Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk mengungkapkan akan memerger (menggabungkan) anak usahanya, BCA Syariah, dengan Bank Royal sehingga total aset bank syariah yang terbentuk diperkirakan mencapai kisaran Rp1,3 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Rabu, menargetkan proses merger Bank Royal dan BCA Syariah akan tuntas pada 2020.
Bank Royal saat ini, ujar Jahja, memiliki aset sekitar Rp400-500 miliar, sedangkan BCA Syariah menghimpun aser Rp800 miliar.
"Sebelum merger, kami tunggu Bank Royal stabil dulu, saya rasa tidak bisa tahun ini," ujar Jahja.
Rencana merger untuk membentuk bank syariah ini merupakan perubahan terbaru karena sebelumnya bank swasta terbesar di Indonesia itu ingin mengakuisisi Bank Royal dan menjadikannya bank yang berfokus pada digital perbankan.
Namun, BCA merasa mampu mengakomodasi layanan digital perbankan tapa harus membeli entitas perbankan lain atau membentuk anak usaha baru.
"Kami bisa membuat digital tanpa menghapus yang lama (konvensional)," ujarnya.
Dengan begitu layanan digital perbankan akan tetap menggunakan wadah induk usaha BCA. Jahja mengklaim produk digital perbankan BCA seperti "One Click" dan "Kode QR" sudah meraup jumlah nasabah yang signifikan.
BUKU II
Jika rencana merger BCA Syariah dan Royal itu terealisasi, maka bank yang terbentuk akan menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha II (BUKU II) atau bank bermodal inti Rp1 triliun-Rp5 triliun.
Jahja mengaku belum memilki rencana untuk membuat bank syariah tersebut sebagai perusahaan terbuka di pasar saham.
BCA merupakan bank raksasa yang santer diinformasikan akan melakukan aksi anorganik dalam beberapa tahun ke depan. Terdapat informasi bahwa BCA akan melakukan akuisis untuk satu bank lain, selain Bank Royal.
Namun, Jahja enggan memberikan komentar terkait informasi yang belum dipastikan kebenarannya itu.
"Saya belum bisa komentar dulu soal itu, boleh dong," ujar dia.
Untuk membeli Bank Royal, BCA menyiapkan dana sekitar Rp1 triliun.
Kelangsungan pembelian Bank Royal akan diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) BCA pada 20 Juni 2019.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Rabu, menargetkan proses merger Bank Royal dan BCA Syariah akan tuntas pada 2020.
Bank Royal saat ini, ujar Jahja, memiliki aset sekitar Rp400-500 miliar, sedangkan BCA Syariah menghimpun aser Rp800 miliar.
"Sebelum merger, kami tunggu Bank Royal stabil dulu, saya rasa tidak bisa tahun ini," ujar Jahja.
Rencana merger untuk membentuk bank syariah ini merupakan perubahan terbaru karena sebelumnya bank swasta terbesar di Indonesia itu ingin mengakuisisi Bank Royal dan menjadikannya bank yang berfokus pada digital perbankan.
Namun, BCA merasa mampu mengakomodasi layanan digital perbankan tapa harus membeli entitas perbankan lain atau membentuk anak usaha baru.
"Kami bisa membuat digital tanpa menghapus yang lama (konvensional)," ujarnya.
Dengan begitu layanan digital perbankan akan tetap menggunakan wadah induk usaha BCA. Jahja mengklaim produk digital perbankan BCA seperti "One Click" dan "Kode QR" sudah meraup jumlah nasabah yang signifikan.
BUKU II
Jika rencana merger BCA Syariah dan Royal itu terealisasi, maka bank yang terbentuk akan menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha II (BUKU II) atau bank bermodal inti Rp1 triliun-Rp5 triliun.
Jahja mengaku belum memilki rencana untuk membuat bank syariah tersebut sebagai perusahaan terbuka di pasar saham.
BCA merupakan bank raksasa yang santer diinformasikan akan melakukan aksi anorganik dalam beberapa tahun ke depan. Terdapat informasi bahwa BCA akan melakukan akuisis untuk satu bank lain, selain Bank Royal.
Namun, Jahja enggan memberikan komentar terkait informasi yang belum dipastikan kebenarannya itu.
"Saya belum bisa komentar dulu soal itu, boleh dong," ujar dia.
Untuk membeli Bank Royal, BCA menyiapkan dana sekitar Rp1 triliun.
Kelangsungan pembelian Bank Royal akan diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) BCA pada 20 Juni 2019.