Temanggung (ANTARA) - Komoditas tembakau bukan hanya masalah ekonomi dan budaya bagi masyarakat Temanggung, tetapi bagian harga diri masyarakat setempat, kata Bupati Temanggung M. Al Khadziq.
"Kalau tembakaunya baik harga diri kita meningkat, kita akan bangga tembakau Temanggung paling bagus sedunia," katanya di Temanggung, Selasa (28/5).
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam diskusi Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang digelar oleh Ruang Akurat dan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dengan tema "Selamatkan Petani Tembakau Selamatkan Indonesia" di Tuk Budoyo, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung.
"Hal itu bagian dari harga diri kita, kemudian kita bisa hidup sejahtera, itu juga meningkatkan harkat dan martabat diri kita sehingga kalau tembakau harganya anjlok itu juga bagaimana pun terseok-seok rasa percaya diri kita sebagai bangsa juga menurun," katanya.
Tetapi, katanya, kalau tembakau harganya bagus meskipun menjadi pembicaraan orang, misalnya Temanggung tidak ada listrik sudah beli kulkas, hal itu merupakan rasan-rasan zaman dulu akhirnya kulkas untuk lemari pakaian.
"Dicemooh orang tetapi dalam hati ada kebanggaan, karena kita punya uang, berapa pun kita bisa untuk membeli mobil yang setahun sama sekali tidak dipakai dan hanya dipanasi," katanya.
Bahkan suatu ketika ada massa di Temanggung di mana kaum berdasi itu tidak dipercayai orang. Orang yang dipercaya adalah orang yang compang camping, sarungan, karena faktanya di Temanggung orang punya duit itu petani.
Ia menuturkan masalah tembakau di Temanggung rumit, dilihat dari sudut mana pun.
"Dari sudut pandang ekonomi itu tidak ada teori ekonomi yang bisa menjelaskan, misalnya tiba-tiba harga tembakau itu anjlok kenapa, tiba-tiba tembakau bagus kenapa," katanya.
Menurut dia, teori ekonomi susah menjelaskan soal tembakau, kadang musimnya bagus tetapi tembakau juga tidak laku, kadang musim tidak bagus tembakaunya justru laku.
"Kalau tembakaunya baik harga diri kita meningkat, kita akan bangga tembakau Temanggung paling bagus sedunia," katanya di Temanggung, Selasa (28/5).
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam diskusi Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang digelar oleh Ruang Akurat dan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dengan tema "Selamatkan Petani Tembakau Selamatkan Indonesia" di Tuk Budoyo, Desa Losari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung.
"Hal itu bagian dari harga diri kita, kemudian kita bisa hidup sejahtera, itu juga meningkatkan harkat dan martabat diri kita sehingga kalau tembakau harganya anjlok itu juga bagaimana pun terseok-seok rasa percaya diri kita sebagai bangsa juga menurun," katanya.
Tetapi, katanya, kalau tembakau harganya bagus meskipun menjadi pembicaraan orang, misalnya Temanggung tidak ada listrik sudah beli kulkas, hal itu merupakan rasan-rasan zaman dulu akhirnya kulkas untuk lemari pakaian.
"Dicemooh orang tetapi dalam hati ada kebanggaan, karena kita punya uang, berapa pun kita bisa untuk membeli mobil yang setahun sama sekali tidak dipakai dan hanya dipanasi," katanya.
Bahkan suatu ketika ada massa di Temanggung di mana kaum berdasi itu tidak dipercayai orang. Orang yang dipercaya adalah orang yang compang camping, sarungan, karena faktanya di Temanggung orang punya duit itu petani.
Ia menuturkan masalah tembakau di Temanggung rumit, dilihat dari sudut mana pun.
"Dari sudut pandang ekonomi itu tidak ada teori ekonomi yang bisa menjelaskan, misalnya tiba-tiba harga tembakau itu anjlok kenapa, tiba-tiba tembakau bagus kenapa," katanya.
Menurut dia, teori ekonomi susah menjelaskan soal tembakau, kadang musimnya bagus tetapi tembakau juga tidak laku, kadang musim tidak bagus tembakaunya justru laku.