Semarang (ANTARA) - Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Sinoeng Nugroho Rahmadi menyebutkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke sejumlah objek wisata di Jateng pada libur Lebaran 2019 mengalami kenaikan.
"Dari pantauan di lapangan serta laporan dari sejumlah pengelola objek wisata, peningkatan kunjungan wisatawan pada libur Lebaran 2019 naik 40 persen dibandingkan hari biasa dan akhir pekan," katanya di Semarang, Selasa.
Menurut dia, persentase kenaikan jumlah wisatawan tersebut cukup fantastis dan melampaui prediksi awal yang hanya sebesar 25 persen.
"Sebelum Lebaran kami memprediksikan jumlah kunjungan wisatawan ke Jateng naik 25 persen," ujarnya.
Kendati demikian, Sinoeng belum dapat memerinci angka kunjungan wisatawan pada libur Lebaran tahun ini karena data riil masih dalam proses penghitungan dan biasanya disampaikan pada akhir tahun.
"Terkait kenaikan 40 persen itu berdasarkan pantauan kami serta laporan dari sejumlah pengelola objek wisata misalnya di hari biasa atau 'weekend' kunjungan wisatawan 1.000 orang, tapi pada libur Lebaran kemarin bisa mencapai 1.400 orang per hari," katanya.
Ia mengungkapkan bahwa destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah wisata alam yang terletak sejumlah lokasi seperti Kota Surakarta, Wonosobo, Tegal, Magelang, Banyumas, Jepara, Tegal, dan Semarang.
"Sekarang ini sudah menjadi tren bahwa masyarakat lebih senang kembali ke alam sehingga objek wisata alam seperti dataran tinggi, pegunungan, air terjun, sungai, pantai, danau menjadi lokasi favorit untuk berkumpul bersama keluarga," ujarnya.
Ia menilai peningkatan jumlah kunjungan wisatawan itu tidak terlepas dari upaya Pemprov Jateng melakukan penataan dan pengelolaan destinasi wisata agar selain bagus, namun juga aman serta nyaman bagi wisatawan.
"Meskipun demikian masih ada bahan evaluasi dari meningkatnya kunjungan wisata pada libur Lebaran tahun ini terkait dengan adanya komplain dari sejumlah wisatawan terkait tarif di beberapa lokasi wisata yang mahal, baik tarif tiket maupun kuliner," katanya.
Kasus yang paling mencolok pada libur Lebaran 2019 adalah adanya pedagang kuliner yang menerapkan harga terlalu tinggi pada konsumennya.
"Kepada pedagang itu, pihak terkait sudah mengambil tindakan berupa peringatan dan edukasi," ujarnya.
"Dari pantauan di lapangan serta laporan dari sejumlah pengelola objek wisata, peningkatan kunjungan wisatawan pada libur Lebaran 2019 naik 40 persen dibandingkan hari biasa dan akhir pekan," katanya di Semarang, Selasa.
Menurut dia, persentase kenaikan jumlah wisatawan tersebut cukup fantastis dan melampaui prediksi awal yang hanya sebesar 25 persen.
"Sebelum Lebaran kami memprediksikan jumlah kunjungan wisatawan ke Jateng naik 25 persen," ujarnya.
Kendati demikian, Sinoeng belum dapat memerinci angka kunjungan wisatawan pada libur Lebaran tahun ini karena data riil masih dalam proses penghitungan dan biasanya disampaikan pada akhir tahun.
"Terkait kenaikan 40 persen itu berdasarkan pantauan kami serta laporan dari sejumlah pengelola objek wisata misalnya di hari biasa atau 'weekend' kunjungan wisatawan 1.000 orang, tapi pada libur Lebaran kemarin bisa mencapai 1.400 orang per hari," katanya.
Ia mengungkapkan bahwa destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah wisata alam yang terletak sejumlah lokasi seperti Kota Surakarta, Wonosobo, Tegal, Magelang, Banyumas, Jepara, Tegal, dan Semarang.
"Sekarang ini sudah menjadi tren bahwa masyarakat lebih senang kembali ke alam sehingga objek wisata alam seperti dataran tinggi, pegunungan, air terjun, sungai, pantai, danau menjadi lokasi favorit untuk berkumpul bersama keluarga," ujarnya.
Ia menilai peningkatan jumlah kunjungan wisatawan itu tidak terlepas dari upaya Pemprov Jateng melakukan penataan dan pengelolaan destinasi wisata agar selain bagus, namun juga aman serta nyaman bagi wisatawan.
"Meskipun demikian masih ada bahan evaluasi dari meningkatnya kunjungan wisata pada libur Lebaran tahun ini terkait dengan adanya komplain dari sejumlah wisatawan terkait tarif di beberapa lokasi wisata yang mahal, baik tarif tiket maupun kuliner," katanya.
Kasus yang paling mencolok pada libur Lebaran 2019 adalah adanya pedagang kuliner yang menerapkan harga terlalu tinggi pada konsumennya.
"Kepada pedagang itu, pihak terkait sudah mengambil tindakan berupa peringatan dan edukasi," ujarnya.