Purwokerto (ANTARA) - Oposisi berperan penting sebagai kekuatan penyeimbang dan pengontrol penyelenggaraan pemerintahan, kata pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Ahmad Sabiq.

"Oposisi memiliki peran yang sangat penting dalam rangka mengawal penyelenggaraan pemerintahan," katanya di Purwokerto, Senin.

Kendati demikian, kata dia, menjadi oposisi bukan berarti asal beda dengan pemerintah.

"Bukan pula dengan terus mencari-cari cara untuk menjatuhkan pemerintah. Bila kebijakan yang diambil oleh pemerintah sudah benar, pihak oposisi tidak selayaknya mengganjal. Malahan harus mendukung dan mengawal agar kebijakan tersebut dijalankan juga dengan cara yang benar," katanya.

Dia menambahkan peran oposisi merupakan peran yang terhormat dan mulia.

"Penyelenggaraan pemerintahan memerlukan kontrol dari oposisi yang kekuatannya memadai, karena itu, koalisi yang sudah dibangun sebelum pilpres mestinya terus berlanjut pascapilpres. Partai-partai pengusung capres yang kalah jika menjadi oposisi akan memiliki peran yang terhormat dan mulia," katanya.

Baca juga: Akademisi: Oposisi berperan ciptakan keseimbangan kekuasaan

Pada kesempatan sebelumnya, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Edi Santoso, mengatakan untuk menjalankan peran dengan baik maka narasi oposisi yang nantinya berkembang harus fokus pada program-program pemerintah.

"Narasi oposisi yang berkembang nanti harus substansial pada program-program pemerintah, bukan semangat permusuhan berlabel identitas primordial," katanya.

Dengan demikian, kata dia, perdebatan yang nantinya berkembang juga akan fokus pada isu-isu terkait dengan program yang sedang atau akan berjalan.

"Perdebatan yang berkembang nantinya diharapkan fokus pada seputaran program, bukan pada rasa suka dan tidak suka pada orang atau kelompok," katanya.

Baca juga: Pascaputusan MK, Ganjar sebut pentingnya peran oposisi pada pemerintahan
 


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024