Semarang (ANTARA) - Analis politik dari Universitas Diponegoro Teguh Yuwono menilai wajar Projo mendukung kembali Presiden Joko Widodo setelah Budi Arie Setiadi (Ketua Umum Relawan Projo) sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

"Wamen itu bentuk dari pressure politik. Karena pressure ini berhasil, besok akan kembali mendukung Presiden RI Joko Widodo," kata Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Diponegoro Semarang Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin. di Semarang, Sabtu.

Alumnus Flinders University Australia ini mengutarakan bahwa Pro Jokowi (Projo) menarik diri karena merasa kontribusinya tidak dihargai dan tentu merasa dikecewakan

Ketika organisasi kemasyarakatan pendukung Presiden Joko Widodo itu tidak mendapatkan posisi kekuasaan tertentu, menurut Teguh Yuwono, akan melemah dukungannya.

"Dalam politik, dukungan harus dikonversi menjadi kekuasaan," kata Teguh yang pernah sebagai Ketua Program Magister Ilmu Politik FISIP Undip Semarang.

Menyinggung kabinet gemuk dan banyak wamennya, Teguh mengatakan, "Ini efek dari banyaknya barisan pendukung dan pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin."

Ia menilai Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin akomodatif terhadap semua pihak yang membantu pemenangan pasangan ini dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 17 April 2019.

Baca juga: Analis sebut tidak mungkin Polri di bawah Kemendagri

Walaupun wakil menteri diupayakan dari kalangan profesional, menurut Teguh, pertimbangan politisnya tetap kental. Hal ini yang menjadikan kabinet gemuk.

Ketika menjawab pertanyaan wartawan bahwa Projo sudah pamit kepada Jokowi, Budi Arie Setiadi menjawab bahwa Projo untuk pemenangan Jokowi di Pilpres 2019, sedangkan wakil menteri ini sebagai tugas lain untuk mengabdi kepada rakyat.

"Mau enggak mau karena Projo setia dengan rakyat. Tugas Pak Jokowi (memilihnya sebagai wakil menteri) menegaskan sikap organisasi," kata Budi di Jakarta, Jumat (25/10), seperti yang telah disiarkan ANTARA.

Terkait dengan Projo yang dibubarkan, dia berdalih akan kerepotan kalau harus melakukan konsolidasi lagi, apalagi tugas Projo memenangi pilpres dan itu sebenarnya sudah selesai.

Sebelumnya, Projo pamit kepada Jokowi.Ormas yang telah mendukung Jokowi hingga dua periode pemerintahan itu tidak bisa menerima realita kalau Jokowi memasukkan nama Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto ke dalam Kabinet Indonesia Maju.

"Ada kekecewaan soal Prabowo jadi Menhan, mengingat Prabowo rival yang cukup keras waktu itu. Kami bertarung cukup keras. Akan tetapi, sekarang menjadi Menhan," ujar Sekretaris Jenderal Projo Handoko dalam konferensi pers di Kantor DPP Projo, Jalan Pancoran Timur Raya, Jakarta Selatan, Rabu (23/10).

Baca juga: Akademisi: Politikus Indonesia lebih elegan daripada AS

Selain Prabowo, para sukarelawan pendukung Presiden Jokowi juga kecewa menyaksikan mantan Komisaris Utama Net TV Wishnutama dalam barisan calon menteri.

Ketua Projo DKI Jakarta Karl Sibarani mengatakan bahwa Wishnutama tidak pernah berkeringat dan "berdarah" dalam mendukung Jokowi, baik pada Pilpres 2014 maupun 2019.

Berbeda dari Projo, respons dari Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Milenial Arief Rosyid Hasan lebih positif.

Menurut Arief, sejumlah figur seperti Erick Thohir, Bahlil Lahadalia, Wishnutama, dan Nadiem Makarim adalah figur-figur yang selama ini memperoleh tempat di hati milenial. 

Baca juga: Teguh Yuwono: Kewenangan DPD Tetap Terbatas
Baca juga: Pemberian Gelar Pahlawan kepada Pak Harto Tunjukkan Bangsa Pemaaf

Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024