Magelang (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Magelang menyelenggarakan seleksi Riset Unggulan Daerah (RUD) 2019 sebagai bagian dari upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan di daerah itu.
"Melalui kegiatan ini, kita juga mendorong partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah pembangunan daerah yang sangat mendesak, serta membangun jaringan kerja sama antara peneliti dengan pemerintah daerah," kata Kepala Balitbang Kota Magelang Arif Barata Sakti di Magelang, Jumat.
Seleksi RUD yang diselenggarakan secara rutin oleh Balitbang Kota Magelang sejak 2010 itu, katanya, menjadi wadah para peneliti dalam melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta penerapan teknologi daerah.
Ia menyebut seleksi RUD terbuka bagi peneliti, baik secara individual maupun kelompok, supaya mereka melakukan penelitian dan meningkatkan sumber daya ilmiah masyarakat.
Berbagai hasil penelitian, kata dia, akan menjadi bahan acuan dan pertimbangan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan.
"Sehingga pemerintah, dalam hal ini OPD, ketika melakukan langkah ada pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis," kata Arif dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia mencontohkan tentang karya RUD 2018 yang digunakan Dinas Pertanian dan Pangan setempat dalam mengatasi monyet ekor panjang di Gunung Tidar Kota Magelang.
Fokus penelitian Drh. Tauhid dan tim dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu, katanya, tentang populasi kepadatan atau tingkah laku daya dukung habitat monyet dan konflik dengan manusia.
Ia menyebut total dana penelitian RUD 2019 paling banyak Rp40 juta untuk hadiah dua RUD terbaik, sedangkan hadiah berupa dana untuk biaya proses penelitian.
Ia menyebut seleksi RUD bersifat terbuka, atau tidak hanya untuk peneliti dari Kota Magelang akan tetapi juga luar daerah itu.
"Yang jadi penilaian utama di antaranya kesesuaian tema, yakni tentang permasalahan Kota Magelang, syarat administrasi, dan juga latar belakang peneliti," katanya.
Pada RUD 2019, Balitbang Kota Magelang menentukan dua tema atau fokus penelitian, yakni tentang pengaruh aktivitas masyarakat terhadap pencemaran air tanah di Kota Magelang, terutama terhadap pencemaran Bakteri E. Coli dan Salmonela, serta tentang pengembangan pengelolaan persampahan metode Black Soldier Fly (BSF) di Pasar Gotong Royong.
Hingga saat ini, katanya, ada 14 judul proposal RUD yang telah masuk Balitbang Kota Magelang, sedangkan tim juri berasal dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian dan Pangan, serta akademisi UGM.
Seluruh rangkaian kegiatan seleksi RUD 2019, meliputi sosialisasi pada 18 Maret 2019, seleksi proposal 10 Mei 2019, pengumuman calon pemenang 24 Mei 2019, penetapan pemenang 28 Mei 2019, pelaksanaan penelitian mulai 3 Juni-Agustus 2019, sampai proses pencairan dana 31 September 2019. (hms)
"Melalui kegiatan ini, kita juga mendorong partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah pembangunan daerah yang sangat mendesak, serta membangun jaringan kerja sama antara peneliti dengan pemerintah daerah," kata Kepala Balitbang Kota Magelang Arif Barata Sakti di Magelang, Jumat.
Seleksi RUD yang diselenggarakan secara rutin oleh Balitbang Kota Magelang sejak 2010 itu, katanya, menjadi wadah para peneliti dalam melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta penerapan teknologi daerah.
Ia menyebut seleksi RUD terbuka bagi peneliti, baik secara individual maupun kelompok, supaya mereka melakukan penelitian dan meningkatkan sumber daya ilmiah masyarakat.
Berbagai hasil penelitian, kata dia, akan menjadi bahan acuan dan pertimbangan pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan.
"Sehingga pemerintah, dalam hal ini OPD, ketika melakukan langkah ada pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis," kata Arif dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia mencontohkan tentang karya RUD 2018 yang digunakan Dinas Pertanian dan Pangan setempat dalam mengatasi monyet ekor panjang di Gunung Tidar Kota Magelang.
Fokus penelitian Drh. Tauhid dan tim dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu, katanya, tentang populasi kepadatan atau tingkah laku daya dukung habitat monyet dan konflik dengan manusia.
Ia menyebut total dana penelitian RUD 2019 paling banyak Rp40 juta untuk hadiah dua RUD terbaik, sedangkan hadiah berupa dana untuk biaya proses penelitian.
Ia menyebut seleksi RUD bersifat terbuka, atau tidak hanya untuk peneliti dari Kota Magelang akan tetapi juga luar daerah itu.
"Yang jadi penilaian utama di antaranya kesesuaian tema, yakni tentang permasalahan Kota Magelang, syarat administrasi, dan juga latar belakang peneliti," katanya.
Pada RUD 2019, Balitbang Kota Magelang menentukan dua tema atau fokus penelitian, yakni tentang pengaruh aktivitas masyarakat terhadap pencemaran air tanah di Kota Magelang, terutama terhadap pencemaran Bakteri E. Coli dan Salmonela, serta tentang pengembangan pengelolaan persampahan metode Black Soldier Fly (BSF) di Pasar Gotong Royong.
Hingga saat ini, katanya, ada 14 judul proposal RUD yang telah masuk Balitbang Kota Magelang, sedangkan tim juri berasal dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian dan Pangan, serta akademisi UGM.
Seluruh rangkaian kegiatan seleksi RUD 2019, meliputi sosialisasi pada 18 Maret 2019, seleksi proposal 10 Mei 2019, pengumuman calon pemenang 24 Mei 2019, penetapan pemenang 28 Mei 2019, pelaksanaan penelitian mulai 3 Juni-Agustus 2019, sampai proses pencairan dana 31 September 2019. (hms)