Semarang (ANTARA) - Guru besar hukum Universitas Borobudur Jakarta Prof Dr Faisal Santiago SH MH menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin serus memberantas radikalisme di Tanah Air dengan memilih mantan Wakil Panglima TNI Jenderal TNI (Purnawirawan) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama.
"Presiden ingin menjaga dari ancaman radikalisme dengan menempatkan Fachrul Razi dan mantan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri," kata dia, menjawab pertanyaan ANTARA dari Semarang, Rabu.
Dengan masuknya pensiunan jenderal bintang empat dalam posisi itu di Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf Amin, dia berharap program deradikalisasi dengan mengedepankan tindakan preventif dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut dia, pendekatan tanpa kekerasan dengan menetralisasi paham-paham yang radikal di tengah masyarakat agar jangan sampai muncul ke permukaan, apalagi menimbulkan korban jiwa.
Berita ANTARA sebelumnya menyebutkan Fachrul Razi, lulusan Akademi Militer pada 1970, berpengalaman dalam bidang infanteri. Jabatan terakhir yang diembannya sebagai Wakil Panglima TNI pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Juga baca: Istana Negara penuh sesak saat pelantikan para menteri
Juga baca: Presiden lantik menteri dan pejabat setingkat Kabinet Indonesia Maju
Ia juga pernah menjadi komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1/Kostrad, kemudian Wakil Asisten Operasi KSAD, Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana, dan Gubernur Akademi Militer (1996—1997).
Tidak hanya itu, Fachrul juga sempat menjabat sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Umum ABRI (1997—1998), Kepala Staf Umum ABRI (1998—1999), Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan (1999), kemudian sebagai Wakil Panglima TNI (1999—2000).
Sementara itu, Jenderal Polisi Tito Karnavian mengisi pos yang ditinggalkan Tjahjo Kumolo yang pada hari Rabu sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Tito adalah lulusan terbaik peraih pedang Adhi Makayasa dari Akademi Kepolisian pada 1987. Kariernya cemerlang dan tercatat pernah menempati sejumlah posisi sebelum ditunjuk presiden menjadi Kapolri pada bulan Juli 2016.
Tito pernah sebagai Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror pada tahun 200-2010, Kapolda Papua (2012-2014), Kapolda Metro Jaya (2015-2016), dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016.
Santiago menilai tepat Jokowi menempatkan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama dan Tito Karnavian sebagai Mendagri karena dua putra bangsa ini berpengalaman akan hal itu jika melihat latar belakang mereka.
"Hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf benar-benar ingin menjaga Republik Indonesia dari kelompok-kelompok yang ingin menggangu dan mencoba merusak kerukunan beragama yang sekarang ini menjadi isu yang sangat kental," kata dia.
"Presiden ingin menjaga dari ancaman radikalisme dengan menempatkan Fachrul Razi dan mantan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri," kata dia, menjawab pertanyaan ANTARA dari Semarang, Rabu.
Dengan masuknya pensiunan jenderal bintang empat dalam posisi itu di Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf Amin, dia berharap program deradikalisasi dengan mengedepankan tindakan preventif dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut dia, pendekatan tanpa kekerasan dengan menetralisasi paham-paham yang radikal di tengah masyarakat agar jangan sampai muncul ke permukaan, apalagi menimbulkan korban jiwa.
Berita ANTARA sebelumnya menyebutkan Fachrul Razi, lulusan Akademi Militer pada 1970, berpengalaman dalam bidang infanteri. Jabatan terakhir yang diembannya sebagai Wakil Panglima TNI pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Juga baca: Istana Negara penuh sesak saat pelantikan para menteri
Juga baca: Presiden lantik menteri dan pejabat setingkat Kabinet Indonesia Maju
Ia juga pernah menjadi komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1/Kostrad, kemudian Wakil Asisten Operasi KSAD, Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana, dan Gubernur Akademi Militer (1996—1997).
Tidak hanya itu, Fachrul juga sempat menjabat sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Umum ABRI (1997—1998), Kepala Staf Umum ABRI (1998—1999), Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan (1999), kemudian sebagai Wakil Panglima TNI (1999—2000).
Sementara itu, Jenderal Polisi Tito Karnavian mengisi pos yang ditinggalkan Tjahjo Kumolo yang pada hari Rabu sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Tito adalah lulusan terbaik peraih pedang Adhi Makayasa dari Akademi Kepolisian pada 1987. Kariernya cemerlang dan tercatat pernah menempati sejumlah posisi sebelum ditunjuk presiden menjadi Kapolri pada bulan Juli 2016.
Tito pernah sebagai Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror pada tahun 200-2010, Kapolda Papua (2012-2014), Kapolda Metro Jaya (2015-2016), dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016.
Santiago menilai tepat Jokowi menempatkan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama dan Tito Karnavian sebagai Mendagri karena dua putra bangsa ini berpengalaman akan hal itu jika melihat latar belakang mereka.
"Hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf benar-benar ingin menjaga Republik Indonesia dari kelompok-kelompok yang ingin menggangu dan mencoba merusak kerukunan beragama yang sekarang ini menjadi isu yang sangat kental," kata dia.