuk lainnya adalah pupuk ini hasil dari proses fermentasi berupa pupuk padat dalam kondisi sudah terurai sehingga mengandung lebih banyak unsur hara baik makro maupun mikro yang siap untuk segera diserap akar tanaman,Z," jelas Sucipto, M.Si, dosen Polbangtan YoMa Jurusan Peternakan, pada Bincang Agribisnis Siaran Pedesaan FastFM Magelang pekan lalu (23/10). 

“Rata-rata kandungan pupuk bokashi sudah mencakup unsur hara makro: N, P, K, Mg, S, Ca dan unsur hara mikro: Zn, B, Fe, Cu, Mn, Mo, dan Cl," sambungnya. 

Karena memiliki unsur hara yang makro dan mikro yang lengkap, Pupuk organik bokashi memiliki keunggulan dan manfaat, yaitu meningkatkan populasi, keberagaman, dan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan, menekan perkembangan patogen (N, P, dan K).

Selain itu, unsur mikro yang terkandung seperti: Ca, Mg, B, S dan lain-lain, mampu menetralkan pH tanah, menambah kandungan humus tanah, meningkatkan granulasi atau kegemburan tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. 

“Dan manfaat yang terpenting adalah meningkatkan kesuburan dan produksi tanaman," tambah Fitri Sulistyani, mahasiswa Polbangtan YoMa semester 7, mendampingi dosen dalam Bincang Agribisnis tersebut.

Pembuatan pupuk bokashi dari feses domba dapat memanfaatkan limbah isi rumen domba sebagai starternya atau pengganti EM4. Starter ini dinamakan Mikroorganisme Lokal (MOL). 

Limbah isi rumen sangat potensial dimanfaatkan sebagai stater pupuk bokashi,  karena di samping bahan pakan yang belum tercerna juga terdapat organisme rumen yang merupakan sumber vitamin B. 

“Sebelum  membuat pupuk bokashi, kita harus membuat starter dari rumen domba terlebih dahulu. Tahapan membuat starter rumen domba," katanya.

Sucipto, M.Si menjelaskan rinci sebagai berikut;

Pertama, siapkan jerigen dan botol plastik dibalut lakban hitam mengelilingi hingga tertutup seluruh permukaan; 

Kedua, rebus dedak 0,5kg dalam 2,5L air kemudian dinginkan dan saring; 

Ketiga, saring isi rumen, lalu mencampur isi rumen 1L, molasses 1L dan rebusan air dedak tadi; 

Keempat, masukkan larutan dalam jerigen, tambahkan selang yang terhubung ke botol berisi air; 

Kelima, pastikan jerigen dalam kondisi anaerob (kedap udara) dan simpan di tempat yang tidak terpapar sinar Matahari.

Setelah MOL sudah dihasilkan melalui fermentasi yang berlangsung 3-4hari, selanjutnya adalah pembuatan pupuk bokashi menurut Sucito adalah;

Pertama, buat larutan MOL; 

Kedua, siramkan larutan tersebut ke dalam adonan (pupuk kandang dan sekam) perlahan sampai kandungan air mencapai 30%; 

Ketiga, buat gundukan adonan di atas ubin kering setinggi 15-20cm kemudian adonan ditutup terpal/karung goni/plastik selama 4-7 hari. 

Suhu adonan harus dipertahankan 40-50oC, setiap suhu mulai mendekati 50oC maka karung goni/Plastik/Terpal dibuka dan lakukan pengadukan, agar pupuk bokashi tidak rusak akibat suhu yang terlalu tinggi. 

“Setelah proses fermentasi selesai 4-7hari, bokashi diangin-anginkan mencapai suhu ruangan, dan pupuk bokashi siap diaplikasikan dalam pembudidayaan pertanian/tanaman”. (SuciA/PolbangtanYoMa)

 

Pewarta : KSM
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024